Note 10 : Red of Love

209 43 1
                                    

Gadis itu tercenung sesaat, dia tidak mengatakan apapun selama detik. Aku mendekatinya bersama Hinako, sambil beberapa kali melirik ke arah pintu memastikan Akazukin-kun tidak muncul kembali.

"Aku mengurus gadis kecil ini, yang memiliki keperluan dengan Akazukin-kun, sedangkan seorang pemain ada di rumah. Kau ingin ikut dengan kelompok kami? "

"Ha-hah? Kenapa aku harus ikut dengan kalian? " bentaknya dengan menaikkan nada bicaranya.

Aku mencoba menemukan jawabannya tanpa bertanya dengan melihat bagian tubuh yang masih terlihat. Sayangnya jawabannya nihil, semua bagian tubuhnya tertutup.

"Berapa angka yang tersisa di tandamu?"

"K-kau tidak perlu tahu."

Hinako menunjukkan suaranya kemudian. "Onee-chan, kami hanya ingin membantumu...."

Dasar, susah sekali mau dibantu. "Dengar,  jika angka yang tersisa semakin sedikit, kau juga dalam bahaya. Seperti yang dikatakan gadis kecil ini, jika kau mau bekerja sama dengan kami, kami juga akan membantumu menemukan Si Badut sebelum waktumu habis. "

Gadis itu membuang muka dariku. Sekarang apa? Ternyata susah juga membujuk gadis keras kepala.

"Jika kau tidak mau, tidak masalah. Setidaknya kami sudah membujukmu. "

Kami mulai membuat dunia sendiri, di mana kami sudah tidak mengurus gadis itu. Aku dan Hinako memilih mencari tahu lebih lanjut tentang kelas ini daripada membuang waktu yang tersisa.

Seperti yang aku lakukan di kelas 1, kuperiksa semua meja yang berserakan di kelas ini. Lebih banyak barang yang bisa kutemukan di meja yang kuperiksa rupanya.

Sebuah buku tentang olahraga, Menjadi Atlet Basket Dimulai dari Nol, dengan sebuah foto sebagai penanda. Foto itu adalah foto seorang lelaki kekar pemain basket yang sedang menunjukan medali emasnya. Saat kubalik foto itu, tulisan yang ada membuatku tersentak.

Medali ini untuk hadiah ulang tahunmu, Nak! Umurmu sudah 8 tahun, jadi bersemangatlah! Semoga kau menyukai hadiah ulang tahunmu kali ini!

Ps : Maaf tidak bisa bersamamu di hari ulang tahunmu.

- Ayah

Lelaki ini ... ayah Akazukin-kun?

Tahu fakta itu, otakku berputar dua kali. Memang benar ayah Akazukin-kun seorang atlet basket, dan ada selang waktu sebelum menghilangnya Akazukin-kun. Jika foto ini adalah hadiah ulang tahunnya yang kedelapan, maka Akazukin-kun sudah diasuh selama setahun oleh Guru Olahraga sampai hari dimana dia menghilang.

Soal buku ini, apakah Akazukin-kun juga mencoba menjadi atlet basket seperti mendiang ayahnya? Namun melihat fakta bahwa Guru Olahraga juga menghukum Akazukin-kun dengan bola basket, itu terlihat sangat menyedihkan.

Tunggu ... jika Akazukin-kun sebaya dengan Hinako, dia tentu ada di kelas 3 sekarang. Jika ini kelas Akazukin-kun, maka kami bisa menemukan lebih banyak petunjuk untuk mempelajarinya.

Pertanyaan yang muncul di benakku sekarang adalah, kenapa kelas ini menjadi satu-satunya kelas yang dikunci? Bahkan lubang kuncinya pun tidak rusak. Tadi Akazukin-kun juga tidak memaksa masuk, dia hanya melempari pintu dengan bola beberapa kali sebelum akhirnya pergi. Apakah semua itu karena ini kelasnya?

"Natsume-niisan! "

Saat Hinako berseru, aku tersadar dan rupanya gadis itu sudah ada di depanku. Tangannya yang terbalut sarung tangan hendak menyentuh pundakku sebelum akhirnya aku tersadar.

"Ada apa? "

"Apa yang kau cari? "

"Apapun yang berkaitan dengan Akazukin-kun. "

Dia melirik kanan dan kiri, lalu gadis itu menyilangkan kedua tangannya. "Sepertinya pun kalian bisa membantuku. Kalian sudah memeriksa kelas 1?"

Aku mengangguk dan Hinako mendekat. "Kami sudah memeriksa tempat itu, tapi kami hanya menemukan barang-barang kecil."

"Aku sudah memeriksa kelas 2 dan menemukan sedikit benda di kelas ini, jadi kita bagi info bersama," cakapnya dengan suara pelan.

Untung tidak ada kata terlambat untuk setiap kesempatan.

Aku menghela napas, kemudian menyetujuinya.

Dia membuka tasnya dan memberikan sebuah buku tulis. "Ini catatan tentang seorang anak kelas 2 yang mengagumi Akazukin-kun, kau simpan saja. "

Terlihat benar sekarang tasku seperti tempat kumpulan barang kotor, jangan sebut mereka sampah karena mereka masih berguna. Mungkin bau mereka agak tidak enak, tapi aku sudah mengatasi itu dengan kantong plastik pemberian Amuro.

"Oh ya, namamu? "

"Panggil saja Michiru. "

Seperti Amuro dan Hinako, akupun tidak mengetahui nama marga mereka.

"Aku Natsume, dia Hinako. "

Perkenalan singkat selesai, dan dia juga memberitahu berapa sisa waktunya. Delapan belas hari, waktunya masih cukup lama, setidaknya kami masih bisa mengurus Hinako lebih dulu.

"Kita bisa mengurus Hinako dulu, waktunya tersisa 13 hari. Barangkali jika Akazukin-kun juga membantumu memenangkan Petak Umpet ini, berarti kau beruntung," terangku padanya.

Michiru mengangguk mengerti. Pembicaraanku dengan Michiru selesai, setelahnya Hinako memberikan sebuah buku catatan. "Ini kutemukan di meja sana."

"Akan kuperiksa nanti, terima kasih. "

Urusan meja beres, kami berpencar kembali. Kali ini aku berhadapan dengan papan kelas. Beberapa artikel tertempel di sana, tapi tidak ada yang berkaitan dengan Akazukin-kun. Artikel-artikel itu benar-benar normal, walaupun sedikit melucu.

Ada artikel dengan kegunaan payung selain melindungi diri dari hujan. Artikel lain adalah cara membuka benda tersegel. Aku ingat kami menemukan payung dan obeng di kelas satu, sepertinya artikel ini akan membantu.

Aku mengambil kertas artikel itu dan memasukkannya ke dalam tas, dan anehnya Michiru dan Hinako kembali dengan cepat.

"Kenapa kalian kembali secepat ini? "

Michiru menunjukan buku kecil bersampul kulit. "Perasaanku bilang, barang yang kita temukan sebaiknya segera dibawa pergi. "

"I-iya, entah kenapa kita harus pulang segera. " Hinako mengulungkan barang yang membuatku membeku.

Itu adalah barang yang juga membuat Amuro tercenung, sebuah barang dengan warna merah ruby. Jaket olahraga merah ruby dengan pin bola basket tertempel di bagian dada. Jaket itu terlipat rapi dan sedikit berdebu.

"Di mana kau menemukannya?"

"Di loker, pintunya hanya diganjal dengan gumpalan kertas dan sedikit permen karet."

Aku menerima jaket itu dan kembali berpikir tentang suara yang kuterima kemarin di kelas satu. Jika Akazukin-kun menginginkan semua ruby-nya kembali, apakah maksudnya jaket ini salah satu dari semua benda itu?

Tiba-tiba aku juga punya firasat yang sama, entah kami harus segera pergi. Kami sudah menemukan benda-benda ini, dan di antaranya mungkin milik Akazukin-kun. Jika dia menemukan kami bersama dengan bendanya, mungkin kami akan tamat.

"Ayo pergi dari sini."

Hide and SeekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang