▪[4]

642 99 49
                                    

Lagunya nggak sesuai sama chap ini wkwkw

Cuma mau ngerekomend aja hehe.

Ada nggak sih videonya??

Warn!bahasakasar!


🍃🍃🍃

Renjun menapakan kakinya di rooftop sekolah. Setelah kejadian ia bertemu dengan Yiren, tiba-tiba dirinya ingin pergi ke rooftop untuk menenangkan diri.

Disana terdapat beberapa bangku, meja, dan sofa. Jangan lupakan juga beberapa sampah bekas makanan dan minuman yang berserakan. Sepertinya murid yang sering bolos jam pelajaran sengaja menyiapkannya untuk bersantai.

Renjun berjalan ke arah sofa. Menyibak sebuah benda yang terbuat dari plastik bening. Mungkin agar tidak basah terkena hujan. Lumayan pintar.

Renjun merebahkan dirinya pada sofa itu. Lengan kirinya ia gunakan untuk menutupi matanya, tangan satunya ia biarkan menjuntai ke bawah.

"Jadi lo yang sering bolos ke sini?" Terdengar suara seseorang yang berjalan mendekati Renjun.

Renjun tidak bergerak, masih dengan posisi sebelumnya. Ia terlalu malas menyingkirkan lengannya yang menutupi matanya karena ia tau siapa pemilik suara tersebut.

"Mati lo?" Orang itu menyingkirkan lengan yang menutupi mata Renjun.

Mata itu tertutup, namun tak berapa lama mata itu terbuka secara perlahan. Pandangan mata sayunya ia pertemukan dengan mata lawan bicaranya. Persekian detik kemudian ia memperlihatkan mata tajamnya. Menatap lawan bicaranya dengan tatapan tajam dan rahang yang mengeras.

"Dasar bajingan gila!" Renjun menghempaskan tangan orang yang memegang lengan kirinya.

Renjun duduk seraya memegangi kepalanya. Kedua tangannya ia gunakan untuk menopang kepalanya yang terasa pusing.

"Lo kenapa?" Orang itu memegang salah satu tangan Renjun. Namun, Renjun kembali menghempaskan tangan itu.

"Ketos gak guna lo!" Renjun berdiri ingin meninggalkan rooftop, tetapi tangannya ditarik oleh orang itu membuatnya terduduk kembali.

"Jangan kasar-kasar. Ada yang mau gue pastiin." Jeno --Orang itu-- menatapnya teduh. Renjun terlalu malas berdebat dan juga sudut bibirnya yang masih sakit untuk digerakan, hanya menuruti perkataan Jeno.

Jeno mendudukan dirinya disebelah Renjun, mengahadap kearah Renjun. "Kenapa nggak ditutupin lukanya?" Jeno mengelus pelan luka di tulang pipi Renjun.

Diam. Tidak ada suara yang menyahut Jeno. Yang diberi pertanyaan menatap kosong kearah dada Jeno, sepertinya ia melamun.

"Masih sakit?" Jeno beralih mengelus luka di sudut kanan bibir Renjun.

Masih sama tidak ada jawaban. Sepertinya Renjun terlalu asik dengan lamunannya sendiri. Lihatlah, betapa lucunya wajah itu ketika melamun.

Jeno mengulum senyumnya, menatap gemas Renjun. Saking gemas nya, ia mencubit pipi Renjun yang sedang melamun, membuat empunya tersadar dan meringis sakit. Jeno mencubit pipi Renjun terlalu dekat dengan lukanya.

"Sakit, anj--!"

"Lo imut." Senyuman itu. Ya, senyuman itu mampu membuat dirinya terdiam dan merasakan perasaan aneh.

"Ren, gue mau ngomong serius." Mendadak saja suasana di antara mereka menjadi serius.

"Lo nggak bisa kaya dulu lagi?" Jeno menatap sendu Renjun. Oh, Renjun tau kemana arah pembicaraan ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Evanescet▪NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang