Chapter 10: Bayangan Ilusi

68 5 0
                                    

Semilir angin berhembus menemani sang surya yang sudah menampakan dirinya dipagi ini untuk menyinari alam semesta ini

Seperti halnya Dara Gadis berhijab ini sudah memulai aktivitasnya pagi ini, kini dia tengah berdiri di depan rumahnya

Dia merasa begitu kedinginan karena tak biasanya angin berhembus kencang, sambil mengusap ngusap pundaknya agar tetap hangat, Dara menunggu jemputan yang akan mengantarkannya ke tempat kerja

"Udah siap neng" tanya kang Anto setelah tiba di depan Dara
"Udah dari tadi kang, dingin nih" protes Dara sambil menerima helm dari kang Anto, kang Anto hanya terkekeh
"Hehe, iya, tumben hari ini anginnya kenceng" ucap kang Anto lagi, setelah Dara duduk dibelakangnya, tanpa basa basi kang Anto segera menjalankan motornya

****
"Makasih kang"  ucap Dara sambil  menyodorkan helmnya pada kang Anto
"Iya neng" jawab kang Anto
"Biasa ya kang, ongkosnya udah di mama" lanjut Dara tersenyum, dan diangguki kang Anto

Kang Anto pun meninggalkan Dara, tak terasa memang perjalanan dari rumahnya, tiba-tiba dia sudah ada didepan kantor

"Dar" ucap seseorang yang mengagetkan Dara
"Eh" Dara menoleh, orang tersebut tersenyum
"Ih Rahman ngagetin aja" kesal Dara karena Rahman yang mengagetkannya
"Hehe" Rahman hanya terkekeh tak merasa bersalah

"Kenapa diem aja, ayo masuk" ajak Rahman pada Dara yang masih berdiri, Dara pun mengangguk

Dara dan Rahman pun berjalan beriringan memasuki kantor

"Dar, emm" ucap Rahman tiba-tiba namun terlihat ragu, Dara menoleh
"Kenapa Man?" Tanya Dara
"Eh, enggak" ucap Rahman kemudian, Dara hanya mengernyit heran
"Aku kesana ya" lanjut Rahman dan meninggalkan Dara yang masih kebingungan dengan sikapnya itu

****

"Ehem" deham seseorang yang sontak membuat Dara kaget
"Hai" sapanya lagi, namun Dara malah melengos, dan kembali menatap layar komputer

"Gitu banget, aku malah dicuekin" protes orang itu lagi
Dara menghelas nafasnya
"Jadi maunya gimana pak Nicko?" Tanya Dara akhirnya menoleh pada Nicko yang ternyata mengganggunya
"Maunya kamu" goda Nicko, yang membuat wajah Dara seketika nampak memerah
"Jangan bercanda" ucap Dara kemudian namun masih dengan wajah yang memerah
"Siapa yang bercanda" Nicko masih dengan menggoda Dara

Inilah yang membuat Dara sepertinya merasa nyaman dan senang jika berada disamping Nicko, walau itu hal yang biasa. namun Dara merasa ada yang berbeda dari Nicko, dia selalu bisa membuat suasana yang dingin menjadi terasa hangat, suasana yang kaku menjadi ringan

"Hei kok malah bengong" Nicko melambai lambaikan tangan didepan wajah Dara, yang membuat Dara kembali tersadar
"Eh, hehe" jawabnya terkekeh, Nicko pun ikut terkekeh dengan tingkah Dara

"Istirahat yuk, masa duduk mulu disitu" ledek Nicko
"Kamu duluan aja, aku masih banyak tugas" jawab Dara yang masih tetap fokus pada komputernya tanpa menoleh sedikitpun pada Nicko
"Yang lain aja udah istirahat, masa kamu enggak, seseoranglan butuh istirahat juga" lanjut Nicko, namun Dara tak menggubris sama sekali ucapan Nicko

"Lagian, aku tuh gak enak sama yang lain, aku gak enak masa atasan jalan sama bawahan" Dara menoleh sejenak namun kembali tetap fokus, Nicko melirik Dara
"Kalau gak enak, kasih kucing" masih Ledek Nicko, Dara menatapnya serius
"Aku serius, aku gak enak sama temen-temen aku, kita kan gak ada hubungan apa-apa, takut nanti jadi bahan omongan yang macem-macem, aku juga yang gak enak sama bapak, gara gara aku bapak malah jadi bahan omongan" ucap Dara menatap lekat Nicko yang memperhatikannya

Entahlah apa yang sedang Nicko fikirkan sekarang, senyumannya kini terasa berbeda namun Nicko mengangguk pasti apa yang dikatakan Dara

"Iya juga ya, maaf kalau ganggu kamu" Nicko mengangguk dan pamit meninggalkan Dara

Mengapa Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang