Story 3 - film

199 24 4
                                    

"Buatlah film dengan tema bebas, kumpulkan 2 bulan dari sekarang..."

Begitulah yang guru kesenianku katakan. Aku dan teman-temanku lalu sepakat untuk membuat film bertema thriller pembunuhan. Cukup menegangkan bukan?

Tim kami terdiri dari 5 orang
Aku, ipeh, albert, kevin, dan jeni.

Aku, albert, dan jeni menjadi tokoh protagonis. Ipeh dan kevin menjadi antagonis

Kameramen dan sutradaranya adalah kami semua, dibantu tripod.

Lalu kami sepakat untuk memulai shooting di rumah ipeh, karena rumahnya yang cukup besar dan sedikit suram.

Sudah berminggu-minggu kami membuat film nya, namun kami juga sedikit hopeless saat film sudah menuju klimaks, kami merasa film yang kami buat sedikit tidak nyambung dan terkesan tidak jelas.

Diceritakan bahwa setelah diselidiki ternyata pembunuhnya menyimpan para korban-korban bunuhannya di sebuah ruang bawah tanah, dan para tokoh protagonis yaitu aku albert dan jeni yang berperan sebagai siswa yang sangat penasaran menuju keruang bawah tanah untuk mengecek apakah benar ada mayat atau tidak. Secara dikehidupan nyata tidak ada yang seperti itu, jika memang ada pasti hanya akan melapor ke pihak berwajib, bukan malah sok-sok an berani datang ke kandang pembunuh. Itu lah yang membuat kami hopeless karena ceritanya yang tidak masuk logika

"Ayo yang semangat dong! Kita harus menjiwai film nya agar mendapat nilai yang bagus" sahut ipeh memberi semangat saat melihat teman-temannya tidak semangat, diantara kami semua memang ipeh yang paling semangat. Dia selalu memberi suasana positif dan itu membuat kami kembali bersemangat.

"Baiklah, mari kita cepat selesaikan ini. Tinggal 2 scene lagi kan?" Tanyaku, semuanya mengangguk menjawab pertanyaanku.

Lalu kevin datang dengan membawa mesin senso "maaf terlambat, aku habis minjam senso ini dari tetangga"

Semuanya meringis ngeri memandang senso yang dibawa kevin, takut apabila senso itu akan melukai.

"Itu tidak berbahaya kan?" Tanya jeni ketakutan

"Tidak apa-apa, asal kita gunakan dengan hati-hati. Lagipula kan kita hanya butuh suara sensonya saja" jawab kevin.

Lalu kami semua kembali mengangguk

"Oke Go! Ini shooting terakhir, lakukan dengan sungguh-sungguh" teriak ipeh, seperti biasa memberi semangat

Lalu shooting berlanjut. Adegan ini adalah saat para siswa yang pergi keruang bawah tanah itu, lalu sang pembunuh datang dengan membawa senso dan mengarahkan pada mereka semua.

"Take 1.... action" teriak albert

Diceritakan. siswa-siswa yang mencoba masuk ruang bawah tanah terkejut dan ketakutan saat melihat banyak mayat diruangan itu. Lalu sang pembunuh datang dengan awalan terdengar suara senso dan langkah kaki yang turun dari arah tangga, dan makin lama suara langkah itu semakin jelas. Dan juga dapat terdengar suara mesin senso yang menyala.

Nguunggg..
Nguungggg...
kriieettt.....

Para siswa ketakutan

Clak clak nguung kriet
Nguung!!

"AAAHHHHGGG!!!!!!!!"

itu suara kevin. Oh astaga kenapa ini?

Kami melihat dari arah tangga ada darah segar meluncur.

Kami terkejut dan berteriak

Kami melihat ke arah tangga, disana ada kevin yang bagian perutnya terbelah dan badannya kejang-kejang

"Aaaa!!" Kami berteriak. Ini tidak ada dalam script yang kami buat!

"Lakukan dengan sungguh-sungguh~ lakukan dengan sepenuh hati~" suara sayup yang aneh itu berasal dari seseorang yang berdiri diatas tubuh kevin.

Itu ipeh!

Ipeh terus menuruni tangga dengan senso yang sudah berlumuran darah, menuju ke arah kami.

"Sudah kubilang lakukan dengan sungguh-sungguh, atau mungkin sungguhan lebih bagus. Hehehe"

Kami mundur ketakukan.

"Hehe, akting ketakutan kalian sungguh sangat alami seperti beneran saja, bagus! aku suka ini."

"Peh! Kumohon jangan bercanda, kau hanya sedang berakting kan?" Tanya albert sambil terus mundur, menjaga aku dan jeni dibelakang punggungnya

"Akting?? Akting kau bilang? Hahaha Ya betul aku memang sedang akting. Namun film ini akan lebih bagus apabila dilakukan dengan nyata dan sungguh-sungguh"

Ipeh meluncurkan senso yang ditangannya kepada albert

Nguueengg

"AAGHH!!!"

Sedetik kemudian Ipeh menggosokan sensonya padaku dan jeni. Dia betul-betul menghancurkan kami dengan senso ditangannya, potongan tubuh kami sudah berhamburan ntah kemana.

Kalimat yang dapat kudengar sebelum tubuhku terbelah adalah "cih, mesin senso sebagus ini hanya dipergunakan untuk suaranya saja? Tidak menarik".

Setelah puas mencincang habis tubuh kami, Ipeh mendekat kearah kamera yang masih menyala, merekam semua kejadian itu.




"Bukankah Sebuah film akan lebih terasa nyata dan menarik jika dilakukan dengan sungguhan?"




.

Short Horror StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang