Perhatiannya padaku

339 12 0
                                    

Waktu itu hari senin. Seperti biasa upacara bendera akan dilaksanakan, paginya aku merasa kepalaku sedikit pusing tapi aku tak memperdulikannya.

Aku berbaris dibelakang Putri disamping Amanda sedangkan Anca, dia berada pada posisi paling depan.

Awalnya semua masih baik-baik saja tetapi sesudah bendera merah putih dikibarkan teman lelakiku terlihat pucat. "Tri." Aku memanggil Putri. "Iya kenapa?" tanya Putri. "Itu si Diki wajahnya pucat panggilin Anca." Ucapku setengah berbisik.

Tak lama dari Putri memanggil Anca Diki temanku dibawa menuju UKS olehnya dan ia segera kembali menuju barisannya.

Tiba-tiba Putri menghadap kearahku, aku merasa aneh padanya. "Kamu sakit?" tanya Putri tiba-tiba padaku. "Enggak." Aku berbohong padahal saat itu kepalaku sudah berdenyut-denyut.

"Wajah kamu pucat, aku bilangin Anca." Ucapnya. "Jangan, aku nggak apa-apa kok beneran." Elakku, tapi Putri malah mengadukannya kepada Anca, setelah itu Anca membalikkan badannya dan segera menarikku untuk keluar barisan.

"Ayo." Ucapnya. "Nggak usah." Aku melepaskan tangannya dari tanganku, jujur aku merasa risih ketika tanganku digenggam oleh seorang lelaki.

"Kamu nggak usah keras kepala deh, wajah kamu aja pucat dari pada nanti kenapa-napa." Terlihat ia sangat marah kepadaku.

"Nggak usah Anca, aku masih kuat kok." Aku meyakinkan dirinya. "Terserah." Ia langsung kembali pada posisinya.

"Kamu sakit?" tanya Ziah padaku. "Nggak." Aku tersenyum padanya, waktu itu aku benar-benar merasa tak enak kepada Anca karena sudah membuat dirinya marah.

Syukurnya sampai selesai upacara aku tidak pingsan, tetapi aku masih harus olahraga karena jam pertama selesai upacara adalah olahraga.

Sesampainya dikelas aku menempelkan pipi sebelah kananku diatas meja dan memejamkan mataku sebentar, tapi aku merasakan tangan seseorang menyentuh dahiku.

"Kalau sakit nggak usah olahraga dulu." Ucap Anca. "Aku nggak sakit." Ucapku dengan mata terpejam, sungguh aku merasa nyaman ketika ia berbicara dengan nada lembut.

"Ring kamu nggak ganti baju?" tanya teman-temanku. "Ganti kok, yaudah aku ikut kalian." Aku pergi mengikuti teman-temanku keruang ganti.

Selesai ganti baju kami kembali kekelas, seperti tadi aku menempelkan pipi sebelah kananku diatas meja dan berusaha memejamkan mataku untuk tidur sebentar.

Dan untuk kedua kalianya Anca menempelkan tangannya didahiku dan membuatku tersentak dari tidurku.

"Masih panas." Ucapnya. "Apaan sih." Aku menyingkirkan tangannya dari dahiku, dan selanjutnya dia mengetuk dahiku.

"Sakit tau." Rengek ku, dia tak memperdulikan aku yang sedang kesakitan dan malah pergi mencari guru olahraga kami.

2 menit kemudian Anca kembali kekelas. "Pak Andre tidak ada?" tanya temanku padanya. "Dia sedang sakit dan tidak masuk." Jawabnya dan tersenyum lega kepadaku.

"Kamu mau kemana?" tanya Anca padaku. "Ke depan." Jawabku. "Bosen dikelas mulu." Lanjutku. "Ngapain?" tanyanya penasaran. "Duduk aja cari angin biar seger gitu." Aku sedikit terkekeh.

"Angin kok dicari ntar masuk angin." Tanpa memperdulikannya aku segera pergi kedepan teras kelasku.

'Angin yang menenangkan.' Batinku.

"Huh angin yang menenangkan bukan?" aku tersentak sesaat Anca mengatakan hal yang sama persis dengan apa yang aku rasakan.

'Ini orang lama-lama nyeremin juga.' Ucapku dalam hati dan membuatku tersenyum geli.

Dear Allah, why should him?Where stories live. Discover now