d u a

28 6 0
                                    

"Ih, gue tadi ditemenin lari sama kak Andra," Maudy bercerita menggebu-gebu.

Mereka mengernyitkan kening, "ditemenin?" Anggi bertanya, "bukannya kak Andra cuma nyemperin lo, terus dia balik lagi." Anggi berkata jujur.

Maudy cemberut, "dia nemenin gue bentar ko. Kalian jahat, tapi kan kak Andra tadinya mau temenin gue lari, cuma gue bilang nggak usah."

"Masa?" Bintang tak percaya, pasalnya kak Andra itu tidak dekat dengan Maudy. Tidak seperti Angga dan Anggi ataupun Cakra dan Elsa.

Raina memerhatikan teman-temannya. Cewek dengan jaket hitam itu sedang memikirkan Raihan, cowok yang mengejarnya beberapa bulan ini.

"Menurut kalian, Raihan gimana?" Raina berpikir bahwa Raihan terlalu berbeda dengannya, entahlah, mungkin hanya perasaannya saja.

"Baik. Cocok ko, malah lo mending sama Raihan dari pada sama Rizal sialan itu," Elsa berceloteh, Elsa memang tak suka dengan Rizal, cowok yang mempermainkan hati Raina.

Saat ini 'Always Together' berada di dalam kelas, berkumpul seperti membuat kumpulan. Menceritakan tentang kejadian aneh yang mereka alami.

"Gue kasihan sama lo Gi, kejebak friendzone, kan gak enak," Maudy berkata seperti itu karena dirinya ingat bagaimana kisah Angga dan Anggi, dua orang yang terjebak zona pertemanan.

"Gue greget banget sama Angga, dia kayak gitu ke semua orang, terus gue harus gimana coba?" Anggi frustasi, ia paling tak suka terjebak seperti ini.

"Lo semua pada ngomongin cowok mulu, apa sih spesialnya cowok?" Bintang melipat tangannya, pembicaraan mereka tantang cowok melulu. Apakah tidak ada yang lain?

"Lo harus inget sama janji lo dulu Bin, kalo lo suka cowok, lo sujud di kaki gue," kata Raya, ia tak akan pernah lupa dengan apa yang dikatakan Bintang. Awas saja kalau cewek itu hianat pada janjinya.

"Iya iya, gak bakalan lupa tuh," Bintang menaikkan alisnya.

Rakha menghampiri meja mereka, "woi, kerjain nih tugas dari Bu Yetnika," Rakha memberikan beberapa lembar kertas kepada Maudy. Bu Yetnika itu guru killer SMA Bhakti Cendekia, guru sejarah yang satu ini selalu memberikan soal yang sangat rumit, membuat penghuni kelas XI IPA 1 merasa kewalahan.

Bintang menghela napas gusar, "gue paling gak seneng sama sejarah," katanya, memang sih, Bintang ini paling tidak suka dengan sejarah. Bukan hanya itu, intinya Bintang tidak suka belajar. Tulisannya aja kayak ceker bebek.

Elsa menggeplak tangan Bintang. "Belajar itu penting Bin, lo gak boleh gitu." Elsa menyandarkan kepalanya ke kursi.

Tugas yang diperintahkan Bu Yetnika itu harus mengambil buku ke perpustakaan, hal itu mengharuskan mereka semua mau tak mau pergi ke tempat yang digilai oleh para kutu buku.

"Bukunya yang gimana sih?" Maudy bertanya saat ia melihat-lihat buku tentang sejarah. Tapi ia tak tahu harus mencari buku yang berjudul apa.

Saat Maudy ingin mengambil buku, matanya menangkap sosok yang saat itu sedang mengambil buku juga. Dan ia langsung menarik Anggi yang sedang mencari buku di paling ujung perpustakaan. "Gi, ada Angga."

Anggi langsung mengerjap, ia mengedarkan pandangannya ke sekitar. Matanya berhenti pada sosok Angga yang dibalut hoodie berwarna navy itu sedang menggenggam buku dengan judul fisika.

Anggi langsung menghampiri Angga yang sedang duduk di kursi perpustakaan. Ia berdehem, "Ga, lo sejak kapan ke perpustakaan?" Anggi mengerutkan keningnya, meminta jawaban.

Angga menoleh ke Anggi, menyadari cewek itu duduk di sampingnya. "Lo aja yang gak pernah liat gue ke sini, mungkin lo yang gak pernah ke perpustakaan," Angga terkekeh renyah, lalu menepuk kepala Anggi. "Makanya, jadi anak itu harus rajin."

Deg!

Anggi menahan bahagianya, entahlah, jantungnya melebihi ritme saat ini. Anggi jadi semakin aneh di depan Angga. Memang sih, Angga itu orangnya humoris, jadi ya mungkin hal ini biasa ke semua orang. Angga seperti asal saja dalam mengambil langkah, tanpa mempedulikan perasaan orang seperti apa.

"Woi, bengong aja lo," Angga menyadarkan Anggi yang masih menatap Angga. "Kesambet tau rasa lo."

Anggi melotot, "lo kalo ngomong sembarangan, awas aja lo, lo yang duluan kesambet." Anggi buru-buru menjauh dari Angga dan menuju ke tempat teman-temannya yang sedang membicarakan tugas.

"Udahan ngomongnya?" Elsa menaik turunkan alisnya, meminta jawaban.

"Apaan sih lo," Anggi berdecak, "gimana soalnya?"

"Susah banget ih, gila, Elsa aja yang jago sejarah gak bisa, gimana ngerjainnya coba?" Raina berdecak sebal, ia paling tak suka dengan hal rumit. Hidupnya sih jauh dari kata rumit, ia hanya mengikuti alur saja.

Elsa cemberut, "iya nih, gimana kalo kita minta tolong kak Cakra? Dia kan pinter tuh," Elsa memberi pendapat, dan temannya hanya mengangguk.

Elsa mengirimkan pesan kepada Cakra untuk menemuinya di perpustakaan, dan Cakra menyetujuinya. Mereka menunggu kedatangan Cakra yang sedang ada urusan sebentar dengan para pemain Band CHESE. Ya, nama Band itu singakatan dari para nama pemainnya. Cakra sebagai vokalis, Harry sebagai gitaris, Eca, Shelly dan Edgar sebagai para pemain Band CHESE.

Elsa memberenggut kesal karena Cakra tak datang juga. Padahal ia dan teman-temannya sudah menunggu cowok itu hampir setengah jam.

"Kak Cakranya mana El? Lama banget," Bintang mengeluh, ia menekuk dagunya.

Tiba-tiba Harry datang dan menghampiri Elsa. Membuat Elsa kebingungan dengan kedatangan Harry yang mendadak sambil berlari.

"Ada apa kak?" Tanya Elsa pada Harry yang sudah tak karuan wajahnya.

"Cakra berantem El, dia sekarang ada di BK, dia tiba-tiba ditonjok sama Mars," katanya dengan napas yang ngos-ngosan.

Elsa terkejut, "kak Ca-Cakra berantem?" Buru-buru ia keluar dari perpustakaan, dan berlari menuju ruang BK. Sedangkan teman-temannya menyusul Elsa dari belakang.

Setelah sampai di BK, Elsa melihat Mars yang keluar dari sana, tatapannya begitu sinis. Dan Mars, tiba-tiba berhenti di hadapan Bintang. Mars mengunci tatapannya pada cewek itu, lalu tersenyum. Setelah itu pergi begitu saja. Sedangkan Bintang mengerutkan dahinya, ia tak tahu apa yang terjadi dengan Mars. Setahunya, Mars adalah kakak kelas yang sangat arogan, bahkan Mars sering disebut player oleh teman-temannya.

Mars telah berlalu, dan Cakra pun keluar dari ruangan itu. Ruangan yang  panas dan menegangkan itu sangat dijauhi oleh para siswa. Namun tetap saja, masih ada siswa yang berurusan di sana. Dan sekarang, Cakra? Cowok yang sangat disiplin itu masuk ke ruang BK, gara-gara cowok berandalan seperti Mars?

"Kak," Elsa menatap Cakra.

Sedang Cakra menggeleng, "gue gak papa, lo berhak marah sama gue. Gue udah berantem sama cowok sialan kayak dia," bukannya marah, Cakra malah tersenyum pada Elsa, lalu mengajak cewek itu kembali ke kelasnya.

Sedangkan Elsa menggeleng, ia ingin tahu apa yang terjadi. Kenapa Cakra bisa seperti ini?

"Kak, lo kenapa kayak gini?" Elsa bertanya perlahan, takut Cakra tersinggung.

"Lo nggak perlu tau El, dan saat ini belum waktu yang tepat," katanya sambil tersenyum kecut.

Elsa hanya mengangguk, ia lalu kembali ke kelasnya. Melupakan tugas yang diberikan oleh Bu Yetnika. Yang saat ini ada dipikirannya hanya Cakra, kenapa cowok itu berurusan dengan Mars?

Raina memerhatikan keadaan Cakra saat ini, sangat berantakan. Baju keluar, dasi sudah tidak berbentuk, dan rambut sangat acak-acakan.

Raihan melewati Raina dan teman-temannya begitu saja, tanpa ada senyum di wajahnya seperti biasa. Dan kelihatannya cowok itu sedang kacau, mungkin karena tugas atau urusan yang lainnya. Entahlah, Raina tak memikirkan Raihan.

Tapi kemudian, Raihan berbalik. Menghampiri Raina dan menarik tangan cewek itu.

"Ikut gue."

                                        ***

Hallo 😄😄😄
Ini tuh kisah always together asli. Temen aku yang ngalamin.

Love you all. Semoga suka

Salam TDP
Always Together😉😅😅

Always Together Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang