2. Jadi Sahabatku

54 10 1
                                    

Handoko menepuk pelan bahu putranya yang sedang asyik memperhatikan Wulan dan Gilang yang sedang berbincang dengan dokter mengenai kondisi Jingga. Aldy hanya menoleh sekilas kemudia kembali menyimak obrolan antar dokter dan orang tua Jingga. Aldy menghela nafas lega ternyata gadisnya tak terlalu mengkhawatirka.

"Ayo pulang udah malem. Kasian Kakak sama Ibu cuma berdua di rumah, kamu juga besok harus sekola." Akhirnya Aldy bersedia untuk pulang setelah sebelumnya terus menolak di ajak pulang.

***

Jingga mulai membuka matanya perlahan, namun rasa sakit yang begitu kuat tiba-tiba saja menyerang bagian kepala belakang membuatnya mengangkat tangang dan ingin menjambak rambut belakangnya. Namun, belum sampai tangan Jingga menyentuh rambut, tiba-tiba saja ada tangan yang menghentikan gerakanya.

"Jangan dijambak! Nanti kepala kamu makin sakit." Kata Aldy sambil mencegah gerakan Jingga. "Ibu sering pijitin aku kaya gini kalo lagi sakit kepala atau demam." Sambung Aldy sambil memijat pelipis Jingga dan memberikan sensasi nyaman untuk Jingga.

"Kamu baik." Ucap Jingga pelan.

"Hah? Apa? Aku gak denger, kamu ngomongnya pelan banget. Hehe." Tanya Aldy yang masih setia memijat pelipis jingga yang kini sudah berganti posisi menjadi duduk.

"Kamu baik. Kamu mau enggak jadi temen aku?" Tanya Jingga yang di jawab dengan anggukan kepala oleh Aldy.

"Janji yaa?" Kata Jingga sambil mengacungkan jari kelingkingnya. Aldy beranjak dari posisinya dan menyambut gerakan tangan Jingga.

"Iya janji." Jawabnya sambil tersenyum.

"Mama mana?" Tanya Jingga.
"Tante tadi keluar sebentar. Jadi aku yang nungguin kamu dulu."

"Kamu enggak sekolah?"
"Sekolah kok."

"Terus kenapa kamu di sini bukannya di sekolah."

"Ini udah sore Jingga hehehe."

"Masa sih? Yah aku enggak lihat matahari tenggelam dong." Jingga menunduk lesu.

"Mataharinya besok ada lagi, yang penting sekarang kamu sehat dulu." Kata Aldy sambil membelai lembut rambut Jingga. "Besok kalo kamu udah pulang aku janji deh bakal nemenin kamu liat matahari tenggelam di danau yang kemaren." Kata Aldi sambil menaikan dagu Jingga lalu menaik turunkan alisnya.

"Oke deh kalo gitu." Jawab Jingga sambil tersenyum lebar memamerkan deretan giginya yang rata.

"Aldy ayo pulang sudah sore." Kata Ayah Aldy yang datang bersamaan dengan Ibu Jingga.

"Iya Yah." Jawab Aldy. "Aku pulang dulu yah, kamu banyak-banyak istriraha biar cepet sembuh." Kata Aldi sambil menatap manik mata hitam Jingga.

"Iya. Hati-hati di jalan yaa." Sahut Jingga. Aldy tersenyum lalu beranjak dari posisinya. Namun tepat di ambang pintu langkahnya terhenti.

"Dah!" Kata Aldy sambil tersenyum lebar. Jingga membalasnya dengan senyum tak kalah lebar.

***

Tok tok tok ...
Suara pintu di ketuk menyadarkan Jingga dari lamunanya. Di lihatnya seseorang tengah berdiri di ambang pintu. Jingga menoleh ke arah Ibunya yang tengah tertidur di ranjang tambahan tepat di samping Jingga sambil mengelus pelan tangan sang Ibu yang memnbuatnya terbangun. Remaja laki-laki yang berdiri di ambang pintu itu tersenyum pada Ibu Jingga.

"Selamat Pagi Tante." Katanya sambil tersenyum lebar dan berjalan mendekati ranjang Jingga, lalu menyalim tangan Wulan.

"Abang Raihan!" Pekik Jingga Senang. Lalu Jingga merentangakan kedua tangannya tanda meminta di peluk. Raihan dengan senang hati semakin mendekat dan di peluk oleh gadis kecil itu.

"Jingga kangen banget deh sama Abang." Kata Jingga saat setelah melepas pelukannya.

"Iya Abang juga sama." Kata Raihan sambil tersenyum. Raihan adalah sepupu Jingga. "Kamu kok bisa kaya gini sih dek?" Tanya Raihan. Kemudian Jingga menceritakan semuanya dengan rinci. Jingga menghentikan ceritanya saat melihat jam dinding menunjukan pukul 06.45.

"Abang."

"Apa?"

"Udah jam tujuh kurang seperempat abang emang enggak sekolah?" Tanya Jingga agak panik takut kalau kakak sepupunya terlabambat gara2 menjenguknya pagi-pagi.

"Hahahahaha!" Raihan malah tertawa menggelegar membuat Jingga bingung.

"Ternya kebentur bikin otak kamu geser ya dek, hahaha ini tuh hari minggu masa Abang di suruh sekolah sih." Raihan memandang gemas adik sepupunya itu.

"Hah? Emang iya? " Sekali lagi Jingga ingin memastikan, namun Raihan kembali lagi tertawa keras seperti tadi.

"Dasar ..." Belum sempat Rahian melanjutkan perkataannya tiba-tiba saja Jingga menyela.

"Dasar apa?!"

"Dasar cantik maksudnya." Kata Raihan sambil menoel ujung hidung Jingga.

"Hemm ... Eh Abang Jingga punya temen baru loh, dia yang kemarin nolongin Jingga waktu kecelakaan."

"Oh yaa?"

"Iyaa, namanya A-L-D-Y."

"Cowok?"

"Ih Abang! Ya iyalah cowok. Kalo namanya Dilla baru deh cewek." Jingga merengut kesal.

"Ma." Kata Jingga.

"Ya sayang?" Jawab Wulan.

"Papa mana Ma?"

"Papa kerja sayang, emang kenapasih? Hem?" Kata Wulan sambil mendekati putrinya.

"Jingga bosen, pengen pulang aja." Kata Jingga manja.

"Yaudah Mama tanya Dokter sama telepon Papa dulu yaa." Kata Wulan sambil tersenyum lebar.

"Yeeeeaaayy!" Jingga berseru senang.

"Wih seneng banget sih dek?" Tanya Raihan.

"Iya dong kan mau ketemu seseorang hahahaha." Jawab Jingga lalu di akhiri dengan derai tawa.



























Mari kita ciptakan kebahagian dulu untuk saat ini😊😁😂 selamat menikmati, dan selamat malam jum'at jangan lupa baca Al-Kahfinya untuk para umat muslim😊

Berita Dari Angin Senja(New Vesion)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang