16

2.2K 296 21
                                    

Pagi ini Anas tidak menemukan sarapan, ia memanggil Bi Ina tapi juga tidak Ada jawaban.

Ia melihat mobil Sya sudah keluar dari perkarangan rumah.

Tanpa pikir panjang Anas pun melajukan mobilnya.

"Aku belum sarapan," kata Anas saat sudah di ruangan istrinya.

"Maaf, Saya akan menyuruh OB membelinya," Sya hendak keluar, namun ia berbalik lagi. "Oh ya, bapak mau sarapan apa?"

Anas terkejut mendengar sapaan Sya dan berbicara dengan formal dengannya.

Sya masih menunggu di depan pintu yang sudah terbuka.

Ia melihat suaminya dengan tatapan datar.

Anas mengetatkan rahangnya.

"Tidak usah, siapkan bahan meeting, kita bertemu dengan klien satu jam lagi."

Setelah itu Anas meninggalkan ruangan Sya.

Anas menahan emosinya, kalau tidak ia tidak bisa konsen dengan meetingnya nanti.

Pertemuan dengan klien dari Batam membahas tentang pertambangan yang sedang di bangun di sana dan kerja sama dengan perusahannya.

Sya duduk di samping Anas, ia mendengar dengan seksama pembicaraan mereka.

Setelah selesai, pak Irsan melihat Sya.

menarik.

Ada aura keibuan dan sopan sepertinya, pikir pak Irsan.

"Ini sekretaris anda?" tanya Pak Irsan.

"Iya, dia__"

"Cantik." puji Pak Irsan tanpa mendengar lanjutan kalimat Anas.

Sya mengulas senyum semanis mungkin, Pipinya juga merona.

Anas mengeram dalam hati melihat ekspresi Sya.

"Siapa nama kamu?" tanya Pak Irsan.

Anas muak mendengar bahasa non formal yang digunakan kliennya ini.

"Syatila, Pak." jawab Sya sopan.

Untuk apa pria tua ini menanyakan ini itu, apa mau menjadikan Sya istri kedua atau ketiganya?

"Kamu harus berkenalan dengan putra saya," Ujar Pak Irsan. "Dia sangat menyenangkan," sambungnya.

Anas mengetatkan rahangnya.

Gila.

Tidak taukah yang sedang ia bicarakan ini istrinya?

"Em, dia__"

"Terimakasih Pak, saya merasa terhormat bisa berkenalan dengan putra Bapak," sahut Sya cepat, namun dengan senyum memukau, karena Ia tau apa yang akan disampaikan suaminya itu.

"Benarkah? Baiklah, saya akan menghubunginya nanti dan meminta bertemu denganmu."

Sya mengucapkan terimakasih sekali lagi tanpa memperhatikan sosok di sampingnya yang siap menjadikannya makan siang kali ini.

"Baiklah, Pak Anas, Syatila, saya permisi dulu." ucap pak Irsan.

Setelah berjabat tangan, pak Irsan pergi.

Tinggallah Anas dan istrinya.

Sya memasukkan semua bahan meeting ke dalam tasnya.

"Kemana harga dirimu?" tanya Anas saat Sya sedang sibuk dengan kertas-kertas.

Sya tidak menjawab.

"Apa kau akan merayu pria lain, sedangkan kau sudah punya suami?"

Sya tentu saja sakit hati mendengar tuduhan Anas.

SYATILA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang