20 : Imut

375 46 7
                                    

"Pin, minta foto selfie yang tadi. Kirimin lewat wa ya."

Pinkan yang tengah asik meneliti beberapa foto selfie yang tadi ia dan Ridho ambil itu otomatis menoleh ke arah Ridho yang kini tengah fokus pada keramaian jalan yang mereka lalui.

'Drt, Drt, Drt'

Tak lama kemudian ponsel bercase hitam milik Ridho --yang diletakan di atas dashboard-- bergetar, menandakan ada notifikasi baru yang masuk.

"Udah Pinkan kirim Dho." ujar Pinkan. Kemudian, raut wajahnya berubah jahil. "Sekarang kirimin foto Pinkan yang Ridho ambil diem-diem dong." lanjut Pinkan bercanda.

Tanpa diduga, Ridho tersedak kaget. Laki-laki itu terbatuk beberapa kali, membuat Pinkan langsung panik begitu saja.

"Eh--eh Dho, gak pa pa kan?" seru Pinkan panik.

Ridho mengangguk kecil. Batuk kagetnya sudah mereda sehingga laki-laki itu menjawab pelan. "Ridho gak pa pa kok."

Pinkan meringis kecil dengan raut wajah menyesal. "Maafin Pinkan ya Dho, bercanda kok tadi." katanya perlahan. "Lagian mana mungkinkan Ridho moto Pinkan diem-die--"

"14325."

"Ha?" Pinkan melongo mendengar Ridho yang tiba-tiba memotong kalimatnya dengan sederet angka yang aneh menurut Pinkan.

Ya aneh lah. Orang Pinkan gak tau itu angka apaan.

14325 katanya? Apaan tuh? Plat mobil? Tapi kalau plat, platnya siapa?.

"Itu sandi Hp gua. Buka Hpnya terus cari foto lu tadi di galeri." Seperti mengerti bahwa Pinkan bingung atas apa yang ia ucapkan, Ridho langsung menjelaskan.

Membuat Pinkan langsung mengangguk-angguk mengerti, sebelum akhirnya...

"EH TUNGGU! RIDHO BERARTI BENERAN MOTO PINKAN?!?!" Pinkan langsung berseru heboh --perpaduan riang tapi juga panik karena takut ekspresi candid alaminya terlihat memalukan-.

Gadis itu langsung menyambar ponsel hitam di atas dashboard dan mengetikan kode sandi yang tadi Ridho sebutkan.

Benar saja, setelah Pinkan mengetikan angka terakhir ke dalam bar sandi tersebut, ponsel Ridho yang semula menampilkan beberapa digit angka sandi langsung berganti dengan wallpaper bergambar iron man. 

Pinkan segera membuka galeri ponsel milik Ridho --untung saja letak galeri tersebut berada di layar Home utama tanpa disembunyikan, jadi Pinkan mudah menemukannya-- kemudian gadis itu mencari foto dirinya.

Ternyata tidak sulit. Karena foto Pinkan kan baru saja diambil, jadi fotonya ada di deretan teratas.

Pinkan mulai menggulir satu persatu foto dirinya --oke, Ridho ternyata bohong. Katanya tadi gak memfoto Pinkan, tapi ternyata Ridho gak cuma memfoto sekali-.

Cih, dasar pembohong ulung.

Sambil meneliti apakah foto itu layak disimpan atau tidak, Pinkan terus menggeser deretan foto yang ada di ponsel Ridho.

Hingga kemudian tangan gadis itu berhenti menari di atas layar ponsel Ridho ketika Pinkan sampai di sebuah foto dirinya yang sedang mengemut es krim.

Alasannya bukan karena foto itu foto yang paling bagus. Tetapi, ada yang aneh di dalam foto itu.

Di foto itu...

KENAPA PIPI PINKAN GEDE SEBELAH YA?!?!?!

Pinkan langsung melotot, ia baru saja berniat menghapus foto itu ketika suara Ridho menginterupsi kegiatannya.

"Jangan ada yang di hapus." perintah Ridho, membuat Pinkan cemberut.

"Tapi ini aneh Dho! Masa pipi Pinkan gede sebelah gitu!" Pinkan langsung berseru protes.

Ridho menyerit, "Eh, perasaan gak ada foto yang aneh deh Pin." katanya tak percaya.

Pinkan menghela nafas. "Ada tau! Ini nih, masa pipi Pinkan gede sebelah gitu!" seru Pinkan, ia menunjukkan layar ponsel Ridho --yang sedang menampilkan fotonya-- kepada si empunya ponsel.

Ridho melirik ke arah ponselnya, sebelum akhirnya tertawa geli. "Itu gak aneh Pinkan. Itu kan gua ambil pas lu makan sesendok es krim langsung." katanya masih dengan senyum geli.

Tawa geli Ridho terhenti, seiring dengan matanya yang melirik ke arah Pinkan.

"Lagian, aneh apanya coba. Orang lu-nya imut gitu."

***

Baper -SELESAI-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang