19. Who Are You?

11.6K 721 16
                                    

Happy Reading All!
Hope you like my story 💙
Don't forget to give me vote and coment 🙏


Pagi menjelang, hangatnya terpaan sinar mentari pagi dengan malu-malunya menyelinap masuk lewat tirai putih dikamar yang juga bernuansa putih ini.

Gadis bernetra hitam itu terbangun, menyibak pelan selimut yang melingkup hangat tubuhnya. Ia mengusap wajahnya kasar dan mengacak rambutnya yang berantakan dengan pelan. Dia menguap kemudian mengucek matanya,menegakkan diri lalu melipat selimut yang sebelumnya ia pakai untuk tidur.

Calista, si gadis yang baru bangun itu dengan langkah gontainya menuju kamar mandi untuk membasuh diri. Lepas itu dia pergi menuruni tangga, mungkin untuk memasak sarapan mereka bertiga.
Calista membuka isi kulkas, mengeluarkan bahan-bahan makanan yang ia perlukan.

Dengan keahlian tangan mungilnya, kini tiga porsi pancake pisang dengan toping lelehan coklat dan madu dan juga tiga gelas teh hangat menjadi menu sarapan pagi ini.
Bunyi decitan kursi menghentikan aktivitas Calista yang sedang menata menu sarapan.

Ia tersenyum melihat kedua kakaknya yang membasahi bibir mereka lapar tak sabar memakan sarapan yang mungkin menurut mereka sangat menggoda dilidah.
" Selamat pagi, Kak Pipin dan Kak Peter! " Sapa Calista masih dengan senyum yang bertengger manis diwajahnya.

" Pagi... " Jawab Peter dan Davin bersamaan.

Mereka berdua duduk berhadapan dengan Calista. Bunyi dentingan pisau dan garpu yang bersahutan terasa seperti sebuah melodi pengiring sarapan.
Hingga suara Peter membuat Davin dan Calista tidak lagi berfokus pada menu sarapannya.

" Pancake nya enak. " Puji Davin yang dibalas dengan senyuman dan ucapan terimakasih Calista.

" Tapi, sekarang entah kenapa terasa kemanisan. " Kata Davin setelah menyuapkan kembali pancake pisang itu ke dalam mulutnya.

" Mengapa begitu? " Tanya Calista sambil menatap kedua kakaknya bergantian dengan pandangan heran.

" Menurutku ini sudah cukup pas. Abaikan saja Peter, ia terlalu banyak tingkah. Buktinya ia juga masih mau makan sarapan kan? " Balas Davin memutar kedua bola mata coklatnya jengah.

Mengabaikan Davin, Calista lebih tertarik dengan alasan kakak sepupunya Peter yang mengatakan pancake buatannya kemanisan. Perasaan tadi ia sudah menaruh gula secukupnya. Mungkin karena ia memasak menggunakan perasaan, bukan dengan resep takaran yang sesungguhnya jadi rasanya sedikit berbeda.
Hah.. abaikan!

" Kenapa Kak? " Rengek Calista ingin tahu yang dibalas seringaian nakal oleh Peter.

" Sejujurnya rasanya sudah pas, tapi entah kenapa setelah melihat senyummu saat mengucapkan terimakasih terasa menjadi kemanisan. "

" Iya tapi kenapa? " Jawab Calista jengkel.

" Karena senyum mu itu manis, mematikan dan memabukkan. " Balas Peter yang membuat Davin tersedak seketika dan Calista dengan mulutnya yang menganga.

" Uhukk.. uhukk.. Peter, kau sedang tidak menyukai sepupumu sendiri bukan? "
Tanya Davin dengan tatapan tajamnya.

Peter terkekeh kecil kemudian menggeleng tegas sambil sedikit berteriak mengatakan " tidak ". Yang benar saja jika ia menyukai Calista yang bernotaben sepupunya? Mau dikemanakan soulmate, pasangan, pendamping masa depan dan calon ibu dari anak-anaknya kelak?

Davin mengelus dada lega. Takut jika pertanyaannya mendapatkan anggukan. Membayangkannya sudah membuatnya geli dan takut berdampingan.
Bibir Calista berkedut menahan senyum gelinya. Peter memang paling ahli dalam membuatnya tertawa, tapi Davin lah yang paling peka akan perasaannya.

MY KING ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang