Langit masih gelap di jam dua siang. Jika sudah musim dingin, Matahari akan terbit sangat lambat dan atau tak muncul sama sekali. Membiarkan hanya biasnya saja yang menerangi langit tanpa kehadirannya.
Sarah mengawasi pergerakan langit pucat dan dingin itu dari balik kaca pintu balkon kamar rawatnya. Terlihat pepohonan cemara yang tak jauh dari rumah sakit sedang meliuk-liuk diantara hembusan angin dingin bulan desember. Suara desauannya terdengar dingin dan sepi. Seolah membisikkan bahwa kesepian di penghujung tahun tanpa matahari.
Sekali lihat saja sudah tahu bahwa diluar pasti sangat beku sekali. Ia bergidik sekilas karena terasa kebekuannya merembes masuk dan membelai kulitnya. Ia berharap semua yang sedang berada di luar ruangan sudah memakai baju tebal. Dan semoga acara gladi resik hari ini lancar. Tanpa kendala suatu apapun.
Terdengar ketukan diluar ruangannya.
"Ya. Silahkan masuk." sahut Sarah. Sesosok familiar menyapanya saat kepalanya menyembul di celah pintu. Memamerkan sederet gigi putih bersih saat ia tersenyum.
"Halo. Apa kabar?" sapanya sembari menutup pintu di belakangnya. Ia menyeberangi ruangan yang tiba-tiba saja terasa sempit dan kecil karena tinggi tubuh dan suara baritonnya. Ditambah padding coat sebatas lutut yang dipakainya. Terlihat seperti raksasa.
Sedang tubuh Sarah yang terbaring di ranjang terasa menyusut karena rasa canggung memenuhi ruangannya. Tapi pria itu tampak biasa saja.
"Halo. Baik. Terima kasih. Apa sudah selesai acaranya?" tanya Sarah kemudian. Mengawasi pergerakan tuannya yang kini melepas padding coatnya, meninggalkan jumper hoodies hitam yang melekat di tubuhnya. Ia melepas topinya yang menampakkan rambut warna hitamnya. Tak lupa ia mengangsurkan buah tangan pada asistennya itu.
"Sudah. Huft. Sebentar lagi mereka menyusul. Karena kebetulan aku duluan, dan ini jam makan siang. Kubawakan makanan favoritmu. Bukalah. Sebelum dr. Han muncul. Cepat makan!" desaknya sambil membetulkan letak bokongnya di kursi. Mencoba menggebah rasa canggung setelah banyak hal terjadi. Sarah tertawa tanpa suara menanggapi gesture majikannya itu.
Dia selalu menghafal semua hal tentang Sarah. Bahkan melebihi kekasihnya sendiri. Mereka berdua selalu mengerti Sarah dengan caranya sendiri. Jika Chanyeol selalu sukses mengembalikan moodnya dengan gerakan. Maka Kyungsoo selalu dapat mengembalikan moodnya dengan ucapan. Sarah, tanpa sadar, menyukai perhatian itu.
Seperti sekarang,pria itu tahu kalau Sarah sedang diet untuk penyembuhannya. Tapi ia dengan sukarela membelikan kebab favoritnya karena wanita ini sedang ingin.
Wanita cantik dengan rambut di urai ini terlihat kesusahan mengeluarkan isi kantung kertasnya. Tangan kirinya masih belum sepenuhnya lepas dari infus. Jarumnya masih disana.
"Bisa membantuku? Tanganku.."
Mata besar itu menatap Sarah ragu. Namun, kemudian mendekatkan kursinya dan duduk disamping ranjang Sarah. Meraih bungkusan kertas itu dan mengangsurkannya pada asistennya setelah membuka pembungkusnya. Seketika aroma khas masakan timur tengah menyapa. Ya. Pria itu membelikan Sarah Kebab dan Roti Maryam ditambah teh tarik dalam gelas kertas. Berbaur dengan aroma parfum yang pernah Sarah cium dari tubuh pria ini.
"Kamu kesana tadi?" tanya Sarah setelah menelan makanannya. Mencoba menggebah jauh-jauh kilasan memori itu.
"Iya. Karena aku tahu kamu suka itu. Jadi kubelikan." ujarnya sembari memakan Roti Maryamnya.
Kepala Sarah mengangguk pelan. Ia kembali merasa diperhatikan oleh majikannya. Hatinya terus mengingatkan agar ia harus mulai melupakan kejadian itu. Ia menurut dan mulai menghitung mundur dari sepuluh dalam hatinya. Menerima gelombang asing yang beredar disekitarnya yang disebut dengan rasa asing. Ya. Sarah harus kembali mencoba menggebah perasaan aneh terhadap majikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Housemaid Part II The Middle (Re-publish)
FanficNC21+++ Dia mulai bimbang dan perasaannya terombang ambing tak keruan. Saat mereka sudah berbaikan, perasaannya kembali diuji. Siapakah yang akan dipilih? Kyungsoo? Atau Chanyeol??