Ini adalah kali pertama aku menulis sebuah kisah yang akan membuat kalian merasa lebih bersyukur akan hidup yang kalian dapatkan. Karena jika kalian menoleh ke belakang banyak sekali orang-orang yang lebih pantas mengeluh di banding kalian semua. Se...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Penyesalan yang dulu pernah ada ketika Lindy mengenalkan ku, kembali lagi lewat anakku yang kini Skizofrenia"
Setelah kejadian kemarin yang membuat Gabriel trauma berat telah membela anak kecil itu, namun Gabriel tidak membenci anak itu sepenuhnya karena ia merasa anak itu sepertinya bukan makhluk yang jahat dan ingin melakukan yang tidak-tidak terhadapnya. Sehingga Gabriel tetap mengajak Sandy tinggal di kamarnya, tepatnya di lemari tempat baju Gabriel. Dan benar saja dugaan Gabriel, Sandy bukanlah anak yang ingin jahat terhadapnya. Setelah ia ketahui, nyatanya "Gabriel, supaya kamu tahu sebenarnya siapa aku. Aku akan ceritakan kisahku yang sebenarnya kepadamu" Saat itu Gabriel hanya mengangguk dan tidak sabar mendengar kisah yang akan di ceritakan oleh Sandy. "Aku ini memang benar anakmu, anak kandungmu, tapi kau tetap saja menganggapku saudara kembarmu. Kau harus bisa sadar bahwa aku ini anak kandungmu nanti. Kamu pasti berpikir kenapa aku sudah ada sebelum kamu ada bukan? Aku hanya halusinasimu, aku tidak nyata. Kau yang membuat aku menjadi nyata. Kau harus sadar! Ini bukan waktuku untuk menunjukan wujud asli diriku" Gabriel tidak menjawab apa pun, melainkan ia menunjukan senyuman cerianya kepada Sandy. "Akhirnya aku punya saudara kembar, hahaha" Hanya jawaban itu yang di berikan Gabriel untuk Sandy, nyatanya Gabriel tetap tidak bisa di sadarkan. Hingga halusinasinya sendiri yang membawanya terlarut-larut dalam hidupnya sendiri. Namun Gabriel masih beruntung karena sosok halusinasi yang ia anggap kembaran itu tidak menjerumuskannya ke arah negatif melainkan Gabriel lebih merasa ada teman untuk hidupnya.
Berhari-hari Berbulan-bulan Bertahun-tahun Hingga genap sudah usia dia 13 tahun, ia isi hidupnya selama 3 tahun sejak pertemuan pertamanya dengan Sandy dengan penuh lamunan yang konon katanya ia sedang berbicara dengan Sandy. Bahkan ayah dan teman-temannya pun masih belum bisa mengerti dengan sistem jalan pikiran dari si Gabriel ini. Karena asal kalian ketahui, keseharian Gabriel selama 3 tahun ini hanyalah merenung. Di rumahnya ia memang menyapu, bahkan menggunakan 2 sapu. Satu untuknya, dan satu lagi entah untuk siapa. Sapu itu hanya di taruhnya di tembok namun ia mengatakan bahwa sudah temannya yang menyapukan menggunakan sapu itu. Tapi tetap saja, walau ayahnya memikiki indra ke-6 ia tetap tidak bisa melihat apapun. Tidak hanya di rumah, bahkan bukan satu dua kali lagi ayahnya di panggil ke sekolah. Hingga berkali-kali Kardi ke sekolahnya karena mendapat panggilan dari Kepala Sekolah Gabriel yang mengatakan bahwa Gabriel sering bergurau sendirian tentang saudara kembar dan temannya, bahkan saat teman sebangkunya ingin duduk di sampingnya, Gabriel malah memukulnya dengan sapu hingga kepala temannya harus di jahit dan di bawa ke UGD. Setelah ditanya alasannya, Gabriel hanya mengatakan "Dia sudah menduduki saudara kembarku yang sedang mengajarkanku matematika di sampingku"
Pernah suatu ketika, ayahnya berbicara langsung dengan teman yang duduk di dekat Gabriel. "Nak, kamu yang pernah di pukul Gabriel ya?" "Bukan om, yang itu udah pindah sekolah. Ini saya anak pindahan baru, dan baru duduk sma Gabriel beberapa bulan ini" "Ohh gtu, om nanya sesuatu boleh gak?" "Tentang Gabriel ya om? Om siapanya Gabriel?" "Oh kebetulan om ini ayahnya Gabriel, om boleh tanya kan?" "Boleh om" "Oke deh, jawab jujur ya. Gabriel selama duduk sama kamu orangnya kayak gimana sih?" "Biasa aja sih, cuma agak-agak" "Agak-agaknya itu gimana nak?" "Gimana ya om, dia itu lebih sering ngomong sendiri. Emang sih ngomongnya hadapannya ke saya tapi gak liat muka saya om. Nyeleneh omongannya, tapi kadang lucu sih" "Dia kadang ngomong apa nak?" "Dia kadang ngomong gini nih om, yang paling sering aku denger nih ya. Dia bilang 'San, kamu udh selesai belum matematika nomor 2?' terus dia juga bilang 'Kamu gak kenapa kan ada temen aku?' dan masih banyak lagi om" "Dia pernah pukul kamu gak?" "Pukul sih gak pernah, tapi dia sering lempar buku ke saya, katanya sih jangan dudukin tempat temen dia" "Oh gitu ya, oke deh. Gtu aja yang mau om tanyain, makasi ya nak" "Iya om sama-sama"