1.3

8 1 0
                                    


Veera memegang handphone nya dengan perasaan gelisah, dia menulis sesuatu lalu menghapusnya, dia tulis lagi lalu sedetik kemudian tulisan itu hilang dari layar handphone nya. Dia berpikir mungkin Kei adalah orang yang dikirim Tuhan untuk melepaskannya dari jeratan Tom. Tapi jika dia salah, nasib Kei akan berakhir seperti laki laki lain yang pernah tak sengaja dekat dengannya.
Saat sedang bingung bingung nya. Ia dikagetkan dengan suara pintu kamarnya yang dibuka dengan kasar.

"Sialan! lagi lagi kencan ku dengan Sheila gagal!" umpat Tom setelah masuk ke kamar Veera. "Sandiwara bodoh ini lama lama membuat ku muak!" Ucap tom sambil melemparkan sekotak martabak ke atas meja.

Veera sudah ketakutan, menyembunyikan dirinya dibalik selimut, dia tak tahu harus berbuat apa. Tubuhnya gemetar saat melihat Tom menatapnya.

"Ganti pakaianmu lalu ikut aku, cepat!"
Setelah mengatakan itu Tom langsung pergi keluar kamar.

Tanpa pertanyaan, Veera menuruti perintah Tom. Mengganti pakaian tidurnya dengan dress garis garis yang dipadukan dengan jaket kulit berwarna hitam. Sangat pas ditubuhnya. Setelah selesai, Veera pun turun untuk menemui Tom.

~~~

Dibawah, Tom sedang asyik bercengkrama dengan Ibu nya Veera. Menyadari keberadaan Veera, fokus mereka pun berpindah. Memandangi Veera yang turun dari tangga.

"tuh dia anaknya udah turun"

Senyum manis terulas dari bibir sang Mamah. Sedangkan Tom juga memainkan perannya sebagai Tom yang mencintai Veera.

"Mungkin hanya perasaan ku saja, tapi Veera terus bertambah cantik setiap harinya"

Veera yang mendengar perkataan Tom hanya bisa tersenyum kecut. Dia tahu itu hanya bualan. Fake.

Setelah berbasa basi ria, Tom dan Veera pun berangkat. Menunggangi mobil hitam Tom, membelah dingin nya malam menyusuri jalan yang sepi. Tak ada percakapan diantara mereka, Mata Veera menerawang keluar jendela, diotaknya muncul Kei yang terus berputar putar diimajinasinya.

10 menit perjalanan, Mobil Tom berhenti di sebuah cafe tempat ia dan teman temannya biasa nongkrong. Sesampainya di dalam, mereka disambut Rino, David dan seorang wanita yang tak asing bagi Veera.

"Kau sudah gila, kau membawa tunanganmu saat kau berkencan dengan selingkuhan mu" sambut David saat melihat Veera dan Tom.

"Tutup mulutmu Dav, aku mengajak nya agar Mama tak curiga. Aku sama sekali tak mempunyai niatan untuk membawa pengganggu seperti dia"

Tom berjalan melewati David dan Rino, menghampiri Sheila.

"Maaf sudah membuatmu menunggu" Tom mengusap puncak kepala Sheila lalu mengecup nya.

"T-tak apa. Apa tidak masalah membawa dia kesini" Tanya Sheila ragu.

"Jangan hiraukan dia, dia tak lebih dari wanita pengganggu hidup ku"

Terselip rasa kasihan saat Sheila memandangi Veera. Terlihat jelas Veera mencoba sekuat tenaga agar tetap tegar yang membuat Sheila merasa iba.

"Veera harus apa selagi kau bermesraan dengan Sheila?" tanya Rino.

"Entahlah, aku sudah melaksanakan amanat ibuku. Dia bisa melakukan apapun yang dja mau, dia pulang jalan kaki pun aku tak peduli"

Veera sudah tak bisa menahannya lagi, cukup sudah ia diperlakukan seperti sampah. Dia berlari meninggalkan cafe itu dengan perasaan kacau, hatinya remuk, harga dirinya seperti diinjak injak. Air matanya keluar tanpa izin. Dia benar benar berantakan.

~~~

Ditengah gelap nya malam, Kei dan motor sportnya seakan akan menjadi bintang tersendiri. Jalan sudah cukup sepi, hanya beberapa kendaraan saja yang masih berlalu lalang. Yah, waktu sudah menunjukkan pukul setengah 10 malam sudah waktu nya bagi manusia untuk mengistirahatkan raga nya.

Dijalanan yang gelap, Kei melihat sosok perempuan yang sepertinya dia kenali. Dia pun memperlambat laju motornya dan mulai mendekati wanita itu. Dan benar saja, itu adalah Veera.

Kei turun dari motornya dan menghampiri Veera.

"Veera? Apa yang sedang kau lakukan?"

Veera habis menangis, Kei bisa tahu itu dari mata sembab Veera.

Tak menjawab pertanyaan Kei, Veera langsung memeluk tubuh Kei. Awalnya Kei sedikit terkejut, tapi ia akhirnya sadar kalau saat ini Veera memang butuh seseorang yang bisa menenangkannya. Kei pun dengan lembut mengusap kepala Veera, mencoba meredakan emosi yang sedang Veera rasakan.

~~~

"minumlah, ini akan membuat perasaan mu sedikit tenang"

Kei menyodorkan sebotol air mineral yang baru saja ia beli di minimarket. Setelah membuat Veera sedikit tenang, Kei membawa Veera ke minimarket terdekat. Tak pantas rasanya jika berada di pinggir jalan selarut ini, ditambah Veera sedang menangis. Kei tak ingin dituduh sebagai pelaku kejahatan seksual tentunya.

"Terima kasih, maaf telah membuatmu khawatir"

"Bukan masalah, lagi pula kau itu temanku. Aku tak ingin melihat temanku menghadapi masalahnya sendirian"

Senyum tulus tercetak jelas dibibir Kei, membuat Veera lagi lagi jatuh ke dalam pikirannya sendiri. Dia terus saja teringat perkataan Kei saat dia beradu mulut dengan Tom. Hal itu yang membuat Veera merasa kalau Kei mungkin bisa membantunya keluar dari masalah ini.

"Kau, terlalu baik padaku"

"Benarkah? Kenyataan bahwa aku melihatmu menangis sendirian di pinggir jalan menjadi bukti bahwa aku belum cukup baik padamu"

Lagi lagi Veera tertegun mendengar jawaban Kei.

"Jadi, apa kali ini kau mengizinkanku untuk membantu mu?"

Kei menatap Veera lekat lekat, mencoba meyakinkannya. Meyakinkan Veera kalau ia tidak sendirian.

"Baiklah mohon bantuannya"

ㅡㅇㄹㅇㅡ

It's been awhile
But who cares.
I'm back anyway.

Out Of My MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang