Sebatas "SAHABAT"

214 10 0
                                    

Sesakit inikah jika aku terus mencintaimu?

Sekejam inikah perlakuanmu padaku?
Sebutan apa yang paling bagus untukku?
Begokah? Tololkah? Bodohkah?
Pengecutkah? Atau apa?
Kenapa juga hatiku bisa terjebak seperti ini...
Sungguh tragis....
Kau temanku.....
Kau tau namaku dan aku tau namamu
Tapi kau tak tau bahwa aku menyukaimu...
Tapi aku sangat berterima kasih karena kau aku belajar tentang apa itu kepahitan
Apa itu menunggu hal yang mustahil untuk ditunggu...
Apa itu harapan yang semu....
Terima kasih untuk segala pelajaran ini teman yang aku cintai...

#######

"Uhhh pengen bolos dah aku." Keluh Andea. "Yok aku temenin." Idlia terseringai.

"Berani? Pelajaran kanjeng ratu lohh." Aku terkekeh melihat ekspresi Andea dan Idlia.

"Nggak deh, nggak berani. Ntar dijemurin ditiang bendera lagi." Ucap Idlia ketakutan

"Taupun takut." Aku menggoda Idlia. "Hah." Andea membuang napasnya kesal.

"Kenapa?" tanyaku penasaran, kelihatannya Andea benar-benar kelelahan. Aku yakin pasti semalaman dia tidak tidur.

"Ngantuk." Nah ternyata yang aku pikirkan memang benar. "Kan sudah aku bilang, nggak usah tidur kemaleman udah tau ada pelajaran kanjeng ratu masihh aja ngeyel." Aku menoyor Andea.

"kamu tau nggak, kamu sama aku tuaan siapa?" Dia membalas perlakuanku, dia memang benar. Antara Andea dan aku yang paling tua adalah Andea walau kami cuma beda bulan. Dia Januari sedangkan aku Februari.

"Rin Rin Rin." Teriak Idlia. Kelihatannya dia habis lari, tapi kenapa dia lari. Apa dia dihukum kanjeng ratu? Tapi diakan nggak bolos.

"Gawat. Kamu harus minta penjelasan sama Anca." Idlia menggoncang tubuhku. Oh iya Idlia juga satu sekolah denganku waktu SMP tapi kami tidak pernah satu kelas dan sekarang kami akan satu kelas selama 3 tahun.

"Penjelasan apa sih?" tanyaku penasaran. "Semua temen SMP kita ngirain kamu yang udah ngerusakin hubungan antara Dhea dan Anca. Dhea selalu fitnah kamu, sampai-sampai semua temen SMP pada benci sama kamu." Jelas Idlia.

"Hah! Aku rusakin hubungan dia sama Anca? Apa nggak salah? Aku aja udah nggak pernah deket sama Anca. Kalian lihatkan Anca kaya gimana kemaren. Kok aku sih yang kena." Aku naik pitam mendengar perkataan Idlia.

Gila kali si Dhea, aku di fitnah ngerusakin hubungan dia sama Anca. Sedangkan aku dan Anca saja sudah tidak dekat lagi. Aku benar-benar hilang kontak dengan Anca, tapi kok malah aku yang dituduh ngerusakin hubungan mereka?

"Wait. Sabar bro, nggak usah gegabah ini sekolah bukan kandang kambing." Alya menahan diriku.

"Mending kamu tanya sama Anca langsung daripada kamu tanyain ke Dhea . Yang ada kalian berantem." Ucap Iis.

"Gimana mau minta penjelasan? Aku sama dia aja udah hilang kontak semenjak kita selesai UN. Aku nggak terima diginiin." Ucapku penuh emosi.

"Lah babon udah berubah jadi banteng. Ada apa gerangan?" Celetuk Sitha yang langsung mendapat tatapan tajam dari diriku.

"Widih. Serem amat." Dia terkekeh. Disaat aku sedang marah hanya Sitha yang berani bercanda denganku walaupun tak pernah aku tanggapi.

Aku memilih pergi ketempat dudukku. Benar-benar rumit! Kenapa harus aku? Kenapa nggak yang lain aja?

Tak terasa air mataku mengalir deras dipipiku. Mataku sudah tak kuat membendung air yang memaksa ingin keluar, aku merasa bodoh. Kok bisa aku nggak marah, aku nggak benci sama Anca. Padahal selama ini aku benar-benar tersakiti.

Dear Allah, why should him?Where stories live. Discover now