Lima

85 5 0
                                    

"Apa menurutmu mereka akan baik-baik saja?" tanya Minseok pada kawan di sebelahnya. Raut wajahnya cemas sekali.

"Entahlah. Aku juga khawatir soal itu." sahut. Jongdae sembari menghela nafas.

"Iya. Aku juga. Mengingat dia pribadi yang sangat tertutup." Baekhyun yang duduk di sebelah Jongdae ikut menimpali.

"Kenapa harus hyung? Kenapa harus Kyungsoo hyung?" tuntut Sehun. Lebih kepada dirinya sendiri. Wajahnya tak luput dari ekspresi kesal dan tak percaya perusahaan memilih pria yang paling diinginkan Dispatch itu.

"Karena dia sedang menjalani syuting drama dan lagi pasangannya sangat ideal di drama itu. Kalian tahu kan? Pemberitaan buruk akan berimbas pada saham perusahaan di pasaran?" tutur Junmyeon yang memeluk bantal hitam berbentuk bulat.

"Pertanyaanku hanya satu. Kenapa harus kita?" cetus Chanyeol sembari menatap wajah kawannya satu persatu yang tampak berpikiran hal yang sama. Kemudian berhenti pada Jongin yang sudah pernah mengalaminya.

Mata mereka bertemu. Chanyeol berharap menemukan jawaban disana.

"Aku juga lelah. Kenapa harus kita? Jadwal kita sudah sedemikian padatnya. Apa kita tak di beri jeda untuk istirahat? Bahkan Comeback kita harus ditunda karena banyak hal. Aku sangat merindukan fans kita. Aku tahu mereka juga merasakan hal yang sama."

Semua setuju dengan ucapan jongin yang-kadang-ada benarnya. Kemudian mereka terdiam. Terlihat sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing di ruang tamu dorm.

©~©

Udara kota Malang yang basah karena hujan sudah mulai merembes ke dalam mobil. Setidaknya karena kondisi badna jalan sudah mulai ramai di jam pulang sekolah, ditambah banyak lubang di jalan yang tergenang air hingga menelan separuh ban mobilnya, lajunya di kurangi.

Mereka berencana bertemu di Lobby hotel Swiss-Bellin yang terletak di belakang Malang Town Square. Pengacara dengan darah batak, Prof. Drs. Marko Sihombing, SH.MH.PHD ini adalah pengacara kondang di Malang. Tak ada kasus yang tak bisa ia tangani. Tak ada kasus yang tak bisa ia menangkan.

"Dik. Nanti kita mampir di Pom dulu ya. Aku mau ganti baju." kata Sarah. Dan dilan mengiyakan saja. Ia masih belum sepenuhnya tenang setelah olahraga jantung di Tol Panjang tadi.

Mereka berhenti di Pom area Mondoroko. Sementara Dilan mengambil alih kemudi dan mengisi penuh tangki bahan bakar, Sarah ke kamar mandi sembari membawa baju ganti beserta.

Tiga puluh menit kemudian ia sudah keluar dengan memakai kaus polos dan jaket kulit warna hitam. Rambutnya digerai begitu saja. Tak lupa, ia juga mengganti sepatunya dengan sandal jepit.

Ia hanya membawa baju sekedarnya karena ia berpikir bisa pulang kerumah. Mana ia tahu kalau rumahnya di jaga polisi.

"Kenapa ganti baju?" tanya Dilan saat kakaknya masuk ke dalam mobil dan meletakkan hoodie merah mudanya di jok belakang.

"First impression itu penting. Aku hanya ingin membuat kesan bahwa aku orang biasa. Aku tak ingin terlihat 'wah'. Lagipula ini semua hadiah ulang tahunku."

Dilan sepertinya mengerti maksud kakaknya. Mereka sednag menghadapi kasus korupsi mantan kakak iparnya. Jadi, Sarah menghindari terlihat kaya raya. Ia hanya ingin membuktikan bahwa dirinya memang bukanlah orang yang ikut andil dalam kasus tersebut.

"Oh. Baiklah."

"Antar aku sebentar ke Mall. Aku perlu jaket baru dan sepatu baru. Mungkin yang harga seratus ribuan."

"Serius??" mata Dilan terbelalak.

"Udah buru!" titah Sarah dan segera saja mobil kembali masuk ke badan jalan.

Housemaid Part II The Middle (Re-publish) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang