Dibalkon kamar Salman termenung mengingat akan cintanya dengan Seyla. Salman tidak bisa melupakannya, apalagi hampir setiap hari bertemu di kantornya, membuat Salman dibuat frustasi akan cintanya. Walau bagaimanapun Salman teramat menyayanginya, hanya rasa sedih dan sakit hati menyeruak dalam dadanya ketika membayangkan kalau Seyla jatuh kepelukan Nico.
Tapi setelah Salman melihat berita di TV, kalau ternyata Nico malah memutuskan kembali ke Belanda. Baru dia menyadari kalau Seyla tidak kembali kepada Nico. Ternyata masih ada harapan dia bisa kembali kepada Seyla, kepada kekasih hatinya.
Namun kini Salman bingung, apa yang harus ia lakukan. Setelah pertengkarannya dengan Seyla, apakah dia akan kembali menerima cintanya. Otaknya terus saja berpikir, agar Seyla mau menerimanya kembali.
***
Di tengah kepenatan rutinitas pekerjaan, tiba-tiba ada pemberitahuan rapat dadakan melalui email masing-masing yang dikirim langsung dari Salman.Seketika seluruh karyawan kalang kabut, takut semua ini menyangkut laporan yang belum mereka selesaikan. Namun Seyla justru bingung harus bertemu dengan Salman, dia takut kalau Salman tahu kalau dia sakit hati mendengar Salman mau menikah. Sebisa mungkin Seyla harus terlihat biasa saja.
Semua karyawan yang di bawahi Salman sudah berkumpul diruangan meeting. Terlihat wajah-wajah tegang, karena takut dimintai laporan yang mereka belum selesaikan. Rapatnya terlalu mendadak, sehingga mereka merasa belum siap.
Di awal rapat, Salman memang membahas tentang laporan yang selalu telat. Terlihat Salman marah dan mengarah kepada Seyla yang di nilainya juga telat dan bekerja tidak fokus sehingga banyak berkas-berkas yang salah. Mungkin karena Seyla tidak fokus atau sedang memikirkan masalahnya yang begitu rumit.
"Seyla sekarang kamu berdiri dan baca berkas ini baik-baik biar semua orang diruangan ini tahu seberapa fatal hasil kerjaan kamu" Salman berkata dengan tegas dan melempar berkas ke depan arah Seyla. Semua orang menjadi tegang, karena Salman terlihat begitu emosi terlebih Seyla yang semakin tak karuan.
Belum sempat membaca, hanya sekilas Seyla melihat isi berkas yang ia buka. Wajah Seyla langsung nampak bingung, dengan dahi yang mengernyit. Lalu melihat Salman di depannya juga melihat orang-orang disekelilingnya.
"Apa ini?" Tanya Seyla heran.
"Saya suruh kamu baca bukan malah bertanya. Cepat baca yang keras biar semua orang diruangan ini pada tahu apa yang sebenarnya" Balas Salman dengan penuh emosi.
Beberapa detik berlalu, Seyla hanya terdiam sambil sesekali membaca isi berkas itu. Dia terlihat bingung, tegang dan dahi nya mulai mengeluarkan keringat.
"Sey, kamu kenapa? Cepat baca. Gak apa-apa kok" Ucap Rani di sebelahnya.
Dengan menghela nafas yang panjang dan memejamkan mata Seyla akhirnya bersuara. "Aku mencintaimu selalu, dan sampai detik ini masih mencintaimu. Mau kah kau menikah denganku"?
Sontak saja membuat semua orang yang ada diruangan rapat keheranan dan bertanya-tanya. Apa yang dimaksud Seyla?
Salman hanya tersenyum puas melihat raut wajah Seyla yang memerah. Salman pun menghampiri Seyla yang sedang tertunduk malu. Dari kejadian yang terlihat semua orang sudah bisa menebak apa yang terjadi sebenarnya.
Salman lah yang merencanakan semua ini, Salman sengaja menyuruh Seyla membaca berkas yang isinya sebuah ajakan untuk menikah. Juga sukses membuat drama yang membuat iri orang yang melihatnya.
"Seyla, mau kan ?" Tanya Salman dengan menggenggam tangan Seyla.
"Kamu, bukannya mau menikah?" Tanya balik Seyla.
"Iya mau lah, kan sekarang aku lagi melamar orangnya" Jawab Salman dengan tersenyum.
"Terus gosip itu....."
"Maaf Seyla, aku hanya disuruh pak Salman buat bikin gosip itu, buat ngerjain kamu dengan harapan kamu nemuin pak Salman untuk tanya siapa wanita itu. Ehh ditunggu-tunggu kamu nya malah diem aja. Jadi yah sekarang momen yang dirasa pas" Ucap Rani dengan tertawa keras.
Seyla begitu kesal dengan ulah Rani, yang telah membuatnya uring-uringan beberapa hari belakangan ini. Karena gosip itu pula, membuat Seyla hampir putus asa dibuatnya.
Tapi kekesalan itu sirna dengan ajakan lamaran Salman.Seyla hanya menjawab dengan senyuman dan langsung memeluk Salman.
Riuh tepuk tangan menggema diruang rapat. Menyaksikan sepasang kekasih yang akhirnya bisa bersatu kembali.
***
Kegalauan Seyla sirna langsung dan berubah menjadi kebahagiaan. Ternyata Seyla masih punya kesempatan untuk mendapat kebahagiaan, mendapatkan kembali Salman peneranh hidupnya. Meski tak dapat di pungkiri dalam hati kecilnya masih tersisa Nico. Biarlah dia berada dibagian hati itu, yang jelas sekarang ada Salman yang menguasai hatinya."Seyla, apa kamu bahagia bersamaku?" Tanya Salman
"Bahagia banget, aku ngerasa orang yang paling beruntung bisa dapetin kamu". Balas Seyla dengan senyum manisnya."Tapi aku masih ada satu permohonan lagi kepada kamu." Tanya Salman kembali.
"Apa itu, asal jangan memberatkan aku saja". Jawab Seyla dengan candaan.
"Aku mohon kamu berdamai dengan ayah kamu. Harus sampai kapan kamu bermusuhan dengan dia. Walau bagaimanapun dia itu tetap ayah kamu. Emang kamu mau nanti di nikahan kita, gak ada wali di pihak kamu." Pinta Salman.
Seyla mencoba merenungkan perkataan Salman, dan tanpa waktu lama Seyla kembali menjawab.
"Oke baiklah, aku mau berdamai dengan ayah. Lagian ini demi kebahagiaan kita. Nanti aku datangi rumah ayah""Nah gitu dong, baru namanya calon istrinya Salman" Balas Salman dengan mencubit pipinya Seyla.
Mereka pun hanyut dalam kebahagiaan dengan penuh cinta kasih melewati setiap waktu bersama.
Cinta memang mampu membuat orang bahagia, membuat kehidupan yang penuh derita menjadi senyuman.
Cinta tak mampu memilih kepada siapa kita akan menjatuhkan perasaan, namun kita masih bisa memilih siapa yang akan menjadi pendamping hidup kita.
______________________________________
Haii pembaca!!!!!!Semoga kalian suka dengan cerita ini...
Masih ada lanjutan di part Epilog yah.
Jangan lupa vote and comment
vote kalian sangat berartiTerima Kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
First Romance
Romance"Masa kecilku yang bahagia terenggut ketika orangtuaku bercerai dan ayah menikah lagi. Kehidupan yang kelam dan penuh derita selalu menghantui hari-hariku. Tapi, ada satu masa dimana aku merasa dipenuhi senyuman. Itu dimulai ketika cinta pertamaku d...