Harapan sang ratu

4K 177 0
                                    

Dengan kesal, Putri Clarice hanya menulis PR nya saja. Terlalu sulit untuk mengerjakan soal matematika tentang sudut dan sisi. Apalagi tentang perhitungan aljabar. Ah! Putri Clarice tak sanggup membayangkannya. Otaknya berpikir keras untuk menjawab soal demi soal. Keringatnya bahkan sampai keluar. Akhirnya dengan kesal ia kembali mengerjakan soal-soal itu walaupun tak berkonsentrasi. Setelah selesai, ia membanting pensil dan buku.

"BRAAKK!!!"

"Ada apa tuan putri?" Tanya Jane ketika mendengar suara bantingan yang sangat keras itu.

"Ah tidak! Hari ini sangat menyebalkan! Apa kau yang memberitahu kepada ayah?!" Tanya Putri Clarice dengan nada marah. "Jawab! Atau tidak akan kuhancurkan lagi bangunan ini dengan menggunakan palu!"

"Bukan aku tuan putri! Sungguh! Sebenarnya Yang Mulia Raja Hendrick tidak percaya pada kata-kataku. Dia lalu pergi ke kamar Tuan Putri. Ketika menyibak selimut, ternyata hanya ada bantal dan guling. Sungguh tuan putri! Aku tidak pernah memberitahukan hal itu pada Yang Mulia!" Kata Jane yang ketakutan sambil berjongkok di hadapan Putri Clarice.

"Baiklah, kau kumaafkan," kata Putri Clarice sambil pergi keluar kamar.

*****

"Sungguh, apa yang dilakukan Tuan Putri Clarice sangat tidak terpuji," kata Tuan John Terry, seorang bangsawan kaya raya di Eminia. "Kandang babiku saja dirusaknya!"

"Maafkan apa yang telah dilakukan oleh putriku. Aku dan Hendrick akan mengganti kerugiannya," kata Ratu Darissa.

Para Troll hanya menggelinding di sekitar ruangan itu. Itu adalah para troll pembersih. Ratu Darissa merasa tindakan para troll tersebut kurang terpuji segera menegurnya. Para troll itu hanya meringis. Tetapi mereka menginjak kotoran yang sangat menjijikkan. Mereka heran, darimana asalnya kotoran sapi itu. Dan keju busuk milik Tuan Ernest ada di ruangan itu. Ternyata itu ulah Putri Clarice.

Ratu hanya memberikan isyarat kepada para troll yang sedang menggelinding itu untuk membersihkan segala kotoran yang ada walaupun saat itu mereka sedang membicarakan hal penting. Para Troll kembali menggelinding. Tanpa sengaja bulu-bulu halus mereka rontok di karpet.

"Ini salahmu Er!" Kata salah seekor Troll bernama En.

"Tidak! Ini salahmu!" Kata Er tak mau kalah. "Bulu-bulumu jatuh di karpet yang baru aku bersihkan!"

Ratu memberikan isyarat untuk diam. Mereka lalu melanjutkan kerja mereka lagi tanpa adanya pertengkaran.

"Jadi, apakah Yang Mulia Ratu Darissa masih menginginkan jika putri anda berada di kerajaan ini?" Tanya Tuan John.

"Sebenarnya saya ingin memindahkannya ke suatu tempat untuk dia belajar, tapi... Aku masih tak yakin. Apakah nanti dia akan melarikan diri atau apapun... Putriku itu memang cukup bandel. Aku sudah tak sanggup untuk mengurus nya lagi. Jika diberitahu bahwa dia akan keluar dari istana ini, dia pasti akan menghancurkan ruangan-ruangan yang ada di dalam istana ini dengan palu yang selalu dia ambil di gudang peralatan..." Kata Ratu.

"Aku mempunyai harapan yang lebih besar daripada harapan suamiku. Aku ingin jika putriku menjadi orang yang berguna pada suatu hari nanti. Dia akan menjadi seorang ratu seperti aku. Tapi... Mengingat kelakuannya yang seperti itu membuatku tak yakin dengan masa depannya. Apakah nanti dia akan dicemooh oleh dunia. Kerajaan Eminia akan dicemooh oleh dunia jika putri kerajaan nya bertingkah seperti itu. Itu akan berdampak pada reputasi kerajaan Eminia."

"Pak John Terry, mohon bantuannya untuk menangani putriku itu," pinta Ratu Darissa.

"Akan kubantu. Akan kucari jalan keluar nya," kata John Terry.

"Terimakasih atas kunjungannya," kata Ratu Darissa.

John Terry lalu pulang.

*****

"Hei Black! Tangkap ini!" Kata Putri Clarice pada kudanya Black. Black segera menyantap makanan nya itu. Putri Clarice hanya tertawa senang.

"Hey Putri Clarice, siapa nama kudamu Tadi?" Tanya peri dengan rambut yang lurus dan panjang serta pirang dengan pakaian berwarna merah muda dengan hiasan berupa renda-renda. Dialah putri peri yang bernama Putri Rose.

"Black," kata Putri Clarice.

"Keren juga namanya," kata Putri Rose.

"Tentu saja. Yang memberi nama pasti lebih keren."

"Hanya perasaan mu saja."

"Tidak, aku sungguh keren. Bagaimana tidak ketika kunjungan kerajaan pada tahun lalu, seorang pangeran bernama Zack bilang jika aku lebih keren daripada lelaki."

"Mungkin Zack naksir padamu."

"Jangan ngawur Rose."

"Biasanya mereka memang memuji jika mereka naksir pada seorang wanita."

"Tahu darimana kau?"

"Tentu saja aku tahu. Seorang pangeran bernama Truth saja memuji-muji ku. Sesaat kemudian dia berkata jika dia menyukaiku."

"Kau memang cantik Rose. Di luar sana pasti banyak pangeran yang naksir padamu."

"Ah tidak juga. Kau lebih cantik. Pasti para pria senang mengejar-ngejarmu."

"Haha! Tidak juga! Aku tidak suka soal asmara. Aku lebih suka bermain di alam bebas daripada menikmati waktu bersama seorang pangeran."

"Aku juga berpikiran sama seperti mu, Clarice."

"Yang Mulia Putri Clarice, waktu bermain anda sudah habis," kata para pengawal.

"Ya, ya. Sampai jumpa Rose!" Kata Putri Clarice.

"Sampai jumpa juga Clarice!" Kata Putri Rose.

Ratu sangat cemas soal putri nya. Soal masa depan putrinya itu. Dia sudah punya rencana untuk putri nya yang bandel itu

The Pricess Academy [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang