e n a m

26 5 4
                                    

Cewek dengan rambut di cepol rapi itu berlari entah kemana. Membuat teman-temannya kebingungan untuk mencari Elsa. Sudah di telepon, di WhatsApp tapi nggak aktif, mungkin ponselnya dimatikan. Dan saat Bu Yetnika kembali ke kelas, ia bertanya keberadaan Elsa namun semuanya menggeleng dan mengedikkan bahu.

"Gi, Elsa kemana ya, gue takut dia kenapa-napa. Lo tau kan kalo dia itu ceroboh?" Ujar Maudy, ia memang sangat tahu betul bahwa Elsa adalah cewek yang tidak hati-hati.

Anggi menggeleng, wajahnya khawatir dengan cewek yang tadi sempat adu mulut dengan Rega. Anggi tidak bisa menyalahkan siapapun dalam hal ini. Toh, ini semua memang tidak ada yang merencanakan. Dan mungkin, bendera perang akan berkibar antara Elsa dan Rega.

"Semoga aja Elsa gak kenapa-napa. Dan menurut gue sih, dia lagi nenangin diri, atau mungkin nyamperin kak Cakra ke kelasnya." Itu kata Raya, cewek dengan rambut kucir kuda dihiasi dengan pita warna merah.

Mereka semua mengangguk. Ya, Elsa pasti baik-baik saja. Dan semoga akan tetap seperi itu. Karena sekalipun Elsa adalah cewek yang ceroboh, mereka pasti percaya bahwa Elsa bisa menjaga dirinya dengan baik. Dan jangan sampai sesuatu terjadi pada cewek itu. Sampai kapanpun, jika ada satu orang yang terluka, mereka akan merasakan hal yang sama. Atau mereka akan menyembuhkan luka temannya, karena mereka adalah 'Always Together' .

"Wah, kak Angka ganteng banget."

Secara refleks Raya menoleh pada orang yang mengatakan itu, ternyata Ajeng, cewek yang memang menyukai bola itu pasti menkadikan Angkasa sebagai idolanya, dan pasti Ajeng juga sudah tentu menyukai Angkasa.

"Ada apaan Jeng?" Tanya Raya, ia memerhatikan Ajeng yang masih menatap fokus pada benda di tangannya. Ternyata foto Angkasa. Dan dengan cepat Raya menarik foto itu, membuat Ajeng yang tadinya senyam-senyum jadi memancarkan sorot kemarahan.

"Itu punya gue Ray, kalo lo mau tinggal cetak aja foto kak Angkasa. Beres kan?" Ajeng masih tak terima. "Kenapa lo malah bawa-bawa punya gue," ucapnya ketus.

Raya yang tadinya kegirangan kini langsung melemparkan foto Angkasa ke depan wajah Ajeng. Membuat cewek penggila bola itu menjambak rambut Raya pelan. "Tuh, rasain lo." Ucapnya puas.

Raya melotot sambil menjulurkan lidahnya. "Haha, gak sakit." Katanya meremehkan. Ajeng dengan cepat kembali menjambak rambut Raya, ia menjambaknya dengan lebih keras daripada yang tadi. Hal itu membuat Raya meringis kesakitan.

Sedangkan setelah itu Ajeng bersama temannya keluar kelas. Meninggalkan mereka yang masih berada di dalam kelas.

Maudy menatap sosok Rega yang terduduk di kursinya, cowok itu masih mengepalkan tangannya, tapi tatapannya tertuju pada papan tulis dan dengan sorot mata penuh amarah. Maudy bergidik ngeri, ia jadi berpindah ke dekat Raina. Karena saat ia menatap Rega, cowok itu tiba-tiba menoleh dan menatap dirinya dengan tajam.

Raina masih memikirkan ucapan Raihan saat itu. Sebetulnya, Raina tak menyukai Raihan, mungkin Raina hanya kagum saja pada cowok itu. Berarti apa yang dikatakan hatinya adalah ia harus menolaknya. Sedangkan ia juga mendengar perkataan orang lain, bahwa cinta juga bisa datang karena terbiasa, ya,  mungkin jika ia terbiasa berada di dekat cowok itu pelan-pelan ia akan menyukainya. Entahlah, Raina tak tahu akan memilih opsi yang mana.

"Aduh, gue lapar," Bintang menyengir sambil memegang perutnya yang keroncongan. Mereka semua tertawa, emang sih Bintang itu kalau ke sekolah tidak suka sarapan pagi, jadinya ya seperti ini.

Mereka semua bergegas ke kantin, Anggi menatap ke sekeliling lapangan, ia hanya melihat para murid SMA Bhakti Cendekia yang memang saat itu kebagian jam olahraga. Ada yang bermain basket, ada yang volly, dan ada juga yang hanya malas-malasan di pinggir lapangan.

Always Together Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang