'Rindu... Atau--'
Aomine memandangi sekeliling lapangan lalu kearah kursi penonton.
Hari ini dia akan bertanding melawan Kaijou. Yang artinya dia akan bertemu Kise Ryouta. Orang yang dia hindari beberapa minggu ini.
"Mencari (surname)-chan?"
Aomine terkejut lalu menoleh. Dia mendapati Momoi sudah berada didekatnya. Padahal seingatnya tadi Momoi sedang membicarakan sesuatu dengan pelatih.
"-- Kau mengagetkanku Satsuki. Terlalu sering menempeli Tetsuya kau jadi ikutan transparan."
Jawabnya santai dan berakhir mendapat cubitan maut dari gadis itu.
"Mou~ Kau terlalu banyak melamun sejak tadi. Lagipula Aomine-kun terlalu sering melihat ke bangku penonton sampai tidak menyadariku."
Aomine menutup telinga mendengar ocehan berisik Momoi. Tapi dia tak menyangkal. Sebab sejak tadi dia memang mencari (Name).
(Name) memang tidak berjanji akan datang karena dia sedang menghadiri pertemuan dengan teman ibunya. Orang tuanya terlalu sibuk diluar negeri, jadi dia meminta (Name) menggantikannya.
"Bukankah kau sendiri yang bilang jika dia sedang sibuk? Jangan terlalu memaksanya Dai-chan. Dia bisa datang dipertandinganmu selanjutnya."
'Dai-chan' Jika Momoi sudah memanggilnya begitu maka Aomine mengerti dan segera fokus pada pertandingannya.
***
Bahkan setelah pertandingan selesai pun. Aomine belum melihat (Name). Dia menghela napas berat, entah kenapa hari ini perasaannya gelisah.
Dia ingin melihat (Name) sekarang juga. Aomine berjalan keluar dan duduk bersandar dibelakang gedung. Dia menutup matanya. Perasaannya masih tidak tenang.
"Aomine-cchi~ aku merindukanmu."
Aomine membuka matanya saat merasakan pelukan. Dia berdiri dan menatap Kise tajam. Tapi tidak melepaskan pelukan erat darinya.
"Kau tidak merindukanku juga Da-i-ki-kun~"
Setelah itu Kise menciumnya lama. Ciuman pamas sarat akan kerinduan yang selalu mereka lakukan.
Akal sehat Aomine memintanya untuk mendorong Kise, tapi hati dan tubuhnya justru membalas ciuman itu.
Kise itu menyebalkan. Sering menyakiti hatinya. Berisik. Munafik. Tapi Aomine tak bisa membencinya, jauh didalam hatinya masih terukir jelas nama Kise Ryouta.
Kata orang hubungan Homo itu tidak akan pernah ada cinta. Yang ada hanya nafsu. Tapi Aomine percaya cintanya untuk Kise itu nyata.
"Ah (Name)-chan~ hisashiburi-ssu"
Mata Aomine melebar saat mendengar Kise menyebut nama orang yang dia tunggu-tunggu. Kise melepaskan pelukannya pada Aomine yang masih berdiri membatu.
Aomine bertanya dalam hati. Sejauh mana (Name) melihat mereka. Apa dia melihat Kise menciumnya? Bagaimana reaksinya? Apa dia marah? Apa dia akan meninggalkannya?
"Kise-kun? Senang bertemu denganmu lagi. Apa aku terlambat?"
Suara lembut itu. Tak ada nada kemarahan. Aomine berbalik. Memastikan bagaimana wajah (Name) sekarang.
"Iya kau terlambat (Name)-chan. Pertandingan kami sudah selesai. Hei bisakah kau memberiku pelukan penyemangat? Aku kalah dari Aomine-cchi ssu~"
Aomine masih tak berani bicara. Dia menatap Kise yang merentangkan tangan lebar dengan tatapan yang berbeda.
Tatapan itu terlihat seperti...
'Rindu? Atau--
(Name) tersenyum lembut lalu memeluk Kise hangat. Seperti biasanya.
Kise menyipitkan mata kearah Aomine. Tersenyum miring.
'--Obsesi'
🍙🍙🍙
KAMU SEDANG MEMBACA
Home (Aomine x Reader)
FanfictionDaiki tidak bicara saat lagi-lagi dia menemukan sekotak bento ditempat biasa dia bermalas-malasan di atap sekolah. Karena dia tau. Selalu. "Meskipun kau seperti itu atau seperti apa pun. Aku akan selalu menjadi rumah untukmu Daiki. Itulah janjiku...