Kata demi kata yang ibu ceritakan terus menerus terngiang-ngiang ditelinga Seyla. Berada satu kantor dengan Salman, cukup membuatnya tidak nyaman. Karena setiap pandangam karyawan seolah mencibir hanya karena Seyla mantan kekasihnya Salman. Ada yang bilang kalau Seyla, wanita kurang bersyukur sudah mendapatkan lelaki baik seperti Salman tapi malah disia-siain. Dan entah pembicaraan jelek apa lagi yang Seyla terima dari karyawan-karyawan lain.
***
Hari minggu ini, Seyla kembali janjian dengan Nico. Setelah mendapat waktu yang tepat, Seyla memulai pembicaraan serius dengan Nico.
"Nic, apa kamu serius dengan aku?"
"Seyla, apa penjelasan aku selama ini kurang meyakinkan. Kalau aku beneran sayang sama kamu, aku gak pernah main-main dalam hubungan. Jika memang kamu mau kita balikan seperti dulu lagi. Aku pasti ingin hubungan yang serius" Ucap Nico dengan muka serius."Oke, kalau kamu mau hubungan kita serius, aku mau nanya sama kamu. Kapan kamu akan nikahi aku?" Pertanyaan Seyla langsung membuat Nico terkejut dan mengernyitkan dahi.
"Sey, aku serius dalam hubungan ini. Aku pasti akan menikahi kamu, tapi.." Seyla langsung menyela tanpa peduli omongan Nico yang belum selesai.
"Nico aku tau kamu serius, aku gak meragukan kamu. Aku cuma nanya kapan, kapan kamu mau nikahi aku"? Seyla kembali bertanya.
"Seyla, tolong ngertiin aku. Aku baru memulai karir. Aku baru saja masuk timnas. Belum lagi aku akan masuk club di Belanda. Aku pasti akan nikahi kamu, cuma aku belum tau kapannya" Balas Nico dengan terbata-bata.
"Nico, aku itu udah mau 26 tahun aku sudah harus segera menikah, dan aku rasa kamu belum siap untuk menikah. Jadi cukup, aku sudah tau jawabannya. Lebih baik kita gak usah komunikasi lagi" Seyla berkata dengan mata berkaca-kaca.
"Seyla, dari dulu kamu emang egois, hanya mementingkan kamu sendiri, bukannya kamu tahu aku susah payah berkarir di sepakbola dan kamu mau menghancurkannya. Kamu gak bisa ngertiin perasaan aku, padahal aku tulus sayang sama kamu. "Ucapan Nico kian meninggi
"Terus aku harus nunggu sampe kapan, kamu sendiri tidak tahu kapan. Menyebutkan tahun pun kamu tidak berani. Untuk apa melanjutkan hubungan yang tak pasti muaranya kemana. Cukup Nico, aku udah gak mau lagi ngebahas ini. Aku ingin kita jalani kehidupan masing-masing. " Ucap Seyla dengan sedikit menahan tangis.
"Dengan mudahnya kamu ngomong seperti itu, karena kamu bisa dengan mudah mendapatkan penggantinya, beda dengan aku susah payah melupakanmu sampai aku lupa untuk melirik cewek lain. Tapi jika itu pilihan kamu, aku doakan semoga kamu bahagia nanti dengan siapapun pasangan kamu. "
Nico mendekati Seyla dan mengambil paksa kalung yang masih bertengger di lehernya, kalung yang pernah ia berikan dulu. " Tak perlu kau memakainya lagi" Nico langsung membuangnya jauh.
"Seyla aku akan selalu menyayangi kamu. "
Nico seketika mencium bibir Seyla yang masih basah dengan air mata."Ciuman pertama dan ciuman terakhir untukmu" Dan Nico meninggalkan Seyla yang masih terpaku.
Seyla tak hentinya menangisi dirinya, menangisi takdirnya. Sungguh pilihan yang berat kalau harus meninggalkan Nico. Seyla takut kalau pilihannya ini akan membuatnya menyesal di kemudian hari.
***
"Apakah aku harus kembali ke pelukan Salman?
Apakah dia masih mau menerimaku kembali?
Apakah aku harus juga melupakannya seperti halnya dengan Nico?Seyla Adriani Gunawan
***
Entah kenapa dengan Seyla hari itu seolah ada energi baru dalam hidupnya. Seyla memilih untuk pasrah dengan takdir cintanya. Dia kembali melanjutkan hidupnya, kembali bekerja seperti biasanya.Terlihat Seyla sudah kembali ceria, wajahnya sudah tak lagi murung. Sebenarnya Seyla sudah sangat begitu marah dengan Rani, karena dia yang menyebarkan ke karyawan lain kalau dia mantannya Salman. Entah ada tambahan apalagi yang di bicarakan Rani, biasanya gosip itu selalu ditambah-tambahkan agar semakin menarik. Tapi disisi lain, Rani adalah teman kerjanya, teman satu timnya, jadi Seyla hanya mendiamkannya dan bekerja seperti biasanya dengan profesional.
Begitupun kepada Salman, Seyla seolah memperlakukannya sebagai atasannya, sehingga setiap perkataan maupun perbuatannya selalu sopan dan mungkin jika seisi kantor tidak tahu kalau mereka dulunya sepasang kekasih, pasti tak akan ada yang menyadarinya. Karena gerak gerik mereka seperti orang yang tidak saling mengenal.
"Ran, pinjem berkas yang kemaren aku kasih, ada sedikit revisi" pinta Seyla pada Rani ketika mereka tak sengaja bertemu di kithcen room.
"Oh ambil aja di meja aku, masih aku taro di dekat komputer. Cari aja, aku masih pengen ngopi dulu puyeng." Jawab Rani sambil mengaduk cangkir berisi kopi.
"Makanya jangan ngegosip mulu, jadi puyeng deh. Pasti puyeng mikirin gosip apalagi yang mau disebarin" Seyla berkata sambil meninggalkan Rani yang setengah keheranan.Setelah berada di meja Rani yang begitu berantakan, Seyla yang sibuk mencari berkas, tapi Seyla terpaku dengan layar komputer Rani yang sedang mengakses internet halaman berita.
Terlihat foto Nico dalam berita itu, dan dengan judul headline "Georgio Nico Cannavaro tak melanjutkan karirnya di Indonesia dan memilih kembali ke Belanda" Seyla yang dengan serius membaca berita itu, tanpa ia sadari sudah ada Rani di belakangnya."Ayo, ketauan diam-diam kamu ngefans yah sama Nico. Katanya gak suka sekarang kok jadi suka. Ganteng kan Nico itu, haduh sayangnya dia malah memilih kembali ke Belanda." Rani terus saja bicara dengan cepat.
"Stop Rani, aku gak ngefans sama Nico dan tidak tertarik dengan berita apapun. Aku cuma tadi gak sengaja liatnya, aku cuma pengen tau gosip apa yang kamu lihat. " Bantah Seyla
***
Seyla termenung di depan komputernya. Ada perasaan sedih menyeruak ketika ingat kalau sekarang Nico benar-benar pergi dari kehidupannya. Entah apakah dia akan bertemu lagi atau tidak dengan Nico. Seyla menghela napas dan mencoba mengalihkan pikirannya dengan kembali bekerja."Hidup terkadang berjalan tak sesuai dengan harapan"
______________________________________
Haii pembaca!!!!Jangan lupa vote and comment!!
Vote kalian sangat berarti untukku.Terima Kasij
KAMU SEDANG MEMBACA
First Romance
Romansa"Masa kecilku yang bahagia terenggut ketika orangtuaku bercerai dan ayah menikah lagi. Kehidupan yang kelam dan penuh derita selalu menghantui hari-hariku. Tapi, ada satu masa dimana aku merasa dipenuhi senyuman. Itu dimulai ketika cinta pertamaku d...