"Aku pulang-selamat datang"
Sudah dua minggu (Name) tidak datang ke sekolah. Setelah upaya Aomine untuk menemuinya hari itu, mereka tidak pernah bertemu.
Aomine tampak uring-uringan. Ditambah ini musim dingin. Nggak ada hubungannya sih. Mau bilang doang. Ehe.
Dia ingin menemuinya. Tapi masih merasa takut. Hari itu saat (Name) tidak kembali ke rumah sampai pagi. Aomine memutuskan bahwa (Name) tidak ingin menemuinya.
Jadi dia akan mengalah dan menunggu (Name) datang untuk menemuinya. Hanya saja sampai sekarang gadis itu tidak pernah muncul.
"Dai-chan. Jika kau ingin menemuinya. Datangi saja, laki-laki memang seharusnya bertindak 'kan?."
Momoi duduk disebelahnya sambil memberikan handuk dan botol minum. Momoi yang mulai memanggilnya dengan nama kecil saat disekolah membuatntmya mengerti jika momoi mengkhawatirkannya. Mereka sedang berada di Gymnasium. Latihan basket. Setelah di ancam Aomine akhirnya mau datang.
"Tapi--"
"Yang terlihat tidak selalu seperti kenyataannya Dai-chan."
Tapi bahkan dia belum melihatnya. Sepertinya Aomine memang harus menemuinya sore ini.
---
Aomine berjalan masuk ke rumah besar itu lagi. Dibanding dengan beberapa bulan lalu, rumah ini jauh lebih ramai.
Menurut pelayan yang bekerja disini, (Name) tak pernah keluar dari kamarnya sejak seminggu belakangan. Mereka juga tidak berani memaksa majikan mereka.
Mereka yang dikirim baru-baru ini oleh orang tua (Name) belum mengerti bagaimana sifat gadis ini yang sebenarnya.
Aomine berdiri didepan kamar (Name) bersama dengan kepala pelayan. Mereka membuka pintu kamar dengan kunci duplikat. Yang memang diberikan oleh orang tua (Name).
Mereka terkejut dengan apa yang ada di hadapan mereka saat membuka pintu kamar.
"(NAME)!!!!"
(Name) tergeletak di depan pintu kamar dengan wajah pucat. Dan tampak lemas.
---
"Itu menakutkan Satsuki! Ku pikir dia benar-benar mati."
Momoi mengusap punggung besar Aomine. Dia tersenyum kecil. Jarang sekali dia melihat pemandangan ini. Rasa takut kehilangan. Itu berarti (Name) sangat berharga untuknya.
"Tenanglah Dai-chan. Dia hanya pingsan karena dehidrasi. Dokter keluarganya juga sudah memberitahumu kan? Tidak lama lagi dia akan sadar. Sebaiknya kau masuk ke kamarnya. Aku harus pulang, ini sudah malam."
Aomine mengangguk. Dia mengusap kepala Momoi sebelum kemudian masuk ke kamar (Name). Ikut berbaring di sebelah (Name) yang masih tertidur. Memeluk pinggangnya.
"Daiki-- Okaeri."
Aomine tersenyum lega. (Name) sudah sadar.
"Tadaima."
Dia mengeratkan pelukannya. Membuat (Name) menangis. Perasaan bersalah karena merasa sudah mengkhianati Aomine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home (Aomine x Reader)
FanfictionDaiki tidak bicara saat lagi-lagi dia menemukan sekotak bento ditempat biasa dia bermalas-malasan di atap sekolah. Karena dia tau. Selalu. "Meskipun kau seperti itu atau seperti apa pun. Aku akan selalu menjadi rumah untukmu Daiki. Itulah janjiku...