s a t u

45 7 0
                                    

Beberapa menit lagi pelajaran Pak Yuda, guru olahraga yang sangat arogan dan pemarah itu membuat Maudy ketakutan. Melihat mukanya saja sudah ingin lari jauh-jauh, apalagi berurusan dengan guru yang satu itu.

Saat ini Maudy kehilangan akal untuk mencari cara mendapatkan baju olahraga, tapi bagaimana? Elsa katanya mau membantu, tapi nyatanya, cewek itu malah melakukan kelakuan absurd lainnya. Seperti saat ini, Elsa dan Bintang sedang mengerjai salah satu anggota kelas mereka yang bernama Ridho, cowok itu sedang tertidur pulas, dan mereka berdua memasukkan garam ke mulut Ridho yang membuka. Itulah kejailan dan absurdnya Elsa dan Bintang.

"Elsa, tolongin gue dong," Maudy menarik Elsa yang sedang tertawa bersama Bintang.

"El, cariin baju olahraga ya?" Maudy tersenyum untuk merayu Elsa. Dan Elsa mengangguk mengiyakan.

"Gi, ikut gue." Elsa menarik tangan Anggi yang sedang menulis. Anggi memang rajin, berbeda dengan Elsa yang rajinnya saat ia menghitung beras. Bahkan, Elsa pernah menghitung beras dengan teliti hingga menghasilkan jumlah 2019. Gak ada kerjaan tuh anak.

Elsa menarik Anggi ke kelas XI IPA 2, membuat Anggi menjadi malu, masalahnya, cowok yang Anggi suka ada di kelas ini. Siapa lagi kalau bukan Angga.

"Eh Angga, gue minta tolong deh, pinjem baju cewek yang ada di kelas lo, kan bagian olahraga juga," Elsa berbicara pada Angga yang saat itu sedang ada di ambang pintu.

"Eh ada projen, apa kabarnya jen? Olafnya mana?" Angga bergurau, kemudian matanya menatap cewek yang ada di sebelah Elsa. "Gi, lo gak akan umpetin sepatu gue lagi kan? Sialan lo, masa sepatu gue di umpetin di toilet cewek." Angga menggeleng-gelengkan kepala, mengingat kejadian itu waktu kelas sepuluh.

Anggi tertawa, "lo masih inget aja, lagian kan gue udah lupa,"

"Lo yang lupa, gue masih inget." Angga menoyor dahi Anggi, membuat Anggi menggeplak tangan Angga.

Ya, Anggi menyukai Angga dari kelas sepuluh. Memang, waktu kelas sepuluh mereka berdua dekat. Dan, karena mereka berpisah kelas, ya jadi seperti ini. Angga itu cowok humoris, suka bikin orang lain ketawa sampai nangis.

"Ga, cepet buat Maudy," Elsa mengingatkan Angga tentang baju olahrga yang ia katakan tadi.

Angga mengedikkan bahunya acuh. "Lo tinggal pinjem aja, apa susahnya." Angga kemudian masuk ke kelasnya, tepat saat itu pelajaran Pak Yuda dimulai. Membuat Elsa dan temannya itu memutuskan untuk kembali ke kelasnya dan berganti baju.

Maudy berdecak kesal, raut wajahnya sudah tak karuan. Seharusnya ia tidak ceroboh, melupakan baju olahraganya begitu saja.

"Dy, gue minta maaf ya. Kita udah berusaha nyari, tapi pelajaran keburu dimulai. Maaf deh Dy," Elsa sangat kecewa pada dirinya, seharusnya ia bisa menjadi teman yang dapat diandalkan.

Maudy menggeleng, "gak ko, makasih ya. Kalian udah jadi temen gue, dan ini kesalahan gue, jadi gue siap terima hukumannya." Maudy tersenyum.

Setelah mereka berganti baju, mereka ke lapangan basket, memulai pemanasan. Maudy pun ikut, tapi tidak memakai baju olahraga, melainkan rok hitam selutut dan kemaja putih disertai aksen merah yang menjadi ciri khas SMA Bhakti Cendekia.

Pak Yuda mulai menangkap sosok Maudy yang berbeda dari yang lainnya, membuat cewek itu tak bergerak di tempatnya. Apalagi Rakha, ketua murid itu menunjuk ke arahnya sambil menceletuk. "Maudy gak pakai baju olahraga pak."

Pak Yuda mendekat, "kamu lari sekarang juga, 20 putaran."

Maudy melotot, suara Pak Yuda tak ada nada membentak tetapi tegas. Ia tersenyum kikuk dan mengangguk, "i-iya pak."

Always Together Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang