Akhirnya aku di perbolehkan untuk pulang oleh dokter meski bukan hari itu, tapi tak apa yang penting sekarang aku sudah pulang hehe. Jam dinding baru menunjukan pukul 09.45 Aldy pasti belum pulang karena biasanya murid kelas enam pulang selepas dzuhur. Jadi aku memutuskan untuk membuka buku Dairyku, kembali membaca puisi-puisi yang sudahku tulis. Sejak semester satu kemarin aku memjadi suka puisi karena ternyata puisi itu seru. Saat tengah asyik membaca tiba-tiba saja rasa kantuk menyerangku, mungkin itu efek dari obat yang kuminum tadi. Akhirnya aku memutuskan untuk tidur.
Sayup-sayup aku mendengar ada yang memanggil namaku dari luar, perlahan kubuka mataku dan aku bergerak bangun dengan sedikit mengulet lalu aku turun dari ranjang. Rasanya aku mengenal suara itu jadi aku bergegas untuk membuka pintu depan rumahku. Dan benar seperti dugaanku, itu Aldy. Dia datang sambil tersenyum lebar.
"Hai Jingga! Gimana udah baikan?" Sapa Aldy.
"Hai. Udah ko, walau kadang masih suka sakit." Jawabku.
"Aku enggak di suruh masuk nih?" Tanya Aldy sambil tersenyum polos.
"Eh iya. Ayo masuk Al." Jawabku sambil mempersilakannya masuk.
"Mama kamu mana?" Tanya Aldy saat ia baru saja duduk di sofa ruang tamu. Aku mengedarkan pandanganku, tersadar jika Aku tak menemukan sosok Mama.
"Mama di dapur kali. Bentar ya aku lihat dulu sekalian bawa minum buat kamu." Jawabku sambil melesat ke arah dapur tanpa menunggu respon dari Aldy.
Benar dugaanku, Mama sedang asyik memasak sambil menyetel lagu dangdut koplo kesukaannya sambil sedikit menggerakan badanya mengikuti irama atau menyambung lirik dari lagu yang ia putar tanpa sadar aku sedang memperhatikannya sambil cekikikan.
"Ma!" Teriakanku akhirnya menginterupsi gerakan Mama.
"Eh. Oh. Ada apa nak?" Tanya Mama.
"Jingga mau ngambil minum buat tamu."
"Memang ada siapa? Mama enggak dengar ada orang tuh?" Mama sedikit bingung.
"Ada Aldy, ya jelaslah Mama enggak bakal denger orang Mama asyik dangdutan disini." Kataku.
"Hehe iya yaa. Yaudah kamu kedepan aja nanti Mama yang bawa minumnya." Kata Mama sambil tersenyum.
Saat aku kembali kedepan aku mendapati Aldy sedang asyik memperhatikan seluruh ruang tamu, rumahku memang terbilang cukup unik karena semua ornamennya serba kayu, bahkan dindingnya pun kayu.
"Aldy." Panggilanku membuatnya menoleh dan tersenyum ke arahku.
"Mama kamu ada?" Dia kembali bertanya.
"Ada ko, nanti sebentar juga Mama keluar bawain minum. Emang kenapa gitu?"
"Hemm ... gak papa sih hehe."
"Sekarang jam berapa yaa." Kataku sambil melirik ke arah jam dinding, ternyata sudah pukul 15.30 pantas saja Mama sudah mulai memasak.
"Udah lewat ashar sih, tapi kalo mau ke danau jam segini masih panas Jingga." Kata Aldy. Tak lama kemudian Mama datang membawakan minuman.
"Tante aku boleh ngajak Jingga main ke rumahku enggak?" Tanya Aldy pada Mama setelah ia meneguk gelas sirupnya hingga tandas.
"Boleh ko, asal jangan main yang capek-capek yaa, kan Jingganya belum betul-betul sehat." Kata Mamaku sambil tersenyum. Mataku dan Aldy bertemu lalu ia tersenyum dan mengangguk ke arahku.
Disinilah kami saat ini, di sebuah kamar di lantai dua rumah yang sudah lama kosong dan konon katanya berhantu namun aslinya sangatlah indah. Dari jendela kamar Aldy aku bisa melihat pemandangan yang berbeda, lapang bola yang luas dan rumput yang menghampar bak permadani, rumah-rumah warga yang berderet rapi, dan tentu saja danau kesukaanku.
"Kamu suka?" Tanya Aldy yang ku jawab dengan cengiran dan anggukan kepala.
"Syukur deh kalo kamu suka. Tapi ini sudah mau jam lima, kamu mau kedanau atau lihat senja di sini?" Tanyanya lagi.
"Emm kedanau aja deh hehe." Jawabku sambil menyengir.
"Ya udah let's go." Kata Aldy sambil menunjuk pintu kamarnya.Akhirnya disinilah kami di sebuah bangku panjang pinggir danau yang biasa kududuki, dengan buku diary di tangan kiriku dan bulpoin warna jingga di tangan kananku. Terkadang aku akan begitu serius menuliskan beberapa kata di buku, dan aku akan tertawa menanggapi candaan yang Aldy lontarkan. Saat cahaya matahari mulai gelap akhirnya kami memutuskan untuk kembali kerumah masing-masing. Kami berpisah di depan rumah masing-masing, namun sayang ada sebuah sepeda yang di kendarai seorang anak laki-laki yang menyerempet tubuhku sehingga aku terjatuh dan lututku lecet.
"Makannya kalo jalan jangan meleng dong!" Teriak anak laki-laki itu kearahku, membuatku semakin ingin menangis.
"Hei kamu!" Aldy berteriak memanggil anak itu membuatnya langsung menoleh ke arah Aldy. "Ada juga kamu yang salah. Kamu yang naik sepeda ngebut dan nabrak Jingga!" Sambung Aldy. Anak lelaki itu langsung menciutkan nyalinya karena tubuh Aldy lebih besar darinya.
"Minta maaf sama Jingga!" Titah Aldy pada bocah itu.
"Ma ... ma ... maafin aku yaa." Katanya sambil sambil menyodorkan tangannya.
"Iya." Jawabku sambil menyambut sodoran tangannya. Setelah itu ia langsung mendorong sepedanya dan pergi dari sana.
"Kamu gak papa kan?" Tanya Aldy sambil membantuku berdiri.
"Iya enggak papa ko, cuma lecet sedikit." Jawabku.
"Ya udah masuk sana." Kata Aldy. "Lain kali aku bakal pastiin dulu kamu masuk rumah dengan selamat biar enggak kejadian kayak kemaren atau pun tadi." Sambung Aldy. Aku hanya tersenyum menanggapinya.
"Ya udah aku masuk dulu yaa Al. Dah." Kataku sambil melambaikan tangan padanya.
"Iya. Dah." Jawab Aldy.
Kenapa sekarang double up? Karena besok kemungkinan aku gak bisa up ceritanya karena ada something so, selamat menikmati jan lupa bayar kalo udah😂😂😂😂

KAMU SEDANG MEMBACA
Berita Dari Angin Senja(New Vesion)
RomantizmBagi Jingga, Aldy adalah sahabat sekaligus kekasih yang ia cintai, namun seperti wanita kebanyakan selalu ada rasa gensi dan canggung untuk mengungkapkan perasaannya Bermula dari pertemuan tak sengaja di danau dekat rumahnya dan menjadi sesuatu yang...