'Kau bodoh'
Aomine berjalan lesu menuju ruang OSIS. Dia baru saja bertengkar dengan Momoi. Banyak hal terjadi dan itu membuatnya pusing.
"(Name)--"
Aomine mengetuk pintu. Sama sekali buka dirinya. Biasanya dia akan langsung masuk tanpa permisi apa pun keadaannya. Tapi kali ini berbeda, bertengkar dengan Momoi adalah hal yang --sebenarnya-- sangat dia hindari.
"Masuklah. Pintunya tidak dikunci. Aku sedang mengerjakan sesuatu."
Aomine mendorong pintu dan mendapati pemandangan yang tak biasa. (Name) yang sedang serius mengerjakan tugasnya adalah pemandangan langka.
Biasanya saat Aomine datang, (Name) akan menyambutnya dengan senyum hangat. Seperti seorang ibu. Seolah dirinya sudah menunggu kedatangan Aomine.
"Kau sibuk sekali? Apa yang kau kerjakan?"
Lihat, bahkan dia tidak berpaling untuk menatap Aomine. Keadaan ini membuat perasaan aneh pada Aomine. Aomine ingin diperhatikan. Seperti biasa.
"Uhm. Aku sedang mengerjakan tugas dari OSIS. Aku akan segera menyelesaikannya malam ini."
(Name) menjawab tanpa menatap. Haaah~ perasaan jengkel karena pertengkarannya dengan Momoi ditambah dengan kesibukan (Name) yang membuatnya di acuhkan membuat perasaannya jadi semakin buruk.
"Kau bertengkar lagi? Kali ini dengan siapa? Kise-kun? Atau Momoi-san?"
Aomine menguap. Lalu menjatuhkan dirinya di atas sofa. Menatap (Name) yang masih sibuk.
"Satsuki."
Dia mendengus. Ini jadi semakin membosankan.
"Aah souka. Maaf ya Daiki, aku benar-benar sibuk, jadi tak bisa menemanimu. Kau bisa pulang duluan. Tak perlu menungguku."
Aomine berdiri dan mendekar kearah meja (Name). Dia memeluknya dari belakang.
"Daiki. Aku sedang sibuk."
(Name) mendongak, untuk menatap wajah Aomine. Dia memberikan senyum hangat seperti biasanya.
"Kau bilang aku bisa datang padamu kapan saja, dan kau akan menemaniku. Tapi sekarang kau melanggar janjimu. Kau mengabaikanku."
(Name) mengusap lengan Aomine yang memeluknya. Aomine tersenyum. Dia akhirnya mendapatkan perhatian dari (Name). Lantas dia menunduk. Mencium gadis dipelukannya lama.
"Aku ingin kau menemaniku malam ini."
(Name) mengerti yang disebutkan Aomine. Menemaninya, ya hanya sebatas menemani. Tak terjadi apa pun diantara mereka.
"Uh-hum. Baiklah, tapi aku masih ada pekerjaan. Kau bisa pulang lebih dulu. Ini kuncinya."
(Name) menyerahkan kunci rumahnya pada Aomine. Meninta Aomine pulang lebih dulu. Dan Aomine juga tak keberatan.
***
Aomine mendorong pintu rumah besar itu lagi. Ah rumah yang sangat besar. Tak ada siapa pun di rumah ini. Karena luasnya, rumah ini jadi semakin sepi, terasa dingin. Berbeda dengan rumahnya atau rumah Momoi yang terasa hangat. Mungkin karena rumah ini terlalu luas dan rumahnya hanya sederhana dan dihuni oleh keluargsnya.
Aomine memasuki salah satu kamar yang sangat luas. Dan di dekor dengan sangat-- manis. Itu kamar milik (Name).
"Ini--"
Aomine berhenti dan menatap geram saat melihat satu figura. Di foto itu terdapat dua orang. Laki-laki dan perempuan, sekitaran usia 8 tahun. Itu (Name) waktu kecil. Sangat imut dan senyumnya tetap sehangat mentari pagi. Tapi laki-laki disampingnyalah yang membuat Aomine jadi tampak muram.
Aomine melepaskan genggamannya pada figura itu saat ponselnya bergetar. Dia memeriksa siapa yang menelponya.
'Kise'
"Aomine-cchi. Kudengar kau bertengkar lagi dengan Momoi. Aku tau kau merasa buruk sekarang. Dan (Name)-chan yang manis itu sedang sibuk bukan. Percaya atau tidak, gadis itu akan tetap berada disekolah sampai besok pagi. Dia tidak bisa menemanimu. Bukankah sandaran terakhirmu hanya aku. Da-i-ki-kun~ Aku menunggumu dihotel tempat biasa kita bertemu~"
Panggilan di putus sepihak tanpa Aomine sempat menjawab. Aomine berpikir logis. (Name) memang terlihat sangat sibuk hari ini. Dia bahkan tidak menatapnya walaupun tau Aomine sedang dalam keadaan buruk. Aomine tak ingin membuat banyak masalah pada (Name).
Jadi memang sebaiknya dia menemui Kise. Bukan malah menambah beban pada (Name). Lagipula, dia memang merindukannya.
Aomine berdiri, meninggalkan kamar (Name). Dia pergi keluar. Lagipula, (Name) punya kunci yang lain.
Tapi disanalah letak kebodohan Aomine. Dia sama sekali tak mengetahui. Apa yang sebenarnya terjadi.
Beberapa menit setelah Aomine meninggalkan rumah. (Name) pulang dan menemui rumahnya yang kosong. Tanpa Aomine.
'Nee~ (Name)-chan, kalian ini benar-benar bodoh. Bersikap seolah-olah saling mengerti satu sama lain, tapi sebenarnya tak tau apa pun. Sangat menjijikkan ssu'
Kise. (Name) hanya menghela napas pelan. Dan mencoba menahan perasaannya. Dia tau Aomine pergi menemui Kise.
🍙🍙🍙
KAMU SEDANG MEMBACA
Home (Aomine x Reader)
FanfictionDaiki tidak bicara saat lagi-lagi dia menemukan sekotak bento ditempat biasa dia bermalas-malasan di atap sekolah. Karena dia tau. Selalu. "Meskipun kau seperti itu atau seperti apa pun. Aku akan selalu menjadi rumah untukmu Daiki. Itulah janjiku...