3

5K 608 5
                                    

Sejak seminggu obrolan tentang perjodohannya dengan adiknya sendiri, Anas selalu pulang larut.

Ia malas harus selalu mendengarkan permintaan yang sama dari orang tuanya, apalagi saat menanyakan perihal hubungannya dengan Silvi.

Karena Anas sedang menghindari orang tuanya, otomatis frekuensi pertemuannya dengan Rara pun berkurang.

Tidak mungkin Anas mengetuk pintu kamar Sya, hanya untuk melihat putri kecilnya itu.

Rindu.

Ia sangat merindukan keponakannya.

Pagi sekali Sya sudah bangun dan sedang menyiapkan sarapan.

"Sya," panggil Anas.

Sya yang sedang menggoreng tempe otomatis berbalik ketika namanya dipanggil.

"Ada apa Mas?"

"Rara, belum bangun?"

Sya menggeleng.

Anas mendesah.

Sya tersenyum melihat Mas nya.

Ia tau kalau Anas sedang merindukan putrinya.

"Ke kamar aja Mas, tapi jangan diganggu Rara nya."

"Boleh?" tanya Anas dengan raut binarnya.

Sya mengangguk.

Anas masuk ke kamar Sya.

Saat pintu kamar dibuka, mata Anas menangkap sosok putri cantiknya masih terlelap dalam selimut.

Dihampirinya Rara, Anas mengelus surai hitam Rara yang sudah lebat.

Anas duduk di sisi ranjang, dipandangi malaikat kecilnya itu.

"Papa kangen Ra," bisiknya.

Rara menggeliat, saat merasakan seseorang yang mengganggu tidurnya.

Namun ia tidak membuka matanya.

Saat sedang membenarkan selimut Rara, Anas melihat sebuah foto di sisi kanan Rara.

Tangan Anas terukur menggapai foto tersebut.

Anas melihat dengan seksama sosok yang ada di foto itu.

Rara dan Ibra, suaminya sedang berpelukan dan saling berhadapan.

Anas tidak buta, ia bisa melihat betapa besar cinta Sya untuk suaminya itu, pun sebaliknya.

Ia berpikir, kenapa Sya tidak menolak saat Papa menjodohkan mereka seminggu yang lalu, setidaknya ia memberikan tanggapan.

Perhatian Anas teralihkan ke Nakas dan meja sudut kamar Sya, di sana juga ada foto Sya dengan Ibra.

Netranya berhenti saat melihat pigura besar di dinding atas tempat tidur.

Foto pernikahan Sya dengan Ibra.

Satu kesimpulan terbersit di hatinya.

Kalau adiknya masih sangat mencintai Ayah Rara.

Bagaimana bisa ibunya tidak memikirkan perasaan Sya, sehingga dengan mudahnya menjodohkan mereka.

Anas akan berbicara dengan ibunya.

Mungkin hal ini akan mengubah keputusan orang tuanya.

Setelah puas mengecup pipi Rara, Anas keluar dari kamar Sya dan kembali ke kamarnya.

Hari ini Anas akan keluar kota, namun sebelum berangkat ia harus berbicara dengan orang tuanya.

Melihat ibunya sedang sendiri di dapur, Anas menghampiri.

SYATILA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang