18 : Cekrek

399 51 2
                                    

Pinkan dan Ridho kini sudah duduk di salah satu sudut paling nyaman di Wonder Cafe ini.

Keduanya --ah, mungkin hanya Pinkan-- sudah tak sabar untuk melihat pesanan mereka datang.

Lebih spesifiknya, memakan es krim mereka.

'Tap, Tap, Tap...'

Pinkan yang sudah antusias sejak baru tiba tadi langsung nenoleh ketika mendengar suara langkah mendekat.

Yap, langkah pramusaji.

Pinkan langsung tersenyum lebar, sangat lebar sampai-sampai matanya membentuk bulan sabit yang nampak manis.

"Hehe, terimakasih mbak yang syantik ngelebihin penyanyi lagu syantik!" gadis itu berseru riang sambil menarik mangkuk es krimnya yang baru saja diletakan.

Si mbak pramusaji tersenyum, mengangguk dengan sopan sembari menurunkan mangkuk es krim pesanan Ridho ke meja. Kemudian ia mengangguk kecil sambil berujar selamat menikmati sebelum akhirnya beranjak pergi dari meja Ridho dan Pinkan.

Menanggapi ucapan si mbak pramusaji, Ridho mengangguk kecil --walau si mbak yang sudah menjauh pasti tidak tau kalau Ridho mengangguk-- lalu kemudian Ridho menarik mangkuk es krimnya mendekat.

Selepas menarik mangkuk es krimnya, Ridho berniat mengambil sebuah sendok es krim di tengah meja tempat ia dan Pinkan duduk. Namun, gerakan itu terhenti ketika Ridho menyadari sesuatu.

Pinkan tidak tersenyum antusias lagi. Kini, gadis itu justru tengah mengangkat alisnya tinggi-tinggi sambil menatap mangkuk es krimnya dengan wajah yang sukar didefinisikan.

Ada raut gembira --mungkin karena es krimnya datang--, ada juga raut penuh tanya, serta yang paling kental adalah raut kesal dan tak percaya.

"Pin...kenapa?" Ridho spontan bertanya.

Membuat Pinkan yang semula memperhatikan es krimnya jadi mengalihkan pandang menatap Ridho.

Dan Ridho langsung dibuat terkejut karena setelah menatapnya, Pinkan jadi cemberut.

"Gambarnya bohong." Pinkan berujar kesal, membuat lagi-lagi Ridho bertanya spontan.

"Bohong kenapa?"

Pinkan menarik nafas kesal, "Digambar papan menunya ada gelato coklat, dibuat jadi karakter Brown lagi senyum. Tapi ini... Brownnya kayak lagi kena ayan." ujarnya kesal. Omong-omong, Brown adalah nama karakter beruang berwarna coklat yang jadi salah satu ikon aplikasi Line.

Mendengar jawaban Pinkan, Ridho menyerit. "Kena ayan?" tanya laki-laki itu memastikan.

Pinkan mengangguk, menyodorkan mangkuk es krimnya ke arah Ridho, "Tuh liat sendiri." tunjuk gadis itu.

Benar saja, di mangkuk itu ada gelato coklat yang sudah dibentuk sedemikian rupa menjadi bentuk kepala beruang namun ekspresi yang ditunjukan si beruang agak aneh. Semacam senyum tapi miring sebelah.

Ridho terkekeh geli dibuatnya.

"Mungkin embaknya lagi pusing Pin pas buat senyumnya." Ridho berujar bercanda sambil terkekeh geli.

Pinkan makin cemberut. "His, tapikan senyumnya jangan menceng juga geh! Jadi gak lucu lagi nih, padahal pengen Pinkan foto terus dijadiin snap gitu." jelas gadis itu kesal.

Ridho tersenyum tipis. "Pinkan mau moto es krim yang lucu?" tanyanya.

Masih dengan wajah yang cemberut, Pinkan mengangguk membenarkan.

Ridho tersenyum, tapi tak melanjutkan obrolan. Laki-laki itu justru tampak sibuk memakan es krimnya.

Membuat Pinkan yang merasa diabaikan cemberut lagi dan memilih untuk mengambil sesendok es krim dari mangkuk es krimnya kemudian memasukannya ke mulutnya.

Sesaat setelah es krim itu masuk ke dalam mulut Pinkan, mata gadis itu langsung berbinar bahagia. Lengkap dengan senyum senang yang terukir cantik di wajahnya.

Es krimnya memang berbentuk wajah beruang ayan. Tapi...

Tapi...

Tapi...

RASANYA MUANTAP BOSQU!!!

Pinkan tersenyum riang, mengambil sesendok es krim lagi dari mangkuknya kemudian memakannya dengan wajah tersenyum.

Hingga kemudian...

Cekrek.

Suara kamera terdengar.

Dan saat mata Pinkan terarah ke asal suara itu, ia melihat Ridho yang kini menurunkan ponselnya dengan terburu-buru sambil berseru agak panik.

"Eh, eh ini tadi gua moto es krimnya, bukan elo kok Pin!!"

***

Baper -SELESAI-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang