Na Jaemin

819 171 7
                                    

Sejak hari itu, aku jadi banyak melamun. Sibuk memikirkan latar belakang kehidupan Haechan membuat sekolahku berantakan, hubunganku dengan kedua orang tuaku yang sudah buruk juga menjadi semakin buruk, bahkan kesehatanku pun sepertinya juga. Aku bahkan baru sadar. 5 tahun mengenalnya- Ah, bisakah aku benar-benar menyebut bahwa aku sudah mengenalnya? Sepertinya bahasa itu kurang cocok. Karena aku sama sekali tidak mengenalnya.

"Hei," Aku menahan tangan Jaemin. Siswa kelas 11-5 yang seharusnya sekelas dengan Haechan juga.

Dia melirikku sejenak kemudian melengos. Aku mengejar langkahnya. "Hei! Berhenti-" Aku mengaduh kesakitan saat dia tiba-tiba berbalik, membuat kepalaku terbentur dadanya. "Aish." Aku hampir mengumpat kalau saja dia tidak berbicara. "Mau apa?" tanyanya.

"Katamu, kau pernah mendengar nama Haechan di suatu tempat. Katakan padaku. Dari mana?" desakku tak peduli kalau aku terlihat seperti gadis pemaksa. Dia mendengus. "Hanya itu?" tanyanya sambil tersenyum miring. Sumpah! Ingin sekali aku mencemoohnya. Tapi aku yakin, dia pasti memegang informasi penting tentang Haechan.

"Hm." dia berdeham dan bertingkah seolah sedang berpikir keras. "Aku tidak tahu apakah Haechan yang kau maksud sama dengan Haechan yang kukenal." lanjutnya. "Hanya ada satu Haechan di dunia ini. Kalau-" Dia memotong ucapanku. "Maksudmu ada dua." ralatnya membuat dahiku mengernyit. "Ya?"

Jaemin tersenyum meremehkan. Aku mendelik. "Apa maksudmu?" tanyaku. Dia menghela nafasnya dan berkacak pinggang. "Kau kenal Lee Donghyuck?" Aku semakin bingung dibuatnya saat menyebutkan nama asing yang tidak pernah kudengar. "Lee Donghyuck?" tanyaku sekali lagi. Dia mengangguk. "Tidak." jawabku. "That's the point. Kalau kau tidak mengenalnya, maka aku tidak bisa memberi informasi. Adios!" tukasnya kemudian melenggang pergi. []

FULL SUN.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang