Cerita ini ada hubungannya dengan cerita Mario nanti jadi sebelum aku buat cerita Mario, aku merasa harus buat cerita ini dulu hehe
Semoga suka ya, jangan lupa tinggalkan jejak.
Enjoy and happy reading💙
Sorry for the typos.***
Tubuh Kayla menegang ketika mendapati pria tertampan dan paling diminati berjalan ke meja tempatnya dan sahabatnya duduk. "Rio, li-lihat deh."
Musik yang berdentum sedikit keras membuat Kayla harus menaikan volume suaranya. Acara penerimaan mahasiswa baru tidak resmi yang dirayakan di salah satu rumah seniornya memang berjalan sangat meriah. Dan sekarang senior yang mengadakan pesta itu terlihat berjalan ke arahnya.
Gadis itu menyikut Mario yang sedang minum dengan sikunya hingga pria itu tersedak dan terbatuk-batuk.
"Ada apa sih, Kay?" Pria itu mengusap dagu basahnya kemudian menatap sahabat cantiknya dengan bingung.
"Dominic." Kayla berbisik pelan dengan panik karena pria itu semakin dekat. Ia merapikan rambut setengah bergelombangnya. "Bagaimana penampilanku?"
Mario terdiam sejenak sambil menatap sahabatnya itu dengan tatapan tidak terbaca. "Cantik. Kamu selalu terlihat cantik."
"Terima kasih." Gadis itu menghela napasnya dengan gugup, tidak menyadari perubahan raut wajah sahabatnya itu.
"Hey."
"Hey." Kayla tersenyum sangat lebar saat melihat wajah tampan pujaan hatinya. Pipinya merona dan tangannya saling meremas satu sama lain dengan gugup.
Pria itu tersenyum tipis. "Kau sangat cantik malam ini tanpa kaca matamu."
Dominic mengerlingkan matanya hingga wajah Kayla merah padam. "Mau bersenang-senang denganku?" Pria itu melirik Mario dengan tak acuh kemudian mengembalikan fokusnya pada gadis kutu buku yang terlihat cantik malam ini.
"Hm..." Kayla menatap ragu pria itu sejenak kemudian melirik pada Mario yang melotot padanya. Ia menggigit bibirnya dengan bingung sebelum akhirnya kembali tersenyum malu-malu pada Dominic. "Baiklah."
"Astaga, Kayla, kamu gila?" Mario berbisik kesal dan menahan lengan Kayla yang akan bangkit berdiri, bagaimana bisa ia mau ikut dengan pria playboy yang bahkan tidak pernah mengajak mereka bicara sebelumnya.
Kayla tersenyum manis hingga membuat jantung Mario berdebar seperti biasanya. "Ini kesempatanku, Rio. Siapa tau Dominic benar-benar tertarik denganku."
Kayla memang menyukai Dominic sejak pertama kali melihat pria itu. Siapa juga yang tidak menyukai pria berwajah tampan, bertubuh atletis, kapten tim kampusnya dari olahraga american football yang diagung-agungkan, dan jangan lupakan jika pria itu juga pewaris dari perusahaan ternama. Walau nilainya pas-pasan tapi tentu tidak ada yang peduli soal itu bukan?
Berbeda halnya dengan Mario yang notabenenya seorang kutu buku. Wajahnya memang tergolong tampan namun tubuhnya kurus dan tidak terlalu suka bergaul dengan orang lain selain Kayla.
Mario hanya bisa menghela napas frustasi dan melepaskan genggaman tangannya di lengan sahabatnya itu. "Jangan melakukan hal bodoh, Kay."
Gadis manis itu mengangguk dengan senyum senang. "Pasti. Sampai nanti, Rio." Kayla melambaikan tangannya, meninggalkannya sendirian dengan hati yang patah. Menyukai sahabatmu sendiri memang tidak pernah terasa enak.
***
"Lihat tuh, anak baru yang pake kaca mata tebal kemarin." Dominic dan teman-teman lainnya mengikuti arah telunjuk salah seorang temannya yang menunjuk ke pojok ruangan.
Di situ terdapat seorang gadis dengan gaun selutut berwarna pastel yang nampak manis, sama sekali tidak ada kesan seksi yang ditampilkan oleh gadis itu. Rambut cokelatnya ikal di bagian bawah dan tidak ada kaca mata yang biasa bertengger di batang hidung gadis itu.
"Wah, tanpa kaca mata lumayan juga."
"Gue yakin dia perawan. Kelihatan mukanya polos banget."
"Tapi pasti tipe yang membosankan, not sexy at all."
Beberapa temannya mengomentari penampilan gadis itu secara terang-terangan sedangkan Dominic hanya bisa menyeringai. "Gimana kalau gue bisa nidurin dia?"
Sontak saja teman-temannya tertawa kencang. "Gue yakin tuh cewek tipe yang lurus, gak akan mau sebelum menikah, bro. Lo mau nikahin dia dulu?"
Seringai Dominic semakin lebar, menatap teman-temannya dengan angkuh. "Kalau gue bisa tanpa perlu nikahin dia, lo mau kasih gue apa?"
Teman-temannya itu saling menatap satu lain dengan bimbang sebelum teman satu timnya mendahului mereka semua. "Gue kasih mobil sport punya gue."
"Sebenarnya gue bisa beli sendiri, tapi ini lebih menyenangkan. Deal." Pria itu langsung bangkit berdiri dan beranjak dari meja yang dipenuhi oleh teman-temannya, menuju meja yang ditempat dua orang kutu buku di kampusnya.
Memulai pertaruhan yang akan mengubah hidup seseorang.
***
"Jadi, siapa namamu?" Dominic memberikan gadis itu sebuah bir yang diterima dengan malu-malu.
Gadis itu terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaannya. Ada sedikit cubitan di hati Kayla ketika tau ternyata pria itu bahkan tidak mengetahui namanya.
"... Kayla."
Dominic menganggukkan kepalanya kemudian menyesap bir miliknya sendiri. "Nama yang cantik, seperti pemilik namanya."
Pria itu terkekeh ketika lagi-lagi Kayla tersipu malu kemudian menyesap gelasnya sedikit-sedikit. Sepertinya gadis itu tidak terbiasa meminum minuman beralkohol. Atau bahkan ini pertama kalinya untuk gadis itu.
"Kalau tidak suka, tidak perlu diminum. Mau kuambilkan air putih? Atau jus?"
Kayla menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Aku suka, hanya belum terbiasa."
Kepala Kayla terasa sedikit pening, sepertinya ia mulai mabuk. Karena merasa keadaan tidak akan baik jika ia mabuk maka gadis itu berhenti minum. Ia meletakkan gelasnya yang tinggal terisi seperempat bir ke atas meja. "Kamu tidak bersama teman-temanmu?"
Dominic yang ternyata sedaritadi sedang mengamatinya tersenyum tipis. "Tidak, aku ingin berkenalan denganmu."
Astaga, bisakah Dominic berhenti mengatakan sesuatu yang membuat wajah Kayla memanas dan jantungnya berdebar? Rasanya dadanya sudah terlalu sesak jika harus berdebar secepat ini terus menerus.
"Kayla, mau mencoba sesuatu?"
Tangan Dominic yang sedaritadi berada di meja mulai turun. Ia sedikit menyingkap daun selutut yang digunakan gadis itu kemudian mengelusnya dengan lembut.
Kayla bergerak sedikit tidak nyaman namun tidak mengelak. Ia menggigit bibirnya dengan gugup. "Mencoba apa?"
Pria itu mendekatkan bibirnya ke wajah Kayla yang tidak berhenti merona sama sekali, terlihat sangat manis dan menggemaskan. "Bersenang-senang."
"Bersenang-senang?" Gadis itu membeo sambil mengerjapkan matanya dengan polos, kepala dan tubuhnya terasa semakin ringan. Sial, sepertinya ia sudah mabuk walau masih bisa mempertahankan kesadarannya.
Dominic berdeham rendah untuk menjawab pertanyaan gadis itu. Tangannya masih mengelus paha halus dan mulus gadis itu, mulai mendekati pangkal pahanya. "Mau?"
Setelah mendapat jawaban berupa anggukan, akhirnya Dominic menarik tangan gadis itu dengan lembut namun sedikit tergesa. Ia membawa gadis itu ke lantai atas yang sepi.
Melakukan hal yang menjadi tujuannya mendekati gadis itu. Bersenang-senang.
--TBC--
1 Februari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Karma ✔️
RomanceWARNING 21+ NOT FOR KIDS, PLEASE BE WISE!! YANG GAK SUKA GAUSAH DIBACA, YANG REPORT KUDOAIN GADAPET JODOH! Highest rank : #1 in Cerpen (13 Maret 2019) #1 in Indonesia (6 April 2019) #1 in Shortstory (8 April 2019) #1 in Oneshoot (8 April 2019) #1 in...