Bagian 6 : Kekejaman VS Kebaikan

1.1K 173 67
                                    

Bukan Iblis, Dia Malaikat!

Shingeki no Kyoujin © Isayama Hajime

Rivaille Ackerman x Eren Jaeger
#Riren#

Rate : T

Warning : Shounen-ai, BL, bahasa amburadul, typo bertebaran, homophobic jangan baca!!!









'Kekejaman VS Kebaikan'







Salju dibulan desember, mungkin bulan dimana salju terasa lebih dingin dari bulan-bulan yang lain. Tumpukan es lembut itu juga lebih tinggi dari biasanya, menutupi jalan dan dahan-dahan pohon disepanjang kota Maria.

Sebentar lagi natal, toko-toko penjual souvenir natal tengah dibanjiri oleh pemburu souvenir natal. Beruntung toko yang menyediakan tidak hanya satu, sehingga para pengunjung yang membludak itu tidak perlu khawatir akan kehabisan.

Tidak jauh dari toko-toko penjual souvenir natal itu, terlihat seorang anak kecil berumur sekitar 7 tahun tengah menggosok-gosok kedua tangannya yang berbalut sarung tangan abu-abu guna menghilangkan hawa dingin yang merambati indera perabanya.

Sang ibu yang berjalan bersisian dengannya hanya bisa mendengus geli melihat hidung mancung anaknya yang memerah. Menghentikan langkah, ia berjongkok didepan sang anak yang ikut berhenti karena melihat ibunya berhenti berjalan.

"Ada apa?", tanya sang anak bingung.

Kuchel merapatkan mantel yang digunakan anaknya, membenahi syal hitam yang melorot itu agar menutupi leher mungilnya dengan sempurna. Ia mencubit hidung Rivaille gemas, yang mana mengundang delikan tajam dari si empunya.

"Sudah ibu bilang untuk menunggu di rumah kan, kau ini keras kepala sekali. Lihat, kau bisa jadi 'Es Rivaille' nanti."

Rivaille mendengus kesal mendengar perkataan sang ibu, yang sialnya itu benar. Ia sangat membenci hawa dingin, meski pada kenyataannya ia lahir dibulan dimana musim dingin tengah berlangsung.

Mau bagaimana lagi, salahkan ayahnya yang tiba-tiba ada urusan mendadak sehingga tidak bisa menemani ibunya berbelanja keperluan natal. Ia tidak mungkin membiarkan ibunya pergi sendiri, terlalu berbahaya.

Meskipun ia tahu, mengkhawatirkan ibunya adalah hal yang tidak perlu. Bagaimanapun, ibunya adalah seorang Ackerman juga, tidak kalah bahayanya seperti sang ayah.

Tapi tetap saja ia tidak bisa membiarkan ibunya pergi sendiri, rasa khawatir selalu menghantuinya bila satu-satunya perempuan dalam keluarganya itu harus pergi keluar sendirian.

Ackerman itu banyak musuh, mereka tidak akan segan-segan memakai cara kotor untuk mencapai tujuan mereka. Tidak ada yang namanya kejujuran dan keadilan dalam dunia bawah, adapun masih bisa dihitung menggunakan jari. Jarang sekali.

Memang benar ibunya itu tak akan kalah dengan sang ayah kalau dalam hal pertarungan, namun tetap saja beliau adalah seorang perempuan. Banyak celah dalam hal pertahanan.

"Lebih baik segera selesaikan acara berbelanja ini sebelum aku benar-benar jadi 'Es Rivaille'.", cibir Rivaille.

"Iya, Sayang~"

Keduanya kembali melanjutkan perjalan, sebelum berbelanja souvenir, mereka memutuskan untuk mengunjungi toko perhiasan terlebih dahulu. Kuchel ingin membeli hadiah untuk kerabat jauh Ackerman yang akan melangsungkan pernikahan beberapa hari lagi.

Rivaille yang tidak tahu menahu tentang asesoris yang kebanyakan dipakai oleh wanita itu hanya diam sambil menunggu sang ibu yang tengah berbicara dengan salah satu pegawai toko perhiasan itu, mungkin tengah bernegosiasi.

Bukan Iblis, Dia Malaikat!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang