"Kedatangan insan baru membuat insan lainnya pergi"
"Halo bu? Ibu bukannya tadi di dalam bersama Lindy? Mengapa ibu menelpon lagi?"
"Kamu ini, baru juga ibu dapat nelpon kamu. Udah main banyak gini aja pertanyaannya, nafas dulu lah"
"Iya, udah bu. Ayo jawab sekarang"
"Sekarang ibu tanya balik, sejak kapan ibu ada di ruangan Lindy? Lagian buat apa ibu jenguk dia, yang sama sekali gak bisa kasi ibu cucu?"
Hai! Pasti aku dan kalian (yang lagi baca chapter ini) punya pikiran dan pertanyaan yang sama, benar?
Lalu, siapa ayah dan ibu yang hadir dan sedang di tengah bersama Lindy sekarang?
Telpon ibu nya pun langsung tak di hiraukan lagi, ia bergegas kembali masuk ke ruangan dan benar saja, Sandy Imanuela sudah berada di dalam dengan membawa ayam mati yang seingatnya pernah Kardi dan Lindy bawa sewaktu pergi ke Nenek Indri. Kardi akhirnya perlahan mulai paham dengan semua ini, apa mungkin Sandy Imanuela ini adalah nenek Indri? Karena nenek Indri pernah mengatakan akan selalu berada di dekat kehidupan mereka, namun mengapa dalam wujudnya sebagai makhluk halus? Bukankah nenek Indri pernah mengatakan bahwa dia masih hidup? Sungguh rumit. Tetapi ketika Kardi masuk ke ruangan, ia hanya melihat Sandy yang terdiam dan memegang ayam yang sudah mati itu, Sandy tetap tidak menggubris setiap panggilan dan pertanyaan dari Kardi. Pandangan Sandy tetap tertuju pada perut buncit Lindy, dan terus berkata 'Ibuku ada di dalam perut ini'
Kini sudah pukul 23.00 WITA, apa kalian ingat? Kardi belum juga mengisi perutnya bahkan sampai sekarang. Karena sedari tadi ia sibuk mengurus istri tercintanya, ia sibuk menaburkan bawang, garam, cabai dan banyak hal lagi yang ia percaya bisa mengusir keberadaan Sandy yang sejak tadi terus saja menatap penuh makna pada perut istrinya. Namun di sisi lain Kardi sudah tidak bisa lagi menahan rasa laparnya sejak kemarin, ia pun langsung berpamitan pada istrinya untuk pergi ke kantin. Lindy dengan senang hati mengiyakan bahkan memaksa agar Kardi mau makan, akhirnya Kardi pun pergi dari ruangan dan meninggalkan Istri, anak dalam kandungannya dan seorang anak perempuan mistis di dalam satu ruangan. Ia pikir akan baik-baik saja.
Anak tangga sudah bukan alternatif lagi baginya, karena ia tidak ingin di kagetkan lagi dengan keberadaan Sandy yang bisa saja muncul di tempat tadi. Lift yang katanya sudah diperbaiki dan sudah bisa di gunakan itu, langsung menjadi spot utamanya untuk menuju ke loby rumah sakit.
Namun baru saja ia sampai di loby, ia melupakan dompet di ruangnnya. Dengan penuh rasa malas, ia kembali masuk ke dalam lift dan menuju ke ruangan istrinya. 'Ting' bunyi lift pertanda telah sampai di lantai ruangan istrinya berada. Ia langsung tanpa ragu membuka pintu, namun tanpa di sangka ia berhasil di kagetkan kembali dengan keberadaan Sandy Imanuela yang berbarengan dengannya membuka pintu. Sandy langsung keluar dengan masih membawa ayam mati itu, namun berhenti tepat di samping Kardi.
"Sampai jumpa, tugasku selesai. Ibuku akan tiba di dunia ini besok, tunggu saja kebahagianku akan hadirr dan nerakamu akan datang. Sampai jumpa denganku lagi ketika ibuku melahirkanku nanti"
Belum sempat Kardi menjawab, hilang sudah Sandy dari pandangannya. Lagi-lagi Kardi di buat bingung dan mengurungkan niat makannya, mungkin setiap teka-teki dari Sandy adalah makanan Kardi kini. Karena setiap Sandy berucap, Kardi dibuat lupa diri olehnya. Kardi pun langsung masuk kedalam, dan melihat istrinya yang sudah kesakitan dan tidak kuat menahan rasa sakit yang begitu mendalam rasanya. Kardi tidak merasakan rasa sakitnya, tentu saja karena Kardi seorang pria. Tetapi jika kita melihatnya secara langsung pun, kita pasti tahu jika yang sedang di rasakan Lindy sekarang sangat-sangat menyakitkan batinnya. Perut yang sudah seperti akan meledak, mata yang bagaikan akan keluar dari tempatnya, selimut dan tempat tidur yang diremas-remas dengan tangan yang kini bukan terlihat seperti tangan wanita lagi. Pasti kalian juga berpikiran bahwa, itu sakit sekali. Pasti.
Kini sudah pukul 23.40, dan Lindy masih dengan keadaan kesakitan dan menjerit-jerit bahkan hingga membuat tangan suami yang sedari tadi di remas-remasnya terluka dan mengelupaskan kulit-kulit tangannya. Kardi sama sekali tidak merasakan kesakitan walau di lukai sedemikian rupa, ia terus berpikir keras mengapa bisa seperti ini.
Setelah lama berpikir, ia langsung mengambil tindakan untuk mengoperasi istrinya, karena rasanya mustahil untuk melahirkan secara normal. Kardi langsung menelpon pihak dokter untuk segera mengoperasi istrinya.
Tepat pukul 00.00, tandanya kini sudah masuk tanggal 13 Agustus 2002, suara tangisan bayi terdengar menggelegar di seisi ruangan operasi. Namun di balik itu ada sebuah tragedi mengerikan yang akan menjadi PR besar untuk pihak rumah sakit.
Beberapa menit sebelum bayi diangkat dari perut Lindy, tepatnya ketika perut Lindy sudah terbuka lebar dalam posisi terbelah. Bius berhenti bereaksi. Apa itu artinya? Iya. Rasa sakit yang luar dari kata biasa itu di rasakan oleh Lindy, di pertengahan jalannya operasi di saat perut Lindy sedang ter-nganga ia membuka matanya. Tentu saja itu rasa sakit yang bukan main rasanya. Perut sudah bagaikan bukan perut lagi, mata terus terbelalak kesakitan, tapi ia tidak bisa bergerak apalagi berteriak karena rasa sakit yang begitu mendalam. Pihak dokter dan asistennya bingung, panik dan heran karena ini adalah 1 dari 1000 kejadian aneh yang pernah terjadi. Lindy yang sudah tidak kuat lagi menahan rasa sakit itu terpaksa menghembuskan nafas terakhirnya di dunia dalam kondisi perut yang terbuka lebar penuh darah dan mata yang masih terbelalak. Beruntungnya, bayi dalam kandungannya selamat.
Saat suara bayi terdengar Kardi langsung masuk ke dalam ruangan dan ternganga melihat keadaan di dalam ruangan itu yang sudah ada seorang manusia dengan perut terbongkar. Air dengan rasa asin keluar dari kedua mata Kardi bukan ia yang memintanya keluar tapi karena jebolnya bendungan hati Kardi yang sudah tidak bisa di bendung lagi. Rasanya hidupnya kini sudah kandas dan tidak berarti lagi. Kini istri tercintanya sudah tiada , ayah ibu yang tidak mendukung hubungannya, teror seorang anak, teror nenek-nenek. Ia merasa menjadi manusia yang paling hina di dunia ini karena tidak pernah menemukan yang namanya kebahagiaan, ia merasakan kepedihan yang sangat-sangat mendalam. Air mata yang sudah tidak mampu di bendung lagi kini makin deras bagaikan aliran sungai Amazon. Ini bukan candaan! Ini serius. Kalian pasti akan merasakan hal yang sama jika di posisi Kardi sekarang, baik Kardi ataupun Kalian pasti tidak bisa menerima kenyataan pahit ini. Kardi terus menangisi, menyesali hidupnya dan takdirnya, ia langsung menghampiri dokter yang menangani lahiran istrinya.
"Dasar jalang! Bangsat! Anda dokter paling tidak profesional yang saya pernah kenal. Hanya untuk melahirkan saja anda begitu bodoh, hanya bayaran anda yang mahal tapi tidak sepadan dengan hasilnya. DASAR DOKTER BANGSAT!!"
Cacian dan makian terus ia lontarkan kepada dokter dan jajarannya, cacian yang ia lontarkan dari dalam dirinya begitu tulus ia ucapkan. Namun di balik caciannya ia juga sangat tertekan dengan semua ini, setelah habis mencaci maki dan menghamburkan semua barang-barang di ruang operasi, ia lantas menghampiri Lindy istri tercintanya.
Ia mengelus pipi lembut Lindy yang kini jaringan-jaringan di pipinya pun telah mati dan tak merona lagi. Dari mata Lindy yang masih terbuka terbelalak, ia melihat sebuah gambaran-gambarannya dahulu sejak pertama kali bertemu dengan Lindy. Sejak ia melindungi Lindy dari hujan, sejak ia mulai mengirimi Lindy pesan dengan malu-malu, saat cinta Kardi di tolak Lindy, hingga Lindy kembali ke dalam pelukan Kardi. Semua itu seperti terekam kembali dan terlihat di mata Lindy, tapi kini semua hanya tinggal rekaman di otak saja, semua hanya kenangan sepihak. Hanya kardi yang akan mengenangnya, Lindy kini sudah tenang, pergi bersama kenangan. Kenangan selama ini bersama Kardi, pahit, manis semua mereka lalui bersama. Nyawa juga rela ia korbankan agar bisa melahirkan seorang anak demi memenuhi keinginan mertuanya sendiri. Kardi merasa tidak adil, mengapa istrinya yang harus mengalami ini semua? Pahit sekali cobaan hidupnya.
"Lindy.. Kamu gak akan tidur selamanya kan? Hahaha jangan bercanda. Aku sudah siapkan nama anak kita, mari kita satu padukan nama anak kita, atau kau ingin agar nama Gabriel Imanuela yang di gunakan? Ayo kita lakukan. Jangan tidur Lindy, bangun. Operasimu kini sudah selesai, kau tunggu apa lagi? Aku juga akan pesankan peralatan bayi yang lucu untuk bayi mungil kita. Bangun Lindy, bangun... Aku mohon bangun, aku sudah merencanakan semua untuk anak kita nantinya. Anak kita pasti akan menjadi anak paling bahagia karena memiliki kita. Lindy bangun, jangan pergi bersama kenangan"
Kardi sudah tidak mampu lagi menahan semua cobaan ini, istri tercintanya kini telah hilang dan ia tidak memiliki siapapun, hanya anak yang baru saja Lindy lahirkan yang ia miliki. Siapa yang akan mengisi hari-harinya kini? Akankah ia hidup sendiri dan melawan hukum alam dengan seorang diri? Kini, Kardi hanya bisa berbicara ngelantur di depan badan seorang wanita yang sudah tak bernyawa lagi, air mata Kardi sudah tak terhitung lagi berapa banyaknya. Ia terus saja mengenang semuanya, semua kenangannya bersama Lindy, dan terus saja menyesali hidupnya yang hitam pahit ini. Kepergian istrinya bahkan membuatnya tidak menghiraukan anaknya yang kini sedang di bersihkan dari sisa-sisa darah, ia bahkan tidak memperdulikan siapa pun yang masuk lalu-lalang di ruangannya itu. Pandangannya hanya satu, mata Lindy.
Mungkin ini yang di minta nenek Indri, ia menginginkan nyawa Lindy dan Kardi. Hal itulah yang terus saja berputar di kepala Kardi, hingga tak sadar hari sudah mulai menjelang pagi namun keadaan istrinya masih mengenaskan dengan perut yang terbongkar, namun ia tetap tidak memberikan izin kepada setiap dokter yang ingin membenahi perut istrinya. Kini Kardi mulai tak sadar akan dirinya sendiri.
*****Penulis :
Maaf, hanya itu yang bisa aku sampaikan jikalau dalam chapter 3 ini ada beberapa kata-kata yang kurang di pahami dan cerita yang sedikit memutar-mutar kepala kalian. Setidaknya dari sini kalian mulai menoleh kebelakang tentang cara bersyukur, untuk tidak mati penasaran nantikan cerita selanjutnya dari kisah SKIZOFRENIA ini, dan nantikan siapa Gabriel Imanuela sesungguhnya~
KAMU SEDANG MEMBACA
SKIZOFRENIA
HorrorIni adalah kali pertama aku menulis sebuah kisah yang akan membuat kalian merasa lebih bersyukur akan hidup yang kalian dapatkan. Karena jika kalian menoleh ke belakang banyak sekali orang-orang yang lebih pantas mengeluh di banding kalian semua. Se...