6. Segalanya Menjadi Perdebatan

3.3K 113 0
                                    

"Tuh, udah gue sharelock. Awas aja lo kalo lama. Lo yang gue suruh ngerjain sendiri."

"Bawel."

"Yeeee, dibilangin juga." Kepada Revan yang dengan kurang ajar mengatainya bawel, Dera memberikan pelototan kesal. Yang sialnya tidak mendapat tanggapan karena cowok itu pergi begitu saja.

Dera mendengkus, lalu berjalan menuju motornya untuk kemudian pulang ke rumah. Omong-omong, mereka baru saja berjanjian untuk mengerjakan tugas kimia di rumahnya setelah sepulang sekolah hari ini.

Kebetulan di hari kamis ini seluruh murid SMA Binadharma dipulangkan lebih awal karena guru-guru akan mengadakan rapat.

Revan awalnya mengusulkan untuk mengerjakan tugas di hari minggu saja agar waktunya lebih panjang, tapi Dera menolak keras. Sebab hari minggu nanti ia akan pergi kafe Violetta bersama Sella dan bersenang-senang di sana.

Dan setelah melewati perdebatan yang cukup panjang dan penuh drama, akhirnya Revan setuju jika mengerjakan tugasnya hari ini. Namun dengan syarat cowok itu ingin pergi ke toko buku terlebih dahulu lalu blablabla, Dera tak ingin mendengarnya. Yang jelas, cowok itu akan datang ke rumahnya pukul dua siang. Saat ini masih pukul setengah satu, jadi masih ada waktu satu jam setengah untuk Revan berkeliaran ke mana pun yang cowok itu mau.

Berhubung Revan tak mengetahui di mana rumahnya, ia mengirimi maps ke WhatsApp cowok itu. Semoga saja Revan tidak tersesat.

****

Waktu menunjukan pukul dua lebih lima belas menit ketika Revan tiba di rumah Dera. Sebuah rumah minimalis dua lantai dengan cat warna cream. Di halaman depan, terdapat taman mini yang di tengah-tengahnya ada sebuah air mancur yang berserta kolam ikan kecil. Perpaduan itu membuat rumah ini terkesan sejuk dan asri.

Rumah Dera yang tampak nyaman seharusnya bisa membuat perasaan siapa pun yang berkunjung menjadi tenang, tapi tidak untuk dirinya yang merasa ingin menyemprot Dera habis-habisan.

Bagaimana tidak? Di cuaca sepanas ini di mana matahari seperti terasa berada tepat di atas kepalanya, Dera a.k.a teman sebangkunya itu membuatnya berputar-putar mengelilingi kompleks mencari rumah Dera karena lokasi yang cewek itu bagikan sangat tidak akurat.

Mengikuti lokasi yang Dera bagikan, Revan malah sampai pada sebuah tempat pembuangan sampah kompleks. Benar-benar sial! Sepertinya cewek itu sengaja mengerjainya.

Untung saja kesabarannya seluas samudera, jadi dia tidak putar balik lalu pulang dan memilih mencari rumah Dera berbekal petunjuk dari warga sekitar yang ia jumpai.

Setelah menenangkan diri sejenak agar tak terlarut-larut dalam kekesalan, Revan pun mengetuk pintu depan yang berwarna senada dengan pelan. Bagaimanapun, ia harus menjaga sikap karena bisa saja yang keluar adalah orang tua Dera.

Namun ketika cewek itu muncul dari balik pintu, kekesalannya yang sudah pergi kini kembali lagi. Ditatapnya Dera dengan sengit.

"Lo sengaja, ya, bikin gue nyasar?"

Dera yang sudah akan mengomel karena Revan datang terlalu lama, seketika urung mendengar ucapan cowok itu. Ia mengerenyitkan kening, merasa tak paham.

"Maksud lo?"

Revan berdecak lalu menunjukan layar ponselnya ke depan wajah Dera. "Tuh, lo liat. Lokasi yang lo share itu tempat pembuangan sampah di depan sana, bukan rumah lo."

Impossible PossibilityWhere stories live. Discover now