Tahu kenapa Haechan disebut full sun? Tentu saja karena namanya sendiri memiliki arti yang sedemikian rupa. Aku kerap kali dibuat kesal karena-nya. Ketika aku bersedih, dia memang selalu ada untukku. Dia turut merasakan kesedihanku dan menenangkanku di dalam pelukannya. Namun, belum pernah sekalipun dia menunjukkan raut gelisah ataupun sedih sepanjang aku mengenalnya.
Terkadang aku merasa asing saat berdekatan dengannya. Apakah benar, ini sosok Haechan yang kukenal selama 5 tahun belakangan? Atau, selama ini dia sedang berkamuflase dan bersikap baik-baik saja di depanku?
Pertanyaanku hampir terjawab tatkala Haechan menghilang selama 2 hari. Rasanya hampa tanpa dirinya. Terlalu sering menyinari hidupku, rupanya membuat dampak besar ketika Haechan tak bersamaku. Tak bertatap muka dengannya. Meskipun hanya pergi beberapa hari, presensinya selalu sukses membuatku ketergantungan.
Suatu hari, aku menyuarakan kegundahanku. "Haechan, katakan padaku dan jujurlah." Kami melakukan kontak mata untuk beberapa saat. "Tentang apa?" tanyanya. Dia tersenyum. Namun, senyuman itu memudar ketika aku bertanya. "Kau kemana saja?"
"Aku?" tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri. Aku mengangguk. "Ya." jawabku mantap. "Hanya menenangkan diri dan mengumpulkan tenaga untuk kalian semua." jawabnya membuatku meringis pelan. "Kalian semua?" ulangku.
"Ya." tegasnya. Dia menatapku lekat. Beberapa detik kemudian, dia mengembangkan senyumnya sambil meraih tanganku dan mengelusnya. "Jangan khawatirkan aku. Karena aku tidak akan pergi kemana-mana. Selama matahari masih besertamu, maka akupun juga. Di saat kegelapan menyelimutimu, peluklah aku. Sumber kehangatan dan ketenangan yang akan merengkuhmu sepanjang hari." lanjutnya. []
KAMU SEDANG MEMBACA
FULL SUN.
Short Storyhaechan, jadikan aku separuh bagianmu. 𝓳𝓲𝓶𝓭𝓸𝓸𝓷𝓰𝓲𝓮, 𝓮𝓼𝓽. '¹⁹