0.5

5 3 1
                                    


Cahaya mentari pagi yang menyusup melalui celah jendela kamar Kei membuat mata Kei merasa tak nyaman dan akhirnya terbangun dari lelap nya.

Di tangannya, ponsel nya tidur dengan tenang. Tapi tak lama, Kei sadar kalau semalam dia chatting-an sampai tertidur. Dia langsung menyalakan ponsel nya.

Shaniafadhilla22 : Selamat malam Kei. Mimpi indah

Senyum Kei mengembang. Dia meletakkan ponsel nya di nakas lalu bergegas ke kamar mandi. Awalnya dia khawatir kalau Shania akan marah karena ditinggal tidur, tapi ternyata semua tampak baik baik saja.

Setelah mandi, sarapan dan pamit kepada Bunda nya, Kei berangkat ke sekolah. Ayahnya sudah berangkat kerja, jadi Kei tak bisa mencium tangan dan meminta restu sang ayah pagi ini.

ㅡㅇㅁㅇㅡ

Sesampainya di sekolah. Kei langsung memarkirkan motor sportnya dan berjalan menyusuri koridor kelas yang masih sepi. Yah, memang masih sangat pagi.

Saat berjalan santai, dia melihat wanita yang nampak membawa banyak buku tebal. Dia cukup kesusahan.

Kei mengambil beberapa tumpuk buku yang dibawa wanita itu tanpa izin.

"biar kubantu" ucapnya sambil menampilkan senyum yang tulus.

"terima kasih" jawab wanita itu.

Tak ada percakapan. Kei hanya membuntuti wanita itu tanpa niatan membuka pembicaraan. Dia cukup terpesona dengan kharisma nya. Rambut pendek sebahu nya membuat dia tampak seperti wanita yang mandiri dan manis disaat yang bersamaan.

Wanita itu masuk di sebuah ruangan, tulisan "Ruang Osis" terpampang jelas di atas pintu ruangan itu.

"Letakan buku itu di situ" Wanita itu menunjuk tumpukan buku tebal lainnya. Kei meletakkan buku yang dia bawa di samping tumpukan buku tadi.

"Terima kasih sudah mau membantu"

"Tak apa, lagi pula aku punya waktu luang" Kei tersenyum lagi.

"Bagus kalau begitu, kau pasti bersedia untuk membantu ku lagi"

"A-aku tak terlalu suka membaca. Jadi yah. Anu hehe" Kei tak bisa membayangkan dirinya akan membaca buku yang sangat tebal tadi.
"Aku tak memintamu untuk membaca buku itu"

"benarkah?"

"Aku hanya ingin meminta pendapat mu, karena aku yakin kau adalah orang baik"

Dia diam sebentar memikirkannya.

"jika kau dijahati oleh seseorang, dan kau sangat down karena hal itu. Lalu kau tahu siapa pelakunya, apa yang akan kau lakukan?" tanya nya serius.

"Menurutku, kau harus memaafkannya. Mungkin terdengar sulit, tapi saat kau bisa memaafkan orang yang menyakiti mu, beban yang kau pikul akan berpindah pada orang yang menyakiti mu. Dan menurut film yang kutonton, kau harus memaafkannya karena manusia setidaknya membuat kesalahan satu kali" jawab Kei panjang lebar. Ia tak tahu jawabannya sudah benar atau belum. Tapi yang pasti dia berharap itu bisa membantu wanita itu.

"oke, baiklah" kata wanita itu setelah diam beberapa saat.

"Apa aku boleh kembali ke kelas?" Kei meminta izin.

"tentu, silahkan"

Menndapat izin, Kei langsung kembali ke kelasnya.

"kau akan tahu nama ku tak lama lagi" ucap wanita itu sebelum Kei benar benar keluar dari ruang OSIS. Kei hanya membalas nya dengan senyuman.

Kei langsung menuju kelas, perjalanannya masih dihiasi oleh tatapan para murid sepanjang koridor. Kei hanya memasang senyumnya untuk menjawab orang yang menatap nya, meskipun tak tahu apa arti dari tatapan itu.

Karena tak memperhatikan jalan, tubuh besar Kei menabrak sesuatu. Tidak, seseorang. Reflek Kei langsung membantu wanita yang dia tabrak tadi.

"Hei! Kemana mata mu pergi! Apa terlalu sulit bagimu untuk berjalan sambil menggunakan mata mu untuk melihat!" umpat wanita itu. Kei tak tahu harus apa.

"Untung saja Kami tak apa apa, jika dia terluka kau harus tanggung jawab!" Kata wanita itu setelah mengecek kamera nya dan tidak menemukan kerusakan apapun.

"apakah Kami itu nama kamera mu? Sangat lucu" Ucap Kei sambil menampilkan senyum termanis nya.

Wanita itu terdiam mendengar ucapan Kei, tak ada yang pernah peduli dengan kamera nya. Tapi Kei berbeda, perlakuan Kei terhadap kamera kesayangannya sukses membuat wajah nya memerah seketika, dan dia tak mau orang yang baru saja dia marahi tahu itu.

"bukan urusanmu!" dia lantas pergi meninggalkan Kei dengan segudang pertanyaan.

"bodoh, apa dia tak tahu konsekuensi dari tindakannya. Apa dia pikir dia bisa pergi begitu saja setelah mengatakan kalau Kami ku lucu. Tidak!" gumam wanita itu tanpa menghentikan langkahnya.

Kei memandangi sebentar kepergian wanita yang dia tabrak tadi. Tersenyum simpul, lalu melanjutkan perjalanannya ke kelas.

Di kelas masih cukup sepi, dia duduk di bangku nya dan membenamkan kepala nya di kedua tangannya yang dia lipat di atas meja.

Dia sepertinya berurusan terlalu banyak dengan perempuan. Dia tak bisa seperti ini. Kei yang memikirkanya seperti orang gila. Mengangkat kepala nya lalu menggeleng cepat. Tak sadar kalau sedari tadi Veera berdiri di samping nya dengan sedikit ketakutan.

"apa kau sakit?"

Kei membenamkan kepala nya lagi, menahan malu.

"tidak"

ㅡㅁㅇㅁㅡ

Di sebuah ruangan. Cat biru sebagai aksen utama dan dihiasi foto presiden dan wakilnya, serta foto ketua dan wakil ketua OSIS dibawahnya. Benar, ruang OSIS. Di dalam ruangan itu ada 2 wanita yang duduk berhadapan. Dari ekspresi keduanya, mereka akan membicarakan sesuatu yang cukup serius.

"sepertinya kau tahu alasan dipanggilnya kau disini" Wanita berambut pendek itu membuka pembicaraan.

"tidak. Tidak sama sekali" jawab wanita di depannya ketus.

"ada kehebohan yang terjadi akhir akhir ini. Dan aku percaya kalau kau dan kamera manis mu itu yang menyebabkannya" wanita itu tak mau berbasa basi lebih lama lagi. Sikap lawan bicaranya yang ketus itu sangat tak dia sukai.

"nama nya Kami, bukan kamera manis!"

"aku tak peduli dengan nama kamera itu. Tapi yang pasti kau harus bertanggung jawab dengan perbuatanmu"

"aku tak melakukan apapun" bela nya.

"aku tak mungkin memanggil mu kesini dengan tuduhan tanpa alasan" dia menyerahkan sebuah map yang berisi kertas kertas di dalamnya.

Wanita itu membukanya, melihat dengan seksama isinya. Dan dia tak bisa lari lagi. Memang dia yang melakukannya.

"lalu apa mau mu? Menyerahkan ku kepada guru BK?"

"masalah ini terlalu besar jika diserahkan pada guru BK. Kau bisa dikeluarkan dari sekolah ini"

Keringat dingin mulai mengucur di wajah wanita itu. Dia mengelus elus kamera nya untuk meredakan rasa paniknya.

"aku tak akan melakukan itu. Tapi dengan satu syarat"

"apa?"

"kau harus menjadi pengurus OSIS"

ㅡㅁㅇㅁㅡ

Mudah untuk bertemu,
Seharusnya mudah juga untuk berpisah.
Kan?

ㅡㅁㅇㅁㅡ

• P R A Y X G A •

(975 Words)

Out Of My MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang