Raina mengikuti langkah Raihan yang panjang, sehingga membuatnya susah untuk menyamakannya. "Ada apaan sih Rai?" Raina melirik Raihan, tapi cowok itu tampak fokus membawa Raina pada suatu tempat.
Gedung belakang sekolah.
Kenapa ke sini? Raina mengedarkan pandangannya ke sekeliling, matanya mulai mengikuti Raihan yang duduk di kursi panjang yang berada di bawah pohon mangga.
"Rai," ucap Raina, cowok itu menoleh, mengerutkan keningnya seolah bertanya 'ada apa?'
"Lo, kenapa ngajak gue ke sini? Lo gak mungkin culik gue kan? Atau jangan-jangan?"
"Lo bisa diam?" Cowok itu mengajak Raina duduk di sampingnya, sambil melihat langit cerah yang tampak bersinar.
"Sebenernya ada apa sih ngajak gue ke sini?!" Raina jadi keki sendiri, Raihan ini kalau melakukan hal suka tiba-tiba.
"Lo nggak tau?"
"Tau apaan sih?!" Ketus Raina, ia memalingkan muka ke arah lain.
"Gue suka sama lo."
"Iya, gue tau, trus kenapa?" Raina tiba-tiba mengatakan kalimat itu. Apakah ia bisa menariknya? Bodoh banget sih Raina.
"Lo mau terima gue?" Raihan menatap Raina, ke manik mata hitam cewek itu. "Gak papa sih, kalo lo belum siap," Raihan menghela napas kasar, lalu beranjak pergi.
Sedangkan Raina terdiam di sana, mengerjap beberapa kali. Apa yang barusan dikatakan Raihan? Apakah itu sungguhan? Tapi aneh, kenapa tiba-tiba? Kenapa pada saat Raina belum mengetahui perasaannya? Semuanya begitu cepat.
Raina memejamkan mata, ia sedang berpikir. Dan, mungkin, ia perlu waktu untuk menemukan jawabannya. Entahlah, ia tak tau rasa apa yang ada untuk Raihan. Raina bangkit berdiri, menatap langit yang indah saat itu. Lalu tersenyum, senyum kegetiran. Kemudian beranjak dari sana.
***
Bel pulang berbunyi lima menit yang lalu. Sedangkan 'Always Together' itu masih tetap berada di dalam kelas. Mengintrogasi Raina yang tadi tiba-tiba ditarik oleh Raihan.
"Terus lo jawab apa waktu ditembak sama Raihan?" Kali ini Bintang bersuara, menatap lekat sosok Raina yang tampak kebingungan.
Raina menggeleng, "gue belum jawab apapun," katanya dengan menghembuskan napas gusar.
"Lo terima aja," Raya dan Elsa berbarengan menjawab. Sedangkan yang lainnya mengangguk.
"Gue balik deh," ucap Raya setelah ia meminum air mineral dari botolnya.
Mereka semua mengangguk, lalu berhamburan pergi ke luar kelas.
Raya menghentikan kakinya saat melihat Angkasa yang tiba-tiba ada di depan kelas XI IPA 1. Ia memicingkan matanya pada Angkasa yang sedang mengobrol dengan Angga. Sejak kapan Angga mengenal Angkasa?
Raya berhenti dihadapan mereka berdua. Melirik Angga lalu berganti pada Angkasa."Kak Angka," Raya tersenyum kikuk pada cowok itu. Matanya meneliti ke wajah Angkasa. Angkasa itu tipikal cowok yang mudah bergaul dengan orang lain. Sedangkan Raya?
Cowok dengan hoodie abu itu menaikan alisnya. "Ada apa?" Angkasa menepuk pundak Angga pelan, lalu menyuruh Angga pulang.
Sedangkan Raya gelagapan, kenapa dia menghampiri Angkasa? Raya tersenyum canggung. "Enggak papa," katanya.
Angkasa balas tersenyum, "lo kenapa aneh jadi cewek? Biasanya mereka suka ngomong jujur langsung sama gue." Ujar Angkasa sambil menyugar rambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Always Together
Teen Fiction"Menyempurnakan kisah yang tak pernah sempurna" . . . . 'Always Together' , kisah yang tak pernah merajut kata sempurna, namun berusaha untuk membuatnya sempurna. Kisah yang tak pernah menjadi nyata, namun nyatanya ada. Anggi, Maudy, Elsa, Raya, Bi...