02. Hukuman Pertama

626 234 515
                                    

Ada bebek berenang di kali,
Vote dulu boleh kali~

-02-

Sebuah mobil sport berwarna merah mengkilat memasuki pelataran SMA Atlantas. Pintu mobil terbuka, menampilkan sosok laki-laki berperawakan jangkung keluar dari dalam mobil tersebut dengan wajah kesal yang kentara. Bagaimana tidak, pagi ini dia mendapatkan dua kesialan sekaligus. Pertama, kaca mobilnya tidak mulus lagi. Kedua, bagian terpenting dalam tubuhnya kesakitan. Dan semua itu dilakukan oleh seorang bocah perempuan yang tidak bertanggung jawab. Darren berjanji jika suatu saat ia bertemu dengan biang kesialan itu lagi, dia akan memberinya pelajaran.

Setelah memastikan pintu mobilnya tertutup rapat, ia pun berjalan dengan langkah terseok-seok menuju ruang OSIS yang jaraknya tidak terlalu jauh. Setidaknya dia tidak perlu menaiki tangga dengan keadaan 'tubuh terpenting' yang masih kesakitan itu. Walaupun tendangan maut perempuan itu hanya berlangsung satu detik, tapi efeknya masih terasa hingga kini.

"Eh cuy, lo kemana aja dah? Gue kira lo nggak bakal dateng nge-ospek murid baru," sahut Denis, salah seorang temannya begitu Darren sampai di ruang OSIS.

Alih-alih menjawab, Darren justru meringis sembari menjatuhkan tubuhnya ke atas kursi. "Masa depan gue bro, masih ngilu!"

Denis mengernyitkan dahinya tampak kebingungan dengan jawaban Darren. Nanya apa dijawab apa. "Masa depan apa sih maksud lo? Oh, atau jangan-jangan resleting celana lo..."

"Nggak!" elak Darren sebelum Denis melanjutkan ucapannya. Setelah rasa ngilu itu sedikit demi sedikit mereda, Darren pun menceritakan kesialan tadi pagi kepada Denis dengan bola mata berapi-api.

"Gila tuh cewek! Kalo marah sama gue ya ke gue aja jangan ke peliharaan gue!" dumel Darren yang disambut dengan semburan tawa Denis. Untung saja ruang OSIS sepi, sehingga tidak ada orang yang menguping pembicaraan mereka. Hanya ada beberapa orang yang sedang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing.

Darren memutar bola matanya melihat wajah sumringah Denis seolah-olah ia baru saja melontarkan lelucon. Padahal yang diceritakan Darren berupa penderitaannya. Denis memang teman yang baik.

"Udah puas ketawanya?" ketus Darren setelah tawa Denis mereda. Denis mengangguk-angguk sambil mengusap setetes air di ujung matanya.

"Tapi nggak copot kan?" celetuk Denis ambigu yang langsung dibalas Darren dengan jitakan di puncak kepalanya. Denis selalu saja merespon ceritanya dengan candaan, tapi anehnya Darren tidak pernah bosan untuk bercerita lagi dan lagi pada Denis. Karena walaupun menyebalkan, mulut Denis tidak ember.

"Kalau copot udah terbang, Bego!" Denis sedikit tertawa mendengar balasan Darren.

"Sini, mau gue kompres nggak?"

"Kompres pala lu peang!" Kedua kalinya Darren menjitak kepala Denis membuat laki-laki berambut ikal itu mengusap-usap kepalanya yang terasa panas.

"Eh btw, terus mobil lo gimana tuh?"

"Kaca belakangnya retak! Gila gak sih? Bokap udah mahal-mahal kadoin mobil ke gue malah dirusak sama tuh cewek."

"Cari aja tuh cewek sampe ketemu, terus lo pacarin."

"Dih, ora sudi gue!"

SADARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang