1.2

7 1 0
                                    

Wanita berambut sebahu itu berkali kali berdecak sebal karena panggilannya tak kunjung tersambung. Suara wanita yang memberi tahu kalau orang yang dia panggil tak menjawab selalu menjadi suara yang masuk ke telinganya.

"Kenapa adikmu belum pulang juga?, sekarang sudah terlalu sore. Tak seperti biasanya dia pulang terlambat seperti ini" Suara bariton sang ayah menambah beban hatinya. Dia merasa bersalah karena meninggalkan adiknya untuk menyelesaikan urusan OSIS nya, dan sekarang sudah pukul 4 sore. Adiknya tak kunjung menampakkan dirinya, membuat rasa khawatir semakin menjadi jadi.

"Aku tahu yah, sekarang aku sedang berusaha menghubungi nya"

Wanita itu menekan tombol panggilan nya lagi. Entah sudah berapa kali dia mengulangi proses itu, tapi tetap saja tak mendapatkan jawaban. Dia memandang ayah nya yang saat ini sedang berdiri dengan penuh rasa khawatir. Menggelengkan kepala nya tanda masih belum menemukan titik terang. Sang ayah memijat keningnya, lalu pergi meninggalkan wanita itu sendiri di ruang tamu.

Tak lama, hp nya berbunyi. Menampilkan sebuah pesan yang baru saja ia terima.

Iya aku tahu, aku akan pulang.

Perasaan lega serta marah bercampur menjadi satu. Kenapa baru sekarang ia memberinya ketenangan, tapi setidaknya sekarang dia tahu kalau adiknya baik baik saja. Jadi ia tak perlu mendengarkan ocehan dari Ayahnya atau mungkin ibu tirinya.

ㅡㅇㅁㅇㅡ

15 menit setelah ia menerima pesan singkat itu orang yang dia tunggu masih belum menunjukkan tanda tanda kehadiran. Kekhawatiran nya belum sepenuhnya usai. Sampai bunyi bel rumahnya membuat ia cepat cepat membukakan pintu dan menemui orang yang dia tunggu.

"Kau dari mana saja Kei— ra" tanpa babibu dia langsung menghujani adiknya dengan omelannya. Tapi dia tak tahu kalau ada orang lain disana.

"Kei, perkenalkan dia adalah Sarah. Kakak tiriku" ucap Keira.

Kei terkejut. Tidak, lebih tepatnya dia tak menyangka kalau Sarah dan Keira adalah keluarga. Pasalnya saat dia di sekolah tadi keduanya nampak tak akur.

Kei masih tak bersuara, masih tak percaya dengan kenyataan. Hingga sentuhan sikut Keira menyadarkannya.

"O-oh iya. Kita sudah bertemu sebelum nya senang bisa bertemu denganmu. Lagi" Kei nampak canggung. Entah apa yang membuat nya begitu, tapi melihat Sarah tidak mengenakan seragam membuat dia sedikit grogi. Kharisma nya sebagai Ketua OSIS seperti digantikan dengan pesona keanggunan.

"i-iya. Senang bertemu dengan mu juga, Kei" Sarah juga sama, tak bisa menutupi rasa canggung nya.

"Si-silahkan masuk" Sarah mencoba untuk bersikap biasa saja, bersikap natural dan apa adanya.

"Sudah terlalu sore. Aku rasa sebaiknya aku pulang saja" Kei menolak secara harus.

"Ah ayolah, sebentaaaaaaar saja" Keira merengek seperti anak kecil, menarik narik lengan Kei agar mau mampir sebentar.

"Mungkin lain waktu. lihat, langit sudah mulai gelap" Kei sebenarnya tak tega, wajah menggemaskan Keira hampir menghipnotisnya.

"Ah kau menyebalkan" Keira menggembungkan pipinya. Melipat tangannya di depan dada, persis seperti anak kecil yang permintaannya tak dituruti.

"Jika ada kesempatan pasti aku akan mampir ke sini, tenang saja" Tangan Kei bergerak untuk mengelus bahu Keira. Memberi Keira ketenangan untuk sesaat. "Sebaiknya aku pergi sekarang. Jalanan akan macet jika memasuki jam pulang kerja" Setelah berpamitan, Kei menunggangi motor sportnya dan pulang.

Setelah sosok Kei hilang dari pandangan, Sarah dan Keira masuk ke dalam.

"Apa kau tadi ke rumahnya?" Sarah duduk di sofa ruang tamu dan membuka buku tebalnya. Sedangkan Keira membuka kamera nya, melihat kembali hasil tangkapan gambar nya hari ini. Dia juga sudah beberapa kali memotret momen saat bersama Kei di rumahnya tadi.

"Iya" Jawab Keira singkat, dia sedang sibuk sekarang.

"Apa yang kau lakukan?" Sarah masih serius membaca bukunya.

"Membujuknya untuk masuk OSIS"

"Dia mau?" Sarah antusias, membuat Keira sedikit bertanya tanya, kakaknya ini tak pernah tertarik dengan hal lain selain buku.

"berterima kasihlah padaku" Senyum miring penuh bangga tercetak jelas di wajah Keira.

"Dia akan jadi aset yang berharga" Sarah kembali melanjutkan kegiatan membacanya, senyumnya mengembang dengan sendirinya membayangkan Pengurus barunya itu.

"Kau tak berpikir untuk mendekati Kei kan?" tatapan tajam Keira mengarah langsung ke mata Sarah.

"Aku tak mau bersaing denganmu. Jadi, tidak. Terima kasih" Sarah membalas tatapan elang Keira.

"Baguslah, aku tak akan segan melakukan sesuatu yang tidak membuatmu nyaman jika kau mencoba mendekati nya. Tak peduli walau kau adalah kakakku" Keira terlihat menyeramkan sekarang.

"Kau sudah pernah melakukannya, aku tak akan terkejut akan hal itu"

ㅡㅁㅇㅁㅡ

Out Of My MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang