Omong-omong, sudahkah aku berkata kalau Haechan sudah pergi lagi? Sejak hari itu, batang hidungnya tidak terlihat lagi. Aku kecewa. Sebenarnya apa yang dia sembunyikan? Belakangan ini, dia aneh. Pesan yang kukirim, tidak ada satupun yang dia balas.
"Sudah siap?" tanya Jaemin. Aku mengangguk dan berpegangan pada jaketnya. "Ayo berangkat! Jangan ngebut. Awas kau! Nanti kujambak sampai mati." ancamku. Jaemin mengulum senyumnya. Bagaimana bisa Haechan menyia-nyiakan gadis selucu ini? batinnya.
"Pegangan yang erat. Tubuhmu ringkih, nanti terbang. Aku tidak mau tanggung jawab." Setelah itu, dia menjalankan motornya. Ketika di perjalanan, aku tersadar kalau aku meninggalkan airku. Gawat.
Akhir-akhir ini air menjadi kebutuhan utamaku dan paling penting dari yang lainnya. Aku harus minum paling tidak 30 menit sekali. Entah teoriku saja atau bagaimana, tapi rasanya aku akan dehidrasi kalau tidak begitu.
Motor Jaemin berhenti melaju. Aku melihat rumah kecil yang tidak terurus. Dimana ini? Aku menepuk pundak Jaemin. "Kau serius membawaku ke sini?" tanyaku. Dia mengangguk dan menoleh ke arahku. "Super duper serius, Yura." jawabnya. Eh? Dari mana dia tahu namaku?
"Kau tahu namaku?" tanyaku. "Dari Donghyuck." Siapa sebenarnya Lee Donghyuck? "Apa dia Haechan?" tanyaku ragu-ragu. Jaemin mengangguk. "Ya. Dan rumah tak layak huni ini adalah tempat tinggalnya." balasnya membuatku mematung. Lee Donghyuck? Haechan? Dia tinggal di sini? Berapa banyak lagi yang dia sembunyikan dariku? []
KAMU SEDANG MEMBACA
FULL SUN.
Short Storyhaechan, jadikan aku separuh bagianmu. 𝓳𝓲𝓶𝓭𝓸𝓸𝓷𝓰𝓲𝓮, 𝓮𝓼𝓽. '¹⁹