Bel pulang berbunyi 8 menit yang lalu. Sedangkan mereka masih mengobrol tidak jelas, aneh entah membicarakan hal apa. Maudy sesekali melengoskan nafas kesal, ia ingin segera pulang dan tidur. Tapi Elsa, cewek itu ingin ke UKS terlebih dahulu, mengobati luka di tangannya akibat terkena kater yang tadi di pakai untuk pelajaran IPA.
Maudy hanya menunggu di luar UKS, sambil sesekali melihat ponselnya, namun tetap tak ada notifikasi, ada tapi hanya dari grup saja. Mengenaskan.
Tak disangka, Maudy sekilas melihat Andra dari kejauhan, cowok itu dipapah oleh guru, dan, kaki Andra nampak terluka.
"Kak Andra," ucap Maudy saat Andra melewatinya bersama guru tadi. Andra nampak menoleh sekilas, namun kembali berjalan.
Maudy, cewek berzodiak Libra itu hanya tersenyum kecut. Pada kenyataannya, Andra memang kakak kelas yang susah untuk ia gapai. Mungkin, tidak akan pernah.
"Ayo Dy," Elsa ternyata sudah ada di sampingnya, Maudy hanya mengangguk dan berjalan lesu.
"Lo kenapa muka di tekuk gitu? Heran deh gue," Elsa menghela nafas kasar, melanjutkan langkahnya.
Maudy menggeleng, "gausah dipikirin." Katanya sambil tersenyum hambar.
Elsa menatap sekolahnya yang hanya menyisakan beberapa siswa yang sedang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Paskibra. Tak sengaja, matanya menatap sosok Raihan, yang sepertinya berniat menghampiri Elsa dan Maudy.
"El, lo bilang deh sama Raina, gue minta maaf. Terus, bilang sama Anggi, gue minta maaf soal di kantin." Kata Raihan, lalu cowok berjaket navy itu pergi begitu saja dari hadapan Elsa.
Elsa menatap Maudy yang sedari tadi tak bersemangat. Aneh memang, bukannya hidup itu harus tetap semangat ya?
"Dy, ayo balik. Eh, eh, makan dulu ya, gue laper, " Elsa menyengir, lalu memegang perutnya yang memang terlihat belum makan, ia menatap Maudy dan langsung menarik cewek itu untuk mengikutinya.
Disinilah Elsa dan Maudy berada, di kedai mie ayam yang sederhana, tidak jauh dari sekitar sekolah.
"Dy, lo gak mau makan nih?" Tawar Elsa yang sedang memasukkan beberapa sendok sambal ke mie ayamnya. Lalu menyuapkan makanannya ke mulut, berniat membuat Maudy ketagihan, namun cewek itu malah membuang muka dan memainkan ponselnya.
"Yaudah deh kalo lo gak mau, jangan nyesel ya! Tuh badan udah kayak cacing kremi Dy," Elsa menggeleng melihat Maudy, cewek itu menurut Elsa kurus, tapi kalau menurut orang lain sih normal aja, Elsa aja yang kelebihan.
Maudy mencibir, "makan ya makan aja El, nanti keselek tau rasa lo," ucapnya menyumpahi Elsa.
Elsa menggeleng mantap, "gak akan lah," katanya. Tapi, bukannya keselek, mie ayam yang ada di depan Elsa tak sengaja tumpah, dan detik itu juga mie ayam itu langsung mengenai seragamnya. Yah, jadi kotor deh. Bukan, bukan Elsa pelaku atas tumpahnya mie ayam, melainkan sosok cowok yang saat ini ada di depannya.
Elsa menatap horor cowok itu, cowok yang membuat hubungannya dengan Cakra hancur. Ya, Rega. Cowok yang Elsa anggap bukan cowok, tapi mahluk tak kasat mata. Lihat saja, cowok itu tiba tiba membuat mie ayamnya tumpah, pake acara kena baju lagi. Huh, sebel deh.
"Ish, lo nggak bisa apa gak ganggu hidup gue?" Tangan Elsa sudah mengepal, gini gini juga, Elsa itu titisan Arjuna, jago perang lah istilahnya.
Rega hanya menatap Elsa datar, seperti tidak bersalah sama sekali. Padahal kan, cowok itu yang membuat Elsa kehilangan makanannya, kehilangan kesabarannya, kehilangan mood nya, dan kehilangan segala galanya. Dasar Rega sialan!
"Kok lo malah diem aja sih? Bukannya minta maaf kek, atau sujud di kaki gue kalo perlu," ucap Elsa sambil mengelap mie ayam yang tumpah ke bajunya. "Lo sih, datang gak diundang, maen tumpahin aja. Kan gue jadi kesel!"
Rega hanya menatap Elsa datar.
"Lo denger gak sih gue ngomong?! Serasa ngomong sama angin gue. Yaudah deh, gue balik! Tapi, lo yang bayarin!" Elsa menyengir lalu menarik Maudy, cewek yang sedari tadi hanya memerhatikan sahabatnya yang ngomel pada Rega.
Elsa dan Maudy pergi begitu saja, sedangkan Rega dengan ikhlas membayar mie ayam yang Elsa makan. Bukan ikhlas, tapi memang kewajiban, karena kan Rega yang buat Elsa jadi kayak macan di siang hari.
"Udah acaranya?" Tanya Maudy, setengah kesal bertanya kepada Elsa.
Elsa yang tadinya memerhatikan bajunya yang kotor, langsung menoleh ke arah Maudy, mengernyit, lalu sepersekian detik lagi ia mengerti, "udah dong, udah lumayan kenyang sih, meskipun kacau." Katanya sambil geleng-geleng kepala melihat keadaan bajunya yang kotor juga basah.
Saat Elsa dan Maudy ingin menaiki motor mereka masing masing, tak sengaja Maudy melihat Raina dan Raihan. Dengan cepat Maudy menggeplak bahu Elsa. "El, liat itu mereka lagi ngapain sih?" Tunjuk Maudy pada Raina dan Raihan yang tertawa bersama di dekat sekolahnya.
Elsa melotot. "Eh, iya ya. Kayak so romantis gitu, apa jangan jangan mereka udah jadian?" Elsa tampak bingung. "Atau mereka lagi liatin kecoa yang lewat, terus ketawa. Bisa aja kan?"
Mulai deh, pikiran absurd Elsa keluar nih. Maudy tak menghiraukan, buru-buru ia mengecek ponselnya dan melihat story instagram Raina. Dan, Maudy tak menyangka bahwa mereka berdua, Raina dan Raihan telah berpacaran. Oh My God? Demi apa ini? Mimi peri aja belum pindah ke khayangan, mereka berdua udah jadian?
"El, liat deh." Maudy dengan cepat menunjukkan ponselnya kepada Elsa, dan Elsa melihat apa yang memang menjadi ekspetasinya. Bahwa Raina dan Raihan berpacaran itu memang fakta, bukan mitos.
"Ih, gue gak nyangka sumpah. Raihan gercep banget, Raina lagi main setuju-setuju mulu." Maudy terheran. "Eh, gak papa sih, itu kan keputusan si Raina. Tapi gue masih nganggap dia bagian Always Together, meskipun dia sendiri yang keluar." Senyum kekecewaan terpancar di wajah Maudy.
Elsa hanya mengangguk-anggukan kepala membenarkan ucapan Maudy.
"Udah Raina, siapa yang jadian lagi?" Elsa terekekeh, "kayaknya lo yang palaing akhir Dy," katanya sambil menunjukan jari peach.Maudy menggeplak Elsa, "haha, lo kalo ngomong suka bener." Mereka berdua tertawa, yang pasti, semoga keluarga besar Always Together mendapatkan pasangan, sampai berkeluarga yang Sakinah Mawadah Warohmah.
"Ayolah kita balik, baiarin mereka berdua rayain hari jadian mereka." Ucap Maudy, lalu bersiap melajukan motornya. Elsa mengangguk dibalik helmnya.
***
"Hallo?" Tanya Elsa, entah ada apa Raina tiba-tiba menelponnya.
"El, gue minta maaf ya. Bilangin sama temen-temen, gue minta maaf banget udah bersikap egois." Kata Raina, cewek itu sepertinya memang benar-benar tulus meminta maaf.
"Kita semua udah maafin lo Ra, dan gue gak pernah benci atau gimana sama lo. Dan sekarang, yang terpenting, kita nggak kehilangan sahabat yang kita punya."
Raina tersenyum mendengar ucapan Elsa di sebrang sana. "Makasih ya El, lo dan temen-temen mau maafin gue. Mulai sekarang, gue gak bakal jadi Raina yang egois, dan gue akan memepertahankan persahabatan kita."
"Oke, nanti gue bilangin sama mereka. Dan besok, kita bisa kayak dulu lagi. Karena gue gak mau ada kesalahpahaman dianatara Always Together." Elsa terkekeh renyah.
"Makasih banyak El, gie akan jaga baik-baik persahabatan kita."
"Hmm, yaudah. Gue tutup ya?"
"Iya, see you."
Telepon terputus. Elsa menatap langit-langit kamarnya. Ia bahagia karena persahabatannya tetap berjalan baik-baik saja. Meski kisah cintanya tidak sejalan dengan kisah persahabatannya. Tidak apa, yang terpenting ada mereka yang setia mewarnai hidup Elsa yang sunyi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Always Together
Teen Fiction"Menyempurnakan kisah yang tak pernah sempurna" . . . . 'Always Together' , kisah yang tak pernah merajut kata sempurna, namun berusaha untuk membuatnya sempurna. Kisah yang tak pernah menjadi nyata, namun nyatanya ada. Anggi, Maudy, Elsa, Raya, Bi...