10. Fall Over and Over Again

2.2K 223 9
                                    

Author Code

J-05

Main Pairing

Jeno X Renjun (NoRen)

Side Pair(s)

None

Genre

Platonic, Fluff

Warning(s)

None

Summary

Mereka memang baru saja pindah ke tempat yang baru, tapi perasaan mereka tidak berpindah ke lain hati atau berubah. Malah semakin jatuh dan semakin dalam tenggelam dalam rasa, Huang Renjun dan Lee Jeno yang memang diciptakan Tuhan untuk masing-masing tangan yang saling mengenggam

————————— 

————————— 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jeno-ssi."

Lee Jeno, yang sedang sibuk merapikan peralatan dapur di rumah baru mereka, mengalihkan pandangannya pada pemuda sipit berwajah manis di depannya yang sedang merengut lucu karena tidak dihiraukan oleh Jeno sejak sepuluh menit yang lalu. Jeno menyunggingkan senyum geli sebelum diusapnya lembut pipi Huang Renjun hingga kerucutan di bilah bilabial ceri itu perlahan memudar.

"Ada apa, hm?" tanya Jeno lembut, ditaruhnya tiga piring berwarna biru bergambar moomin milik kekasihnya di atas meja makan yang terbuat dari kayu di sebelahnya.

Huang Renjun menggigiti minor bilabialnya, menahan rona tersipu ketika diperlakukan dengan lembut oleh sang kekasih. Kepalanya menunduk sambil berbisik, "Kau mengabaikanku."

Lee Jeno tersenyum, diangkatnya mandibula Renjun perlahan hingga netra sewarna karamel itu mau tak mau menatap milik Jeno yang begitu menghipnotis. "Jangan cemberut begitu, Chagi. Huang Renjun memang imut kalau cemberut, tapi nanti wajahmu akan mengeriput lebih cepat dan jadi jelek," senandung Jeno sambil mencubiti pelan hidung Renjun yang mengilap.

Renjun menepis jemari panjang Jeno yang bergerilya di hidungnya—yang mancung tapi kecil itu—dengan bibir yang kembali maju. "Dasar menyebalkan." Lalu tangannya terlipat di depan dada dan wajahnya dialihkan ke arah lain selain Jeno.

"Marah padaku, hn?" Jeno kembali menarik dagu manis kegemarannya itu dan menatap Renjun dengan sorotan kelembutan. "Baiklah maafkan aku. Ne?" Ibu jarinya menari di atas mandibular Renjun lalu naik ke atas untuk mengusap pipi kekasihnya yang tampak berisi sebelum melanjutkan. "Jangan marah padaku, Sayang. Itu akan sangat menyiksaku. Kau dengar?"

The 23rdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang