10. Misi Terakhir yang Tidak Sesuai Rencana

2.8K 98 3
                                    

"Wowwww."

Berdecak kagum adalah reaksi refleksnya begitu Dera tiba di rumah Revan yang sangat mewah berlantai tiga dengan gaya American classic yang didominasi warna putih dan hitam.

"Tajir juga ternyata itu cowok." Lagi, Dera berdecak-decak. Merasa terkagum-kagum dengan rumah tersebut yang dilihat dari luar saja tercium aroma-aroma crazy rich. Aroma-aroma orang kelas atas.

Puas memandangi rumah mewah tersebut, Dera lantas menolehkan kepalanya ke samping di mana rumah Adit berdiri. Dia sudah pernah dua kali ke sini waktu masih di Bandung—itulah mengapa ia tak kesusahan menemukan rumah Revan. Dan dahulu, ia sudah dibuat kagum dengan rumah mewah yang bediri dengan gagahnya di depan rumah Adit.

Namun dia tak menyangka jika rumah mewah yang selalu ia kagumi dulu adalah rumah Revan. Dengar dari Adit, Revan baru pindah ke rumah itu sejak masuk Binadharma setelah sebelumnya tinggal di beda perumahan dengan Adit.

Dari luar, rumah Adit tampak sepi karena ayah Adit sedang bekerja dan baru pulang habis maghrib nanti dan ibu Adit sedang berada di rumahnya. Itulah mengapa dia berani ke sini sekarang tanpa khawatir akan ada orang yang memergokinya. Sebab semuanya sudah dia perkirakan.

Dia pun sudah memberikan alasan bagus pada sang mama dengan berkata ingin ke rumah teman tanpa menyebutkan namanya. Ya meskipun dia tidak menganggap Revan sebagai teman, tapi status mereka adalah teman sekelas sekaligus teman sebangku. Dan jika nanti mamanya bertanya kepada Adit tentang dirinya, Adit akan memberikan jawaban jika ia bermain ke rumah Kara yang notabene adalah temannya.

Perfect! Ia memang cerdas. Semua misinya berjalan dengan lancar. Saatnya menjalankan misi terakhir.

Yaaa walaupun ia sedikit berbohong, tapi tak apa, kan? Toh berbohong demi kebaikan.

Oke, pertama-tama ia akan memanggil satpam yang berjaga di dalam sana lalu setelah itu meminta diantar untuk bertemu Revan dengan tujuan memastikan kondisi cowok itu. Setelahnya ia akan mengembalikan hoodie serta menyerahkan parcel buah-buahan yang ia bawa sambil berbasa-basi sedikit. Lalu setelah itu dia akan berpamitan pulang dengan alasan hari sudah sore.

Ya, benar begitu. Dia tidak perlu berlama-lama di sini. Dera pun berdehem, bersiap memanggil satpam seraya otaknya memberi peringatan besar untuk mulutnya agar tidak keceplosan mengatakan hal-hal yang memicu perdebatan dan membuat dia berlama-lama di sini.

Ketika kata-kata panggilan untuk satpam telah berada di ujung mulutnya, tiba-tiba gerbang tersebut  terbuka dan muncullah sesosok pemuda berkaos hitam dengan celana training panjang berwarna senada.

Dera yang terkejut, refleks memundurkan diri sembari mengelus dada. Ditatapnya Revan dengan sengit. "Ngagetin banget, sih, lo. Minimal kalo mau nongol ada suaranya kek!"

Revan sendiri yang tadinya berniat pergi ke rumah Adit untuk mengambil charger yang Adit pinjam, dibuat terkejut dengan kehadiran Dera di depan rumahnya. Apa yang cewek itu lakukan di sini? Apakah ke rumah Adit? Tapi rumah Adit, kan, di depan sana.

"Ngapain lo di sini?" tanyanya mengabaikan bentakan Dera.

Pertanyaan bernada ketus itu seketika membuat Dera melengos. Ia ingin membalas pertanyaan tersebut dengan jawaban yang tak kalah ketus, tapi urung karena pasti nanti ujung-ujungnya mereka akan berdebat. Dan itu tidak ada dalam misinya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 09 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Impossible PossibilityWhere stories live. Discover now