Bagian 10 : Arti Keberadaan

531 90 18
                                    

Bukan Iblis, Dia Malaikat!

Shingeki no Kyoujin © Isayama Hajime

Rivaille Ackerman x Eren Jaeger
#Riren#

Rate : M

Warning : Shounen-ai, BL, Yaoi, bahasa amburadul, typo bertebaran, mengandung unsur dewasa dan kekerasan, homophobic jangan baca!!!






'Arti Keberadaan'








Takut, rasa takut membuat tubuhnya bergetar gelisah. Gelapnya keadaan sekitar membuatnya semakin merasa takut, ia tidak bisa melihat sama sekali. Manik hijaunya sudah mencoba untuk melihat kesana kemari, mencari setitik cahaya dari kegelapan itu.

Nihil, tidak ada cahaya sedikitpun. Sejauh mata memandang, hanya hitam yang ia temui. Jantungnya berdetak kencang, bisik-bisik mengerikan yang terdengar di telinganya membuat ia semakin ketakutan.

“S-Siapa?”

Suaranya terdengar lirih dan bergetar, tanda bahwa dirinya benar-benar merasa ketakutan. Kedua tangannya mentupi kedua telinganya kala mendengar bisikan itu terdengar semakin jelas, seakan seseorang tengah membisikkan sesuatu di dekat telinganya.

“S-Siapa kalian?”

Lagi, ia kembali bertanya. Namun tetap saja ia tidak mendapat jawaban atas pertanyaannya, hanya bisik-bisik tidak jelas yang kian lama kian terdengar jelas, membuat telinganya berdengung sakit.

“Seseorang, tolong aku. Siapapun itu, tolong aku. Aku dimana, ini dimana? Kenapa semua gelap?”, racaunya gelisah.

Cahaya merah darah tiba-tiba menyinari dari atas, manik hijau itu mengerjab beberapa kali. Tempat yang semula gelap gulita itu kini mulai terlihat, meski samar karena cahaya merah yang tergolong cukup gelap itu.

Eren mengedarkan pandangannya ke sekeliling, sekilas ia melihat hamparan luas berumput di sekitarnya. Sebuah pohon besar tumbuh di dekatnya, daunnya yang lebat sampai condong di atas kepalanya.

Tubuh kurus itu mundur beberapa langkah karena hembusan angin yang cukup kencang, langkahnya terhenti saat kakinya tersandung sesuatu bertekstur keras. Manik hijaunya melotot horor melihat benda yang menyandung kakinya, batu nisan.

“Ya Tuhan!”

Eren segera menjauhi batu nisan itu dengan tergesa-gesa, karena terlalu panik, ia jatuh terjengkang setelah kakinya kembali menyandung sesuatu. Lagi-lagi manik hijau itu melotot horor, menatap ngeri batu nisan lain yang baru saja tersandung kakinya.

"Kenapa?"

“Kenapa kau berbeda?”

“Kenapa kau tidak sama?”

“Kau harus merasakannya juga.”

“Kau harus tersiksa juga.”

“Ini tidak adil.”

Bukan Iblis, Dia Malaikat!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang