2002

11.1K 225 15
                                    

"Disaat kelahiran bukan lagi kebahagian, melainkan ancaman hidup dua insan manusia"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Disaat kelahiran bukan lagi kebahagian, melainkan ancaman hidup dua insan manusia"

Selasa, 13 Agustus 2002
Hari ini cerah jika dilihat dari mata mungil wanita ini, tapi tidak untuk ayah dan ibunya. Gabriel Imanuela, anak semata wayang dari ibu Lindy dan ayah Kardi. Pada malam ini, tepatnya pukul 00.00, Gabriel terlahir sebagai manusia seutuhnya di sebuah Rumah Sakit. Di matanya tergambar rasa suka yang begitu besar, tergambar dari pupil matanya yang membesar bagaikan bulan yang pada malam itu bersinar dengan sangat terang. Tapi itu hanya di lihat dari sisi mata Gabriel, tidak untuk keadaan ayah dan ibu Gabriel. Ibu Gabriel kini bagaikan sebuah telur ayam kampung yang diam diatas tanduk rusa, ya. Hidupnya tinggal hitungan jari. Sebenarnya dokter telah memfonis bahwa Ibu Lindy, tidak akan bisa hamil lagi di umurnya yang masih sangat muda. Tetapi karena Lindy percaya bahwa dia pasti bisa melakukannya, dia yakin dia bisa melahirkan seorang insan menusia ke dunia ini. Mengapa Lindy begitu percaya bahwa ia akan mampu melahirkan seorang anak?
Hal ini berawal dari,

*****
01 Januari 2001
3 tahun sudah Lindy dan Kardi menyandang status suami istri, namun mereka tetap merasa belum lengkap karena hingga 3 tahun pernikahan mereka belum juga di karuniai seorang buah hati. Berbagai cara telah ia lalui guna untuk mendapat momongan, namun tetap saja hasilnya nihil. Hingga akhirnya mereka bertemu dengan Nenek Indri. Saat matahari kini sudah berada di podium teratas bumi, Lindy dan Kardi sedang mempersiapkan diri menuju ke Hutan sempidi yang berjarak cukup jauh dari rumahnya. Kalian pasti berpikir-pikir untuk apa mereka pergi ke dalam hutan? Apakah mereka akan melakukan ritual tertentu? Mungkin benar.
Di Hutan sempidi, bukan pinggiran lagi tempatnya tapi terus jauh masuk ke dalam hutan yang bahkan sinyal pun tidak bisa menerobos masuk ke dalam hutan, tapi mereka dengan tekadnya yang tinggi memberanikan diri masuk ke dalam hutan. Tidak berbekal mobil mewahnya, dan segala barang-barang mewah tetapi hanya berbekal pakaian adat khas Bali, alas kaki yang hanya beralaskan kulit kaki, serta membawa bunga, dupa dan seekor ayam mati. Untuk apa semua itu? Apakah benar mereka akan melakukan semua hal yang kalian perkirakan? Mungkin iya.
1 kilometer mereka berjalan tanpa alas kaki apapun, tempat yang mereka tuju cukup jauh dari tepian hutan bahkan kini bukan sinyal saja yang tidak bisa menerobos masuk, sinar mentari pun tak bisa masuk, karena jutaan pepohonan yang menutup langit. Hingga akhirnya mereka sampai.
Apa yang ada disana?
Tanah lapang kosong.
Aku akan menjawab seperti ini jika kalian bertanya "Apa yang ada disana?" tetapi jika kalian bertanya "Apa yang mereka lihat?" Ya, mereka melihat apa yang tidak bisa kita lihat. Maaf aku baru menceritakannya, Lindy dan Kardi adalah dua dari ribuan manusia yang bisa melihat mereka. Namun, yang kali ini mereka lihat adalah sebuah api unggun, dan gentong hitam pekat di atasnya, di sampingnya pula terdapat sebuah gundukan tanah dan batu nisan yang bertuliskan LINDY KARDI.
Mereka terkejut bukan main, setelah melihat nama yang tertulis disana adalah nama mereka berdua. Lindy berusaha menahan teriakannya namun tak bisa, akhirnya pecahlah suara teriakan Lindy yang terdengar sangat keras, karena di kondisi itu suara jarum yang jatuhpun bisa kita dengar dengan baik. Mungkin hanya butuh 30 detik setelah Lindy berteriak kencang, seorang Nenek-nenek hadir dan kini sudah berada di belakang mereka dengan bergelayut mesra di tangan Kardi. Nenek-nenek ini bukan sembarang nenek-nenek, kulit periputnya di tambah dengan taring yang menghiasi sunggingan bibir lebarnya membuat ia tampak lebih seperti hantu di banding nenek-nenek.
(Apakah yang aku dan kamu pikirkan sama?)
Orang Bali percaya, makhluk sepertinya bukanlah nenek-nenek biasa, dia yang selama ini kerap di sebut 'LEAK'
Masih dengan posisi bergelayutan di tangan Kardi, nenek Indri namanya, langsung mengarahkan mereka berdua untuk duduk di samping batu nisan di gundukan tanah tadi. Suasana masih tenang dan hening sampai akhirnya Lindy mulai berucap
"Bisa tolong lepaskan tangan anda dari suami saya, dan segera beri kami petunjuk bagaimana cara----"
Mungkin perkataan Lindy sudah hampir selesai, tapi belum selesai total karena Nenek Indri lah yang menyelesaikan kata-kata selanjutnya
"untuk bisa menghasilkan seorang anak?" spontan Kardi dan Lindy mengangguk tanda, 'IYA'.
Ini adalah jalan terakhir agar mereka bisa memiliki momongan, bukan hanya karena keinginan pribadi tapi karena desakan, dorongan, serta caci maki dari ayah dan ibu Kardi (mertua Lindy tepatnya). Mertua Lindy sangat menginginkan cucu dari Kardi sampai-sampai Kardi di minta mencari istri baru agar bisa menghasilkan momongan. Jika kalian berada di posisi Lindy dan Kardi, maka tidak ada orang yang akan menyalahkan kalian jika ingin mengambil jalan hitam ini. Percakapan pun berlanjut, nenek Indri memberi petunjuk-petunjuk hitamnya. "Aku tidak akan menanyakan apakah kalian yakin akan mengambil jalan ini, karena sekali kalian menginjakan kaki disini semua jawaban adalah Iya, tidak menutup kemungkinan untuk meng-IYA kan kematian" jelas nenek Indri. "Maksud mu apa?" Kardi yang semakin penasaran meminta penjelasan lebih lanjut dari nenek Indri, "Aku bukan dukun yang meminta dan memeras duit manusia, aku menolong manusia tapi dengan syarat yang harus mampu manusia itu lakukan dan relakan, kalian inginkan manusia, maka aku pun begitu. Aku inginkan manusia, sebagai imbalan dari manusia yang nantinya akan ku berikan" kalian pasti paham apa yang ada di benak Lindy dan Kardi sekarang. Mau bagaimana lagi? Mereka sudah menginjakan kaki di tanah hitam ini, mau tidak mau harus mau, mereka harus menyerahkan tumbal sebagai gantinya. "Baik, apapun akan aku lakukan asalkan anak yang nantinya terlahir, lahir sebagai anak yang sehat tanpa kurang apa pun", jawab Kardi.
"Mustahil!!" jelas nenek Indri
"Mengapa Mustahil? Apa aku tidak bisa mendapat anak yang sempurna? Apakah anak itu akan terlahir sepertiku lagi? Apakah akan ada lagi Lindy Lindy yang lainnya?"
"Sama tapi tak serupa" jawab nenek indri
"Jelaskan apa maksudnya bajingan!!!!" bentak Kardi
"Nama di batu nisan ini adalah tumbal yang aku inginkan, dan harus menjadi tumbalku. Datanglah nanti ketika Gabriel berusia sama sepertiku, jika tidak datang maka aku bersedia menjemput dan menjamu kalian sampai disini, hihihihi"
"Gabriel? Siapa Gabriel? Jawaaaaaabbbbb aaarghhhh!!!" terlihat Lindy sangat risih dengan semua ini
"Seumuran dengan mu apa itu artinya saat dia sudah tua?" Kardi menimpali
"Gabriel Imanuela, nama anak itu, anak yang sekarang sudah ada di janin Lindy. Aku bukan nenek-nenek tua bangka yang kalian kira, aku orang yang akan berada di samping Gabriel nanti, dan aku sendiri yang akan mengingatkan kalian untuk datang kemari ketika waktunya telah tiba, aku belum mati. Aku masih hidup, bahkan hidup di sekeliling kalian dan kehidupan kalian"
Lindy langsung terkejut melihat perutnya yang kini sudah lebih buncit di banding tadi ketika mereka kemari. Tak di sangka, saat mereka berkedip mereka sudah berada di dalam mobilnya yang mereka parkirkan di tepian Hutan Sempidi. Kardi pun mulai memutar stir mobilnya menuju ke arah pulang, di perjalanan tidak ada kata-kata pun yang keluar dari mulut mereka, Kardi dan Lindy asyik dengan otaknya yang terus mereka putar karena tidak paham dengan semua perkataan Nenek Indri barusan. Hingga sampai di rumahnya pun mereka masih tidak paham dengan semua ini. Kebingungan ini hanya berlangsung berlarut-larut selama beberaoa hari tidak untuk hitungan bulan bahkan tahun. Mereka hidup seperti biasa, layaknya seorang suami dan istri yang hidup bahagia karena sudah mampu memiliki seorang momongan. Namun disamping kebahagiannya, hidup mereka juga di selimuti banyak sekali gosip-gosip hitam dari tetangganya yang heran dengan Lindy, karena rata-rata tetangganya tahu Lindy tidak akan bisa hamil lagi. Setiap harinya, Lindy jalani seperti seorang ibu pada umumnya hanya saja yang membuat Lindy berbeda dengan Ibu Ibu lainnya adalah, sejak 01 Januari 2001 perutnya buncit sampai kini sudah memasuki akhir bulan Desember 2001 belum juga ada tanda-tanda ia akan melahirkan, padahal ini sudah lebih dari batas normal kehamilan. Sampai pada akhirnya ia berkonsultasi ke dokter kandungan yang tidak berada jauh dari rumahnya, disana ia melakukan USG dan mendapatkan hasil yang mengejutkan, karena setelah di lihat-lihat yang terkandung dan berada di dalam janinnya adalah seorang bayi yang tidak pantas di katakan mungil karena ia memiliki rupa nenek-nenek tua dan tubuhnya di penuhi luka-luka yang sudah borok dan berisi belatung-belatung hidup. Hal ini membuat dokter, Lindy dan Kardi terkejut bukan main. Hingga membuat Lindy pingsan karena tidak sanggup menerima kenyataan yang ia dapatkan. Lindy masih belum sadar bahkan hingga larut malam, hingga dia pun di vonis koma. Deg!!
Hancur hidup Kardi. Baru saja ia di berikan kehidupan layaknya seorang ayah, dan Lindy di berikan kehidupan layaknya seorang ibu tetapi sudah mendapat cobaan seperti ini.
Kriiing.. Kriinggg.. Kriinggg..
Suara telpon rumah sakit yang ada di ruanganya berbunyi, Kardi pun bergegas mengangkatnya.
"Halo..Selamat malam?"
"Halo?? Siapa ya?"
Masih juga belum ada balasan, hingga tak disangka-sangka cairan merah pekat keluar dari gagang telepon itu dan semakin lama cairan itu semakin deras bagaikan keran air yang mengalir deras. Kardi kebingungan, sangat sangat bingung, heran, ketakutan semua bercampur aduk menjadi satu. Bingungnya bukan menjadi alasan aliran itu berhenti menetes, tapi karena seorang anak remaja perempuan yang kira-kira berusia 13 tahun memegang pundak Kardi dari belakang, yang tidak Kardi tahu masuk lewat mana karena pintu sedari tadi ia kunci. Anak perempuan itu, memiliki tinggi seperti anak pada umumnya, rambut yang panjang dan lebat dengan gaya kepang dua, kulit yang begitu putih bahkan terlihat bukan seperti orang Indonesia, namun satu hal yang aneh tangannya tidak ada yang berisi jari. Kardi pun mulai berpikir yang aneh-aneh dan tidak karuan, ingin berteriak tapi tidak bisa di suarakan, ingin lari tapi ia sadar sedang menunggu istrinya. Sampai akhirnya, anak itu menangis tersedu-sedu dan menuju ke tempat tidur Lindy dan berucap
"Ibu... Kenapa ibu telungkup terbaring disini?"
"ibu jawab aku!! Kenapa ibu disini? Aku bisa melihat ibu walau di batasi kulit buncit ini"
Tak heran jika Kardi berteriak, tapi hanya sedikit yang ia keluarkan Kardi berusaha menahan teriakannya dan langsung berjalan menuju ke samping anak perempuan itu.
"Nak,, siapa nama mu?"
"Siapa kamu?" anak itu menatap sinis pada Kardi.
"Aku Kardi, suami Lindy. Wanita yang berbaring di depanmu dan yang kau sebut sebagai ibu"
"Wanita hamil ini bukan ibuku!!! Mengapa kau biarkan ibuku berada di dalam perut wanita jalang ini!!!"
"Siapa maksudmu? Siapa ibumu? Seseorang di balik perut istriku? Itu ibumu?"
"Gabriel Imanuela, she is my mom!"
Mata Kardi terbelalak, terkejut, nafas terengah-engah tidak karuan, badan lemas rasanya ingin terjatuh kembali.
Namun ia tahan, karena anak perempuan itu seperti ingin mengeluarkan kata-kata lagi,
"Kau dan istrimu ini pasti seseorang di balik hancurnya hidup cucu-cucu mu nantinya, bahkan sampai akhir pun akan hancur berkeping-keping karena ulah kalian berdua, aku pun sudah merasakan kehancurannya sekarang!!!!"
"Apa maksudmu?"
"MENGAPA KAU MENCARI NENEK INDRI UNTUK MENDAPAT ANAK AAARRGHHHHHHH!!!!!!"
Anak perempuan itu berteriak kencang hingga matanya terbelalak keluar dari tempatnya dan darah tersembur kembali dari mulutnya dan akhirnya anak itu menghilang.
Nafas tidak teratur, tangan masih memegangi erat tangan istrinya yang masih terbaring lemas. Ia terbangun dari mimpi hitamnya.
"Gabriel Imanuela anaku? Telah memiliki anak? Bahkan sebelum ia terlahir?"
Apa maksud semua ini?
Bahkan aku pun tidak bisa menebaknya.....
*****

Penulis :
Maaf, hanya itu yang bisa aku sampaikan jikalau dalam chapter 1 ini ada beberapa kata-kata yang kurang di pahami dan cerita yang sedikit memutar-mutar kepala kalian. Setidaknya dari sini kalian mulai menoleh kebelakang tentang cara bersyukur, untuk tidak mati penasaran nantikan cerita selanjutnya dari kisah SKIZOFRENIA ini, dan nantikan siapa Gabriel Imanuela sesungguhnya~

SKIZOFRENIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang