Sepuluh

89 3 0
                                    

Kyungsoo terpekur cukup lama. Sedangkan detik jam yang berbunyi terasa membuatnya gila! Seusai rehearsal tadi, bahkan hampir jam tiga pagi, wanita tercintanya belum juga sadar setelah kolaps ke dua nya. Ia terpaksa meninggalkannya dengan Kak Eumji dan segera kembali ke rumah sakit tanpa makan.

Penyebab dia kolaps bukan karena pola makan, Kyungsoo-ssi. Tapi karena beban pikiran. Sepertinya ada keadaan buruk yang menimpanya. Atau mungkin pekerjaan? Hubungan kalian baik-baik saja 'kan? Ucapan dr. Han masih terus terngiang di kepalanya.

Tekanan pekerjaan dan keadaan yang kurang kondusif diyakininya menjadi masalah utama penyebab kolapsnya Sarah. Bayangkan saja, tekanan pekerjaan menjadi seorang asisten artis besar itu sama sekali tak main-main. Dituntut profesional dan perfeksionis. Tak boleh ada celah dan tak boleh telat mengambil sikap. Harus jaga diri dan sikap serta rahasia. Karena jika melanggar, ada badan hukum ditunjuk untuk menuntut.

Keadaan yang buruk juga. Pertama masalah dari Perancis. Dia pulang dengan raut wajah ketakutan saat bertemu Kyungsoo. Kemudian kondisi di negara asalnya. Masalah hukum yang harus ia urus pasti sangat menguras tenaga, pikiran dan waktu. Belum lagi soal masalah datingnya..

Tiba-tiba kepalanya berdenyut hingga ia memijit pelipisnya pelan.

"Ini minumlah." sebuah gelas kertas yang menguarkan aroma harum kopi, menyapa indera penciumannya. Perutnya berkeriut pelan.  Sosok itu tertawa mendengarnya. Kemudian mengayunkan tas plastik berisi berbagai macam roti.

"Terima kasih, Kak." ucap Kyungsoo tulus.

Kini mereka duduk berdua di dalam ruangan. Mereka duduk berseberangan di sofa kamar VVIP. Bunyi pendeteksi jantung dan dengungan mesin penghangat ruangan meramaikan keheningan mereka selama beberapa waktu. Juga gemerisik pembungkus plastik dan sruputan kopi dari keduanya.

Pria ini memakan makanannya dengan tenang kemudian membuka suara setelah selesai menelan makanannya.

"Terima kasih. Maaf telah merepotkan." cetusnya sambil menatap wanita berwajah rubah itu dengan tulus.

Eumji menatapnya terkejut karena tiba-tiba membuka suara. Dari semua member, hanya Kyungsoo yang sedikit menjaga jarak. Tak banyak. Hanya sedikit. Saat semua member terbiasa bergelayut manja pada pundak timnya sambil mengajak makan. Maka bocah ini akan menawarkan dengan cara yang halus dan sopan. Sedikit bicara. Makanya Eumji terkejut saat pria ini buka suara.

"Noona pasti terkejut, ya?"

"Sedikit sih." akunya. Akhirnya dapat bersuara.

Tatapan mata pria itu kini mengarah pada sosok yang tengah terbaring lemah di tempat tidur. Mau tak mau, Eumji mengikuti arah pandangannya. Sarah masih belum sadarkan diri.

"Aku khawatir." suara pria paling tenang itu terdengar bergetar dan matanya mulai berkaca-kaca.

"Dia kuat. Dia pasti bangun. Kamu istirahat saja dulu. Setelah dia sadar, aku akan membangunkanmu. Ingat 'kan soal jadwalmu besok?" Eumji mengisyaratkan agar pria itu tidur di dekat Sarah.

Pria itu mengangguk dan dengan langkah tenang, ia mendekati tempat tidurnya. Ukuran ranjangnya memang cukup besar dan muat dua orang. Ruangan rawat inapnya mirip hotel. Di desain seperti ini agar orang yang paranoid dengan rumah sakit tetap bisa mendapat perawatan terbaik. Ini usulan ibu Kyungsoo.

Bahkan disediakan kulkas, sofa dan meja, dan rooftop untuk VVIP seperti ini. Terdengar kak eumji menyalakan televisi dalam volume super kecil. Hampir tak bersuara.

Kyungsoo merayap naik ke tempat tidur. Ia merebahkan diri di sebelah kanan karena infus dan alat pendeteksi jantung terpasang di tangan kiri. Tangan kiri ia selipkan di belakang leher wanitanya dan kemudian menariknya pelan ke dalam pelukannya.

Housemaid Part II The Middle (Re-publish) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang