Beberapa hari belakangan Seyla tampak menjadi orang yang murung, dikantor maupun dirumah. Seyla merasa hidupnya rumit, seperti benang kusut. Bagaimana tidak, urusan dengan ayahnya saja sudah membuatnya pusing ditambah dengan Salman.
Seyla merasa bingung harus mencurahkannya kepada siapa. Seyla sempat beberapa kali ingin cerita masalahnya kepada Nico. Tapi percayalah meski Nico sesempurna itu, dimatanya Nico ada kekurangannya yaitu kurang bisa diajak bertukar pikiran.
Dulu tiap Seyla menceritakan semua keluh kesahnya, Nico hanya diam dan bilang "sabar, kan sekarang ada aku" atau bilang "aku juga bingung harus gimana".
Inti nya Seyla merasa akan sangat percuma kalau sharing dengan Nico, tak sedikitpun membuat Seyla tenang. Lain hal dengan Salman, dulu ketika dia cerita banyak hal tentang masalahnya, Salman menunjukan sisi inteleknya. Dia selalu memberikan solusi, motivasi, dan nasihat-nasihat membangun. Itulah yang membuat Seyla nyaman, karena sosok Salman begitu membantu hidupnya.
***
Disaat seperti ini, Seyla mencoba menghubungi teman-teman dekatnya. Tapi mereka juga sibuk dengan urusan mereka sendiri."Seyla, maafkan ibu nak, sudah memaksa kamu untuk bisa memaafkan ayahmu. Ibu cuma pengen kita berdamai supaya tak ada permusuhan. Walau bagaimanapun dia tetap ayah kamu. Nanti nikahpun ayah kamu yang akan jadi wali nya" Tangis Ibu pun pecah seketika dalam pelukan Seyla.
Kalau sudah begini, Seyla pun ikut menangis. "Bu, aku juga bingung hati aku belum sepenuhnya bisa maafin perbuatan ayah selama ini, ditambah masalah dengan Salman"
Seyla kemudian menceritakan semua permasalahan dengan Salman juga Nico yang kembali hadir dikehidupannya.
Sembari menghela nafas, ibunya mencoba menjelaskan bukan hanya sebagai ibu namun sebagai teman Seyla yang sudah memahami betul arti kehidupan. "Seyla, ibu paham betul apa yang sebenarnya kamu alami. Ibu tau kamu tuh sayang dengan kedua lelaki itu, Nico dan Salman. Tapi...." Seyla langsung menyela penjelasan ibunya. "Tapi bu, perasaan itu kadang hilang kadang datang, misalnya ketika aku ingat masa lalu bersama Nico, rasa cinta itu seolah muncul. Tapi ketika Nico kembali menanyakan apakah aku siap untuk menerimanya kembali. Perasaan seketika bimbang, cinta itu seolah hilang. Begitupun dengan Salman, ketika aku sedang dalam masalah merasa sudah gak ada teman curhat aku langsung merasa cinta dengan Salman, tapi ketika aku ingat kalau dia itu suka ngekang aku, rasa itu pun hilang. Pokoknya aku bingung bu".
Dengan senyuman ibu nya kembali melanjutkan penjelasannya. " Seyla dengarkan ibu. Ibu paham sekali dengan perasaan kamu, sebenarnya diantara kedua lelaki itu gak ada yang seratus persen kamu sayangi. Kamu hanya sayang dari sebagian diri mereka. Manusia itu tak ada yang sempurna, kamu mencintai Salman karena sifatnya yang nyaman diajak sharing tapi tidak suka dia karena dia pengekang. Begitupun dengan Nico, kamu mencintai dia karena romantis tapi tidak suka dia karena tidak nyaman diajak sharing." Seyla mencoba mencerna semua penjelasaan ibunya.
"Cinta itu saling membahagiakan tinggal kamu pilih diantara mereka berdua mana yang menurut kamu bisa buat kamu bahagia" Sambung ibunya Seyla.
"Aku bingung, gini aja jika ibu ada di posisi aku. Mana yang akan ibu pilih?" Seyla malah melempar pertanyaan yang membuat ibunya mengernyitkan dahi.
"Ibu pasti pilih Salman" Dengan begitu yakin ibunya menjawab.
"Kok bisa Salman?" Tanya Seyla kembali.
"Seyla, umur kamu itu udah gak muda lagi udah 26 tahun bentar lagi. Lelaki yang seharusnya kamu pilih adalah untuk calon suami bukan calon pacar kamu. Diantara kedua lelaki itu yang lebih meyakinkan adalah Salman, berapa kali dia ngomong ingin serius sama kamu. Dilihat dari umur pun dia udah mateng, dewasa pemikirannya, kerjaannya udah menjanjikan. Lain hal dengan Nico, yah walaupun umur memang bukan jaminan tapi coba kamu bayangkan dia masih muda 21 tahun, karirnya baru aja dimulai. Untuk urusan nikah, apa dia udah siap. Ibu gak yakin dia bisa siap". Tutur Ibu Seyla.
Penjelasan ibu yang panjang lebar, membuat Seyla harus mempertimbangkan lagi hal ini, karena ternyata tidak sesederhana itu dalam menentukan pilihan untuk teman hidupnya.
"Andai cinta bisa memilih, aku inginnya karakternya Salman tapi wajahnya Nico, wah itu sempurna. Aku takkan bingung lagi." Jawaban Seyla membuat ibunya tertawa.
"Kamu tuh ada-ada saja, emang Nico lebih ganteng dibanding Salman? " Ucap ibu Seyla.
"Gimana yah bu, tiap ngeliat Nico. Aku selalu terpesona liat senyuman manisnya dan tatapannya yang tajam. Seolah aku terhipnotis. Kalau Salman sih yah biasa aja, cuma emang ganteng juga tapi tak begitu menarik beda dengan Nico" Jawab Seyla.
"Kamu ngomong kayak gitu karena belum nikah, coba kalau udah nikah. Emang gantengnya suami kamu bisa bikin kenyang perut kamu. "Goda ibunya.
"Ibu harap kamu gak ngalamin seperti yang ibu alamin, ibu menikah dengan ayah kamu karena ibu terlalu mencintainya. Tanpa berpikir panjang, padahal saat itu orangtuanya kurang setuju sama ibu hanya karena ibu ini bukan keluarga kaya raya. Seharusnya ibu tak boleh memaksakan cinta, karena pernikahan itu untuk saling membahagiakan" Cerita ibu membuat Seyla bersedih dan membuatnya menitikan air mata.
"Ibu ingin kamu menikah dengan orang yang sangat menyayangi kamu, meski kamu gak begitu menyayanginya. Kita ini wanita, tak perlu pake perasaan terlalu dalam. Karena pada kenyataannya setelah menikah perasaan cinta dan sayang akan tumbuh seiringnya waktu. Yang terpenting cari suami yang bisa membahagiakan kamu"
Seyla pun merenung dengan semua penjelasan ibu malam itu, ia kembali harus memantapkan hati kepada siapa seharusnya ia berlabuh.
______________________________________Haii pembaca!!
Andai cinta bisa memilih, pasti akan pilih suami yang baik, pintar, kaya, sholeh, ganteng, setia dan tanggung jawab juga perhatian, tapi pada kenyataannya tak ada manusia yang sempurna.
Jangan lupa vote and comment!!
Vote kalian sangat berarti untukku.Terima Kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
First Romance
Romance"Masa kecilku yang bahagia terenggut ketika orangtuaku bercerai dan ayah menikah lagi. Kehidupan yang kelam dan penuh derita selalu menghantui hari-hariku. Tapi, ada satu masa dimana aku merasa dipenuhi senyuman. Itu dimulai ketika cinta pertamaku d...