6

4.7K 558 8
                                    

Sya sampai di rumah pukul dua belas. Ia masuk ke kamarnya.

Setelah selesai mandi ia mengetuk pintu kamar ibunya, untuk mengambil Rara.

Setelah itu ia membawa Rara ke kamar Anas untuk tidur.

Seharian ini ia lelah, karena harus mengurus acara ulang tahun Anas, ia bersikap profesional saat mengatakan pada karyawan lainnya, hanya akan melibatkan Daniel di Acara ini.

Ia tidak mau mendengar kasak kusuk tentang Anas, mengingat rata-rata karyawan yang mengetahui pernikahannya.

Pintu kamar dibuka, Sya yang sedang duduk di depan cermin menoleh melihat Anas yana masuk.

Tatapan mereka bertemu sesaat, tapi Sya tidak merasakan apa-apa.

Anas masuk ke kamar mandi tanpa menyapa istrinya.

Sya menyiapkan pakaian suaminya dan keluar sebentar.

Ia tau Anas tidak pernah membawa pakaian ganti ke dalam kamar mandi, sedari itu ia memutuskan keluar.

Setelah dikira cukup lama di luar, Sya masuk.

Dan benar saja Anas sudah berbaring, namun belum memejamkan matanya.

Saat Sya mendekat ke ranjang, Anas duduk bersandar di headboard.

"Ada hubungan apa kamu sama karyawanmu?"

Sya menatap Anas dengan kernyitan halus di keningnya.

"Siapa?" Tanya Sya.

Kini Anas menoleh ke samping ke arah Sya. "Yang menarik tanganmu tadi."

"Oh,"

Anas menatap tajam istrinya saat mendengar jawabannya.

"Oh?" Ulang Anas.

"Daniel,"

"Namanya Daniel? Kalian pacaran?"

Sya menggeleng. "Kami cuma teman."

Teman?

Bahkan ia melihat tadi bagaimana tatapan laki-laki itu kepada Sya.

"Yakin cuma teman?"

Sya mengangguk. ia memang berteman dengan Daniel.

Bahkan sudah lama.

Saat ia berpacaran dengan Ibra.

Sya tersenyum mengingat suaminya waktu itu yang masih menjadi pacarnya sangat cemburu pada Daniel, padahal Daniel sahabat Ibra.

Anas heran melihat istrinya yang senyum sendiri.

"Kenapa senyum-senyum?"

Sya menoleh. "Ah nggak, hanya teringat Mas Ibra." Akunya.

Anas meringis dalam hati, bahkan saat sedang bersamanya hanya Ibra yang ada dalam pikirannya.

"Besok Aku mau kasih tau hubungan kita pada Silvi."

Sya tidak menjawab.

Itu bukan urusannya, masih ada hal lain yang harus ia pikirkan.

"Aku ingin, besok kamu ikut."

"Selesaikan sendiri Mas, jangan libatkan Aku."

"Ini bukan hubungan sepihak," Kata Anas tegas.

"Dan antara Mas dan Mba Silvi tidak harus ada Aku."

"Kamu lupa statusmu sekarang?"

"Aku ingat, bahkan sangat ingat." Jawabnya santai.

"Sya." Anas hampir berteriak.

"Aku perempuan Mas, Aku tau bagaimana Perasaan Mbak Silvi nanti."

"Dan Aku harus apa?" Anas bertanya sambil menatap tajam istrinya.

SYATILA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang