Bagian 1 : Sang Iblis Lonceng

3.3K 332 174
                                    

Bukan Iblis, Dia Malaikat!

Shingeki no Kyoujin © Isayama Hajime

Rivaille Ackerman x Eren Jaeger
#Riren#

Rate : M

Warning : Shounen-ai, BL, Yaoi, bahasa amburadul, typo bertebaran, mengandung unsur dewasa dan kekerasan, homophobic jangan baca!!!








'Sang Iblis Lonceng'








"PAMAN! AKU MOHON JANGAN JUAL AKU. AKU JANJI AKAN BEKERJA LEBIH KERAS LAGI, KUMOHON JANGAN BERIKAN AKU PADA MEREKA."

"Hei! Kau ini berisik sekali. Diamlah dan ikut kami, pamanmu itu sudah menjualmu pada kami."

"BERISIK! Hei, lepaskan aku!"

Teriakan khas remaja puber itu menggema dimalam yang sepi dan dingin itu. Cerahnya langit malam dengan taburan jutaan bintang dan bulan purnama seakan menghianati keadaan si remaja puber.

Jalanan terlihat sepi dari kendaraan, rumah-rumah sekitar pun sudah dalam keadaan pintu tertutup rapat. Seakan menyamai sang langit, jendela ikut menghianati si pintu.

Sangat jelas sekali jendela disekitar rumah si remaja puber itu terbuka, meski sedikit. Banyak pasang mata mengintip dengan tatapan miris dan kasihan kala melihat si remaja puber memberontak dan berteriak-teriak seperti orang kesetanan, memohon agar tidak dijadikan pelunas hutang.

Sungguh malang, begitulah anggapan orang-orang. Merekalah yang menjadi saksi bagaimana kerasnya perjuangan pemuda itu kerja banting tulang untuk menghidupi pamannya yang hanya bisa mabuk, berjudi, dan bermain wanita.

Masih tak cukup membuat keponakannya menderita, si paman tega membebankan hutangnya kepada si pemuda. Tak sanggup membayar, jumlah hutang terlalu melebihi kapasitas kemampuan pemuda itu. Dialah yang menjadi gantinya.

Pemuda bersurai coklat itu masih berusaha memberontak dari seretan orang-orang berwajah preman yang memaksanya masuk kedalam mobil, manik hijaunya menatap pamannya dengan tatapan memohon.

Tidak direspon, si paman hanya menatap datar keponakan yang sudah menjadi budak pencari uangnya selama lima tahun terakhir itu. Sedikitpun rasa belas kasihan tak ia tunjukkan, masa bodoh.

"Aku tidak butuh bocah tak berguna sepertimu, melunasi hutangku saja kau tidak bisa. Kau lebih berguna jika kujual, hutangku lunas, aku pun bisa dapat uang banyak.", jawab si paman ketus.

Terdiam, seketika bocah coklat itu menghentikan pemberontakannya. Hijau bening itu membelalak lebar, setetes air mata jatuh menuruni pipi tirusnya.

Apa salahnya sehingga pamannya itu terlihat begitu membencinya, bahkan tega menjualnya hanya demi uang. Padahal selama ini ia berusaha menjadi anak baik, menuruti semua perintah pamannya.

Ia bahkan mengorbankan sekolah dan masa remajanya agar bisa bekerja seperti perintah pamannya, semua itu ia lakukan sebagai rasa terima kasihnya terhadap sang paman yang mau menampungnya disaat ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi.

"Kenapa, Paman? Kenapa kau tega melakukan ini padaku, apa salahku?", lirih sang pemuda.

"Berisik, dasar bocah tak berguna. Hei, cepat bawa dia, aku muak melihat wajahnya. Selamat tinggal, Eren Jaeger. Semoga beruntung dengan takdir sialmu itu."

Bukan Iblis, Dia Malaikat!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang