23. Rindu yang Sama

12.2K 733 16
                                    

Happy reading all!
Don't forget to give me vote and coment 🙏

Bukan hanya rasa sepi yang menjalar dihati, bahkan suasana di pack house yang megah ini terasa tak berpenghuni. Hanya terdengar ketukan sepatu yang beradu dengan lantai, manggaung dan menggema di segala penjuru hunian indah ini. Semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing, termasuk pria berawakan tinggi,gagah,pemberani yang sibuk dengan pikirannya sendiri.

Seharusnya ia bisa bergelung manja dengan selimut dan kasurnya, namun usai sudah harapan karena pekerjaan masih dalam masa penantian. Belum usai, belum tergarap. El melepas kacamata bacanya, menyesap sedikit kopi pahit yang sudah pelayan sediakan untuknya.

Rasanya masih sama, pahit namun sedikit manis. Kepulan asap dari kopi membawa wangi khas yang menenangkan seorang Alpha muda ini.
Oh Moongoddes, ingin rasanya Alpha muda ini menyerah. Ia ingin melebur sisi dingin kejam nan kelam yang ia bangun selama ini.

Namun, itu begitu susah. Belum lagi kini, kehadiran matenya yang membuatnya bisa hilang kendali hingga melukai pasangannya sendiri. Ia termangu membayangkan kehidupan masa depan bersama mate dan anak-anaknya. Membayangkannya saja membuat El tersenyum gila.

Ia berdiri tegak, berjalan beberapa langkah menyingkap tirai putih yang mengahalau surya dari balkon ruang kerjanya. Dinding kaca yang mengelilingi ruangan yang semula nampak gelap kini bersinar terang. Alpha King muda ini membiarkan sang surya menghangatkan ruangan kerjanya.

Tapi kenapa surya juga masih enggan menghangatkan hatinya? Tentu hanya Calista seorang yang dapat menghancurkan tembok rindu sekaligus dinding bekunya.
Netra hitamnya berganti dengan netra abu-abu serigalanya. 

Luke mengambil kendali, ia menggeram rendah. Ia frustasi dengan rasa rindu ini, kebodohan masa lalu membuatnya kembali tak berkutik. Ia takut ramalan itu benar adanya.

Dimana buku tua itu mengatakan bahwa akan ada musibah besar bagi bangsa werewolf bila pasangan raja mereka "manusia" tidak mau menerima kehadiran mereka maka akan membawa kehancuran rata bagi packnya.
Terlebih kekuatan sang raja Werewolf akan menghilang dengan seiring waktu seperti umur pasangannya sendiri yang akan menua seiring berjalannya waktu.

Rasa bersalah kian besar melingkupi batin El. Semua hanya bisa dibayangkan dengan kata 'andai saja' . Panas terik matahari pagi terasa sedikit demi sedikit membakar semangat yang mulai membara. Luke harus berjuang untuk matenya yang hanya manusia biasa. Tak diragukan lagi, buku kuno itu menjelaskan secara tersembunyi bahwa ia harus bisa menerima takdir, untuk selalu berjaga-jaga dan cermat dalam mengambil tindakan.

El melangkah keluar dari kawasan pack house nya. Hutan pedalaman Alaska ini terasa lebih sepi kelihatannya. Biasanya, setiap pagi-pagi begini peri-peri hutan berterbangan mencari bahan untuk meramu obat.
El memutuskan untuk berjalan-jalan di perbatasan pack dekat dengan pinggiran kota.

Tak jauh kok, mungkin hanya 1 jam jika ditempuh dengan berjalan kaki seperti yang Luke lakukan kini. Tentu saja Luke yang mengambil alih tubuh humannya, ia kan pelari yang cepat dan handal.

Langkahnya semakin terasa kaku saat melihat matenya tersenyum sesekali tersendat tawa dengan beberapa penjual bunga yang berjejer di sepanjang deret kedai di pinggir kota ini. Sungguh, debaran itu semakin menyulitkan langkahnya.

Rasa rindu yang menggebu berpadu penyesalan yang masih belum menemukan titik terang membuatnya hampir menyerah menghadapi ini. Oh Moon Goddes dia butuh pendamping hidup, dia butuh Calista sebagai ratunya, sebagai ibu dari anak-anaknya 'nantinya'.

Sempat ia berfikir untuk mendekat namun alih-alih mendekat, Alpha King itu memilih berbalik badan berjalan cepat menuju kedai kopi yang menjadi langganannya tiap pagi. Sebenarnya tadi ia ingin membeli bunga untuk taman belakang pack house nya.
Jangan salah, itu semata-mata ia lakukan hanya sebagai salah satu kejutan penyambutan Calista nya.

Vanilla latte mungkin bisa menjadi penenang hati dan pikirannya pagi ini. Ia menyesap dan meneguk nikmat minuman yang menjadi candunya. Kacamata hitam menghadangi retina mata seseorang untuk saling bertubruk pandang dengannya. Bukan untuk gaya-gaya, tapi ia sengaja menghindari tatapan sang mate selagi rindu itu belum ada.

Kapan rasa rindu Calista itu datang untuknya? Ini cukup aneh memang, dia baru bisa bertatap jika sang pasangan memiliki rasa rindu terhadapnya. Bagaimana bisa? Padahal Calista saja lupa tentang dirinya, lupa tentang segala tingkah laku jahatnya. Saat rasa rindu itu hadir pada pasangannya, maka ingatan yang terkunci akan terbuka.

" Kau mencium aroma vanilla yang pekat, dude? " Tanya Luke sosok serigala abu-abu berbulu lebat itu.

" Well, kita merasakan perasaan yang sama Luke. " Jawab El heran dengan maksud serigalanya.

Aroma vanilla itu pekat jelas tercium, bukan. Alpha itu rasa bukan dari minuman favoritnya, tapi...

Deg

Jantungnya berdegup kencang, lebih cepat dan sangat cepat. Mimik ekspresi El kini berubah drastis, menjadi gugup dan panik. Tak terkecuali dengan tubuhnya yang gemetaran hanya karena menghirup aroma yang ia idam-idamkan.

El enggan membalikkan badannya, cukup sudah ia mengendalikan Luke didalam sana. El sampai sedikit pusing karena auman Luke yang meminta untuk bertukar shift agar bisa melihat matenya.

Beruntung dengan indra pendengaran dan penciumannya yang tajam, El bisa merasakan langkah seseorang beraroma vanilla itu semakin dekat dan terus mendekat. Nafas El terasa tercekat. Jangan sekarang! El belum siap menerima kenyataan bahwa ingatan itu masih terkunci rapat.

Ia ingin Calista mendekapnya, menjadi penguasa egonya yang kerap kalut dengan keadaan. Entah mengapa ia ingin menghindar sementara waktu dari Calista nya. El meraih beberapa lembar  uang lalu ditinggalkannya begitu saja dimeja pelanggan. El berbalik badan gusar, ia berjalan sedikit cepat untuk menghindari pertemuan yang tak belum ia rencanakan di hari ini. Mungkin besok ia harus menggunakan masker.

El mengumpat dalam hati karena kacamata hitamnya ketinggalan di kedai kopi tadi. Tubuhnya menegang sempurna kala pelukan hangat menyapa dari belakangnya.

" El... " Panggilan itu terdengar lirih dan sendu, bahkan bibir gadis yang memanggil namanya itu kini bergetar hebat.

" Don't leave me! " Ucap gadis itu sambil mengeluarkan air matanya.

Getaran hebat merambat pula ke tubuh tegap milik sang Alpha. Entahlah ia tidak tahu harus menceritakan bagaimana deskripsi perasaannya saat ini.

" I miss you Samuel Aldrick Greyson!! "

MY KING ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang