"Sisi Gelap"
Aomine tak bisa mengatakan apa pun saat melihat tatapan itu. Tubuhnya terasa kaku, lidahnya terasa kelu, suaranya tak ingin keluar.
Tepat setelah dia memukul wajah Haizaki, (name) muncul di hadapannya, menamparnya. Memberikan tatapan dingin. Benci. Merendahkan.
"Hanya aku yang berhak menghukumnya Aomine-san."
Suara lembut dan hangat itu menghilang. Yang dia dengar hanya nada dingin dan menusuk.
Aomine tidak sanggup menahan gadis itu saat punggungnya menghilang. Mengejar Haizaki.
"Haaaahh~ ternyata dia masih sama jika menyangkut Shougo-kun. Salahmu karena menganggap kau special di hatinya Aomine-cchi. Dibandingkan dengan Shougo-kun kau bukan siapa-siapanya. Kau hanya egois menjadikannya rumah, menjadikan dia tempat kembalimu. Ternyata itu tidak mengubah kedudukanmu. Kau masih berada di bawah Shougo-kun di daftar orang berharga untuknya ssu."
Aomine menoleh. Mendapati Kise berdiri di sebelahnya menyodorkan sapu tangan berwarna merah muda. Dengan motif sulam berbentuk bunga Camelia.
Rasanya Aomine pernah melihat gambar bunga itu. Tapi dimana? Dia tak ingin menetahui apa pun. Yang ada dipikirannya sekarang adalah. Bagaimana jika (Name) benar-benar meninggalkannya.
Kise benar. Dari tatapan (Name) tadi dapat di pastikan bahwa Haizaki berharga untuknya. (Name) bahkan berani menentang Akashi demi Haizaki. Tidak ada yang berani menentang perintah absolut Akashi Seijuuro. Tapi gadis itu melakukannya. Karena Haizaki.
Aomine ingat anak laki-laki yang ada di foto di kamar (Name) itu memang Haizaki. Dan sapu tangan tadi, motif bunga Camelia itu. Persis seperti lambang di pagar rumah besar milik keluarga (Name).
***
"Kau baik-baik saja?"
Haizaki tidak peduli dengan suara itu. Dia tak berminat membalas kata-kata darinya. Dia hanya ingin sendiri.
"Ikut aku kerumah. Ini perintah."
Haizaki mendecih. Bukan karena perintah. Bukan karena dia takut. Bukan itu. Hanya saja, dia tak bisa menolak keinginan (Name).
Di dalam hatinya. Masih tersisa perasaan bersalah karena sudah meninggalkannya sendiri. Dalihnya karena ingin (Name) bahagia dengan pilihannya. Tapi itu hanya alasan kosong. Semuanya karena keegoisan Haizaki sendiri.
Karena perasaannya yang tak bisa dia tahan. Karena hatinya yang kotor. Karena semua hal yang dia lakukan hanya menyakiti (Name)-Nya.
Karena Haizaki adalah sisi gelapnya (Name).
---
Haizaki mengusap kepalanya dengan handuk. Berjalan ke dapur dan mendapati (Name) yang sedang memasak.
Ini pemandangan biasa saat mereka masih SMP. Saat (Name) diizinkan orang tuanya memasak. Sebelum orang itu muncul dan menghancurkan kehangatan diantara mereka berdua.
Sebelum Haizaki menyadari bahwa dia yang memberi pengaruh buruk padanya.
Rasanya Haizaki sedikit --walau tidak akan pernah sudi dia ucapkan-- merindukan saat-saat itu lagi. Sudah hampir 2 tahun sejak Haizaki memutuskan meninggalkan gadis ini sendirian.
"Shougo-kun..."
"Jangan memanggilku begitu. Kau jadi terdengar seperti dia. Terdengar menjijikkan!!"
(Name) tersenyum maklum. Panggilan itu sudah lama tidak ingin dia dengar. Haizaki tak pernah mengatakan alasannya. Tapi (Name) memakluminya.
"Jaa~ Shougo. Keringkan rambutmu dan kita akan segera makan malam."
Haizaki mendecih tapi dia menurut. Dan makan bersama dengan (Name). Jika dia bukan Tsundere, mungkin dia sudah menangis sekarang.
---
"Sudah kubilang jangan memperlakukan ku seperti anak kecil."
"Tapi bagiku, kau memang adik kecilku Shougo."
Haizaki hanya menghela napas berat. Dia mengeratkan pelukannya pada pinggang (Name). Menutup matanya. Mengurangi semua beban, semua rasa sakit karena semua hal yang terjadi hari ini.
"Sudah lama sekali sejak kau menghilang. Aku selalu merindukan saat-saat seperti ini bersamamu. Aku--"
"Kenapa kau melakukan itu pada Aomine? Sudah kubilang untuk tidak memaksakan diri. (Name) jangan buat semua yang ku korbankan jadi sia-sia. Kau bisa kehilangan dia karena melakukan itu padanya untukku."
(Name) tak menjawab. Dia hanya mengelus kepala Haizaki. Pura-pura tidak mendengar. Saat ini dia tak ingin mendengar apa pun tentang Aomine.
---
Haizaki membuka matanya saat mendengar getaran dari ponselnya. Dia menatap wajah tidur (Name).
Hatinya terasa nyeri melihat air mata yang jatuh bahkan saat gadis itu tertidur. Kadang Haizaki menyesali keputusannya. Tapi, untuk hal satu ini dia tidak ingin kembali. Dia tidak ingin membuat (Name) dikuasai oleh sisi gelapnya. Karena dirinya.
"Kau menghiburku di saat hatimu terluka. Sudah ku bilang untuk tidak memaksakan diri 'kan Nee-san. Maaf karena meninggalkanmu dan harus meninggalkanmu lagi. Semoga kau bahagia."
Haizaki berdiri. Mengambil semua barangnya. Memandangi figura dengan foto mereka berdua. Lalu pergi. Tanpa pamit.
Ini adalah pilihannya. Sisi gelap memang seharusnya menghilang.
🍙🍙🍙
KAMU SEDANG MEMBACA
Home (Aomine x Reader)
FanfictionDaiki tidak bicara saat lagi-lagi dia menemukan sekotak bento ditempat biasa dia bermalas-malasan di atap sekolah. Karena dia tau. Selalu. "Meskipun kau seperti itu atau seperti apa pun. Aku akan selalu menjadi rumah untukmu Daiki. Itulah janjiku...