Part 7
Taeyeon merasakan sekujur tubuhnya benar-benar seperti remuk karna pukulan dari Yuri. Saat ini ia berada di private room dalam ruangan Taeyeon yang memang didesain khusus untuk Taeyeon beristirahat saat berada dikantornya. Sooyoung masuk kedalam ruangan Taeyeon membawa kotak obat, ia merasa iba melihat atasan sekaligus sahabatnya itu yang babak belur seperti ini.
“Apa aku harus memberi pelajaran untuk orang yang membuatmu seperti ini Taeng ?” tanya Sooyoung.
“Tak perlu Soo, aku pantas menerima ini. Aku siap menerima apapun bahkan lebih dari ini jika semua itu dapat menebus kesalahanku.” Sooyoung mulai mengobati luka Taeyeon.
“Apa aku perlu memanggil dokter kemari ?” Taeyeon menggelengkan kepalanya.”Gomawo hyung, tapi itu tak perlu. Luka ini akan segera sembuh nanti.” Taeyeon tersenyum menjawab pertanyaan Sooyoung.
“Lihat kau bahkan masih bisa tersenyum disaat wajahmu hancur seperti ini.” Sooyoung mengejek Taeyeon.
“Meski wajahku hancur seperti ini kharismaku sebagai pria tampan tak akan hilang Soo.” Taeyeon terkekeh setelah itu meringis karna sudut bibirnya yang robek. “Wajahmu hancur seperti ini masih saja kau percaya diri. Beristirahatlah, kau tak mungkin akan pulang sekarang seperti ini kan ? Apa kata karyawanmu jika melihat atasannya babak belur penuh luka.” Sooyoung berjalan keluar ruangan Taeyeon.
“Gomawo Soo..” ucap Taeyeon sebelum Sooyoung hilang dibalik pintu.
—
Disisi lain Tiffany cemas memikirkan apa yang dilakukan Yuri terhadap pria yang sangat ia cintai Kim Taeyeon. Tiffany sedang menemani putrinya memberi warna dibuku gambarnya, Lauren memang senang mewarnai sketsa dibuku gambar. Ya, sama halnya dengan Taeyeon yang sangat senang melukis dan musik sejak dulu.
“Mom…?” suara Lauren membangunkan Tiffany dari lamunannya.
“Ne baby, kau ingin apa ?” Tiffany bertanya kepada anaknya. Lauren memeluk ibunya dengan erat seolah mengerti apa yang dirasakan oleh ibunya kini, Tiffany membalas pelukan Lauren dengan penuh kasih sayang.
“Lauren sangat menyayangi Mommy…” ucapan Lauren membuat Tiffany tanpa sadar menitikan airmatanya.
“Please don’t cry Mom…” tangan lembut Lauren menghapus airmata Tiffany yang membasahi pipinya.“Gomawo baby…” Tiffany memeluk putrinya erat. Ia sangat bersyukur memiliki Lauren dalam hidupnya, putri yang sangat ia banggakan. Keduanya akhirnya tidur dengan saling memeluk satu sama lain. Yuri melihat Tiffany dan Lauren yang sedang tidur diambang pintu tanpa sadar sebutir airmatanya menetes.
Maafkan aku Tiff..
Sepasang tangan memeluk Yuri dari belakang yang sedang memperhatikan sepupu dan anaknya tidur. Yuri dengan cepat menghapus airmatanya.
“Menangislah Yul, jika itu akan membuatmu lebih tenang.” Jessica tau jika Yuri menyembunyikan tangisannya, Yuri berbalik menghadap Jessica. “Kau tak bisa menyembunyikannya dariku Yul.” Yuri memeluk istrinya erat airmatanya kembali terjatuh, Jessica menuntun Yuri menuju keruang tengah duduk disalah satu sofa. Yuri kembali memeluk Jessica menenggelamkan wajahnya dibahu Jessica.
“Kenapa pria brengsek itu harus kembali Sica ?” ungkap Yuri. “Apa yang ia lakukan belum cukup selama ini menyakiti Tiffany ?” Jessica mencoba menenangkan Yuri dengan mengusap punggung suaminya itu. Yuri sangat menyayangi sepupunya ia tak ingin ada orang yang menyakiti keluarganya mengingat apa yang pernah Taeyeon lakukan terhadap Tiffany dulu dan satu hal yang tak Yuri ketahui bahwa Tiffany masih sangat mencintai pria itu.
“Yul, kau harus mencoba memahami perasaan Tiffany juga.” pernyataan Jessica membuat Yuri melepaskan pelukannya dan menatap istrinya. “Bukan hanya kau yang merasakan sakitnya Yul, disini Tiffanylah yang paling menderita selama ini.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Piece By Piece
DiversosJika hari ini kau kehilangan seseorang yang paling berharga dihidupmu maka yakinlah jika esok hari Tuhan akan mendatangkan seseorang yang sangat mengerti dan melengkapi hidupmu, Piece By Piece.