18. Pertemuan Tak Terduga

12.3K 711 15
                                    

Happy reading all!
Jangan lupa vote dan komentar nya☺
I hope you like my story 😊

Bukan cinta namanya jika tak bisa meluluh lantakkan keadaan. Begitu juga yang tengah dialami oleh El. Werewolf memang mempunyai ikatan batin yang kuat dengan pasangannya terlebih ia adalah Raja, pemimpin kaumnya.

Pesan singkat yang terkesan seperti sebuah curhatan ternyata menambah tumpukan rindu yang menggebu. Ia sadar, ia memiliki masalah pengendalian emosi. Ia harap, Calista akan membantunya mengatur sifat temperamen dirinya ini.

" Apa ini yang namanya galau? " Batinnya dalam hati.

Hembusan angin malam tidak menimbulkan efek dingin pada kulit putihnya. Galau? Mungkin dulu kata ini terasa laknat tapi nyatanya kini ia berkhianat. Ternyata galau cukup menyiksa. Mau begini tak enak, begitu tak sedap, semua serasa serba salah.

" Makanya, kalau remaja tuh ngerasain namanya jatuh cinta dong! Bukan cuma kerja ngurusin masalah orang lain. Baru sadar sekarang kisah hidupmu juga sedikit bermasalah? " Sindir Amora dengan beraninya.

Amora berjalan mendekati sang kakak dengan setoples biskuit gandum dan dua cangkir teh hijau kesukaan mereka berdua. Dicomotnya biskuit gandum favoritnya tanpa memperdulikan tatapan garang sang kakak yang telah ia sindir sebelumnya.

" Cinta itu akan datang seiring waktu Amora. Calista akan menjadi wanita pertama dan terakhir dalam kisah cintaku, tentu saja dia wajib mensyukuri itu semua. Tandanya aku memang setia menunggu kehadirannya. "

" Bukan berarti kau lempeng dalam masalah cinta kan Alpha? " Sindir Amora lagi. El mendengus kesal. Ia pintar kok, hanya saja otaknya sedikit terdapat gangguan jika menyangkut dengan namanya perasaan.

" Wanita itu hidup dari kepastian lelakinya, emm senarnya itu berlaku juga untuk sebaliknya. Intinya jangan terlalu suka berubah mood. Kau kira dirimu pendingin ruangan yang bisa berubah suhu sesuai aturan? "
Lanjut Amora sambil menyilangkan kaki ke samping.

" Inilah uniknya aku! " Balas El merentangkan tangan membanggakan diri.

" Itu masalahnya! Aku takut Calista nanti akan mengira kau tak serius dengan perasaanmu. "

" Kenapa begitu? " El terlihat menggaruk kepalanya heran, ia menopangkan sebelah tangannya didagu.  Ia terlihat imut dengan tingkah penasarannya.

"Siapa yang tidak bimbang jika kau saja akan manis dan dingin dadakan. " Jawab Amora sambil memutar kedua bola matanya jengah.

El tampak mengangkat bahunya tak acuh. Samuel ya Samuel, ia akan dingin dan manis seperti es krim. Sikap dingin, beku, protektif, kasar, dan tak bisa ditebak memang sudah melekat padanya. Tak bisa dipisahkan karena itu adalah ciri khas dirinya.

Memikirkan kepastian bagi para wanita membuat kepalanya pusing. Ia menyesap teh hijau hangat buatan adiknya. Rasa haus yang mendominasi tenggorokannya berangsur lega, aroma teh hijau memang mujarab untuk menenangkan pikirannya.

" Jika aku menyelinap masuk ke dalam kamarnya, apakah itu berbahaya? " Gumam El dengan wajah penasarannya.

Amora melotot tajam pada kakaknya. Cinta memang gila.
" Jangan gila karena cinta Kak. Kau mau kakak iparku terkena kutukan seperti yang buku-buku kuno itu tuliskan? "

El menggeleng tegas, mate macam apa yang rela melihat pasangannya menderita.
" Makanya, bersabar! " Amora menekankan kata bersabar dengan tegas untuk memperingatkan sang kakak agar tidak berbuat melampaui batas.

Dengan senyum misterius yang ia sematkan membuat Amora menikuk alis tajam penasaran.
" Apa? " Tanya Amora langsung yang membuat El menoleh padanya.

El menggeleng pelan kemudian ia memilih bangkit berdiri meloncat lewat jendela terbuka yang kebetulan berada tepat disampingnya. Amora mengerjapkan matanya terkejut. Yaa, walaupun sadar sang kakak memang luar biasa tapi untuk apa pintu diciptakan jika tidak digunakan?

El tersenyum sepanjang jalan malam yang ramai namun entah kenapa terkesan sunyi bagi dirinya sendiri. Hawa dingin yang menjalar pada tubuhnya tak cukup untuk menciptakan rasa ngilu ditulang-tulangnya.

Well,jangan ditanya kemana tujuan Alpha King ini pergi. Tentu saja ingin menguntit kesayangannya di malam ini.
" Bahkan baru beberapa jam aku berpisah dengannya, aku merasa kurang lengkap bila tak menatap netra hitamnya yang menenangkan dan menyesatkan. " Gumam El tersenyum kecil.

Mungkin banyak orang yang melihat El berfikir bahwa dia pria gila. Pasalnya ia selalu tersenyum sendiri di jalan yang ramai ini. Namun dengan ketampanan yang ia miliki, senyum misterius itu terlihat seperti senyum sapaan hangat untuk semua orang. Cukup aneh.

El memasuki gedung apartemen sederhana bertingkat 5 yang terkesan kecil namun memberikan rasa nyaman.  Cukup mengejutkan bahwa ia baru saja menyewa salah satu kamar di apartemen yang sederhana ini. Untuk apalagi jika bukan memata-matai Queen nya.

Bunyi lift berdenting ditambah aroma dedaunan hutan dan lavender menyeruak menyerbu indra penciumannya yang tajam. Pintu lift terbuka menampilkan gadis yang baru beberapa jam jauh dari pandangannya. Dengan cepat El memakai kacamata hitam yang sengaja ia bawa untuk mengantisipasi pertemuan yang tak terduga dengan matenya.

Rasa ingin mendekap dan melindungi Calista nya harus El tahan mati-matian karena suatu tindakan fatal yang memang seharusnya tak ia lakukan.

Calista berjalan santai menenteng kantong belanjaan. Matanya mengerjap pelan tatkala melihat seseorang berkaos putih polos hanya berdiri terdiam menatapnya.

" Mungkin dia tetangga pindahan. " Gumam Calista lalu tanpa permisi ia berjalan mendahului seseorang tadi yang tak lain adalah El sendiri.

Hati El bergemuruh hebat, dengan gesit ia mengikuti pergerakan Calista yang kini baru saja memasuki apartemennya. El membuka apartemen yang ia sewa yang memang sengaja berada tepat disebelah apartemen Calista nya. Rasa nyeri kian merata menggerogoti batinnya.

Ia tak suka diabaikan, tapi jika ia berbuat kasar lagi maka hal yang lebih buruk pasti akan terjadi lagi. El mengacak-acak rambutnya sendiri, dengan gemas ia melempar kacamata yang ia pakai.

" Kau tahu kan Queen, aku tak suka diabaikan? " Katanya bermonolog.

" Jangan berbuat yang tidak-tidak El! " Bentak Luke dari dalam sana. Jujur saja, Luke juga tidak suka diabaikan. Tapi ini semua memang resiko dari perbuatan yang human bodoh ini lakukan.

" Jangan memperintahku! " Balas El yang membuat Luke menggeram rendah. Baiklah mungkin saatnya El membutuhkan kesadaran sendiri bukan tanpa perantara orang lain lagi.

El memutuskan mindlink sepihak, ia mengunci komunikasi antara dia dan serigalanya.
" Aku benci kenyataan dimana aku harus menahan keegoisanku lalu belajar arti kesabaran hanya untuk mendapatkan kehadiranmu. " Gumam El setelah merebahkan diri di kasur empuk yang membuatnya terlelap.

MY KING ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang